4.3 KOMUNIKASI
Pada zaman raja–raja terdahulu telah terdapat surat–menyurat dengan mempergunakan alat tulis–menulis yang lengkap. Mengingat kepandaian tulis
menulis terbatas pada lingkungan biara dan istana raja–raja, penyampaian berita tertulis antara satu sama lain belum berkembang merata sehingga belum dapat di
temui korespondensi yang teratur dan berkesinambungan. Sungguhpun demikian jelas bahwa penghubung yang bertugas menyampaikan surat itu menyampaikan berita
tertulis ada, sehingga tercipta komunikasi secara timbal–balik yang bertujuan.
59
Pada tahun 1940, Sutan Pangurabaan Pane berjuang berkenaan dengan pengangkutan pos, yang pada saat itu diangkut oleh perusahaan A.D. Lim Auto
Dinas Lim, yakni perusahaan angkutan umum milik warga keturunan Tionghoa. Sebagai angkutan umum yang mengangkut manusia dan barang, bus
Sibualbuali juga menjadi sarana komunikasi dalam jasa pengiriman surat. Bapak Asrul Siregar pun mengatakan, ”Di atas bus tersebut memiliki sebuah peti berukuran
1.5 m x 0,5 m yang di letakkan diatas kepala bus. Peti tersebut merupakan tempat surat–surat yang akan dikirim ke masing–masing daerah tujuan dengan rute yang
dilalui oleh bus Sibualbuali. Dulu bus ini di sebut juga sebagai Dinas Pos Negara karena memang bus ini lah yang mengantarkan surat–surat ke kantor pos kantor pos.”.
60
Perusahaan A.D. Lim merupakan sebuah perusahaan angkutan umum yang berada di kota Sibolga. Pemilik perusahaan tersebut bernama Liem Hong Lap.
61
59
Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi, Sejarah Pos Dan Telekomunikasi Di Indonesia Jilid I Masa Pra Republik, Jakarta : CV Cahaya Makmur, 1980, hal. 41
60
Nurdin Siregar dan Abdul Jalil Girsang, Sejarah Singkat Perusahaan
FA.ODP.SIBUALBUALI 1937, Sipirok: dokumentasi perusahaan Fa.Odp. Sibulbuali, 2006, lembar pertama poin 1.7
61
Koran Rakyat Tabagsel, terbit Sabtu 30 Maret 2013 hal. 8 kolom 1-8.
Universitas Sumatera Utara
Setelah melalui perjuangan yang amat berat, pemerintah kolonial Belanda juga tidak memberikan begitu saja kepercayaan kepada pengusaha pribumi terhadap
pengangkutan pos, sehingga permasalahan ini dibawa ke dalam sidang–sidang Volksraad. Pada waktu itu perusahaan Sibualbuali mendapat sokongan dari anggota
anggota Volksraad, terutama dari anggota–anggota istimewanya, yakni : M. Hoesni Thamrin dan DR. Rasyid Siregar. Dengan bantuan beliau–beliau inilah pemerintah
kolonial Belanda terpaksa mengambil alih pengangkutan pos dari A.D. Lim, dan kemudian menyerahkan dan menyerahkan kepercayaan pengiriman pos kepada
perusahaan bus Sibualbuali.
62
Kantong–kantong pos yang diangkut setiap hari kurang lebih 3 sampai 4 ton, sehingga terkadang sering terjadi para penumpang tidak terangkut, karena tempat
duduk telah di isi dengan kantong–kantong Pos, hal ini dilakukan mengingat pos sangat penting. Walaupun resiko pengangkutan pos sangat berat, di mana pada waktu
itu keadaan jalan sangat buruk dan berlubang–lubang, sehingga menimbulkan kerusakan–kerusakan bagi setiap kendaraan. Sasaran kerusakan yang paling utama
adalah per atau shockbreaker, sehingga jalan pada waktu itu di istilahkan orang, Jalan Keriting.
Pada tahun 1970, trayek armada bus Sibualbuali ke Kuta Raja dibuka, sekaligus menjadi pengangkutan Pos Negara. Sebelumnya pengangkutan Pos Negara
ke Daerah Istimewa Aceh dilakukan oleh Perusahaan Negara Kereta Api PJKA. Dengan dibukanya trayek tersebut, maka pemerintah mempercayakan pengangkutan
Pos Negara kepada perusahaan bus Sibualbuali.
62
Op. Cit., poin 1.8.
Universitas Sumatera Utara
Memang bila kita melihat pada dekade tahun 1950 sampai dengan 1980, alat komunikasi seperti telepon menjadi barang yang langka dan mahal. Selain itu
teknologi pun tidak seperti saat ini yang sudah sangat canggih dibandingkan pada dekade tahun tersebut. Hadirnya armada bus Sibualbuali sebagai alat pengangkut
surat sangat membantu komunikasi masyarakat Sumatra Utara dengan saudara atau kerabat yang berada jauh dari daerah yang ditempati.
Selain untuk mengantarkan surat–surat pada setiap kantor Pos di seluruh rute perjalanannya, namun peranan bus Sibualbuali pada aspek komunikasi juga dimiliki
oleh supir bus tersebut. Kembali diungkapkan oleh bapak Asrul Siregar, bahwasanya,” Dekade tahun enam puluhan sampai dengan delapan puluhan, belum
semua orang bisa baca tulis, jadi bila ada orang kampung yang ingin mengabarkan sesuatu, entah kabar duka, acara adat, pernikahan dan kabar–kabar lain buat
saudaranya, biasanya mereka menunggu di pinggir jalan menunggu bus Sibualbuali lewat. Saat bus tersebut lewat, maka bus itu diberhentikan oleh orang tersebut, lalu
orang tersebut menitipkan pesan lisan kepada supir Sibualbuali untuk disampaikan kepada saudaranya yang tinggal dekat loket–loket Sibualbuali. Jadi ketika bus
tersebut sampai di loket yang kebutulan dititipkan pesan lisan, maka supir akan memberitahukan orang loket, nantinya orang loket yang akan mengabarkan pesan
lisan tersebut kepada saudara atau kerabat orang yang memberikan pesan.” Hal ini dikarenakan mobilitas armada bus Sibualbuali yang tinggi, jadi banyak armada bus
nya yang sering melintas di berbagai daerah di Sumatra Utara. Belum semua masyarakat belum bisa baca tulis bahkan masih banyak
masyarakat yang belum bisa dalam penggunaan bahasa Indonesia pada dekade–
Universitas Sumatera Utara
dekade tersebut juga tercantum dalam buku “Sejarah Indonesia Modern 1200–2004” karangan M. C. Ricklefs pada bab ke–22 Masa Keemasan Orde Baru, 1976–88 .
Pada bab ke-22 dalam buku tersebut tercantum, bahwasanya terjadi kemajuan pesat dalam sektor pendidikan. Lebih dari 100.000 sekolah dibangun, terutama di daerah–
daerah pedalaman, dan lebih 500.000 guru dipekerjakan. Pada tahun 1984, dilaporkan bahwa 97 dari anak berusia 7–12 tahun sedang mengenyam bangku sekolah,
dibandingkan dengan angka 57 pada tahun 1973.
63
Tingkat melek huruf terus meningkat. Sensus penduduk 1980 melaporkan bahwa 80,4 kaum laki–laki di atas
sepuluh tahun dan 63,6 wanita sudah melek huruf. Pada sensus 1990, angka itu meningkat menjadi 89,6 dan 78,7. Seperti bisa diduga, terdapat perbedaan tingkat
pendidikan antara kota dan desa. Ketimpangan yang jelas adalah, tahun 1990, tingkat melek huruf laki–laki kota di atas sepuluh tahun adalah 95,9, sedangkan untuk
wanita desa adalah 74,1. Manfaat pendidikan publik dalam perkembangan bahasa Indonesia tidak hanya terlihat dari meningkatnya melek huruf, melainkan juga dari
pertumbuhan presentase penduduk yang mampu menggunakan bahasa nasional tersebut. Pada tahun 1971, presentase kemampuan penggunaan bahasa nasional
tersebut baru mencapai 40,8.
64
63
M. C. Rickflefs, Sejarah Indonesia Modern 1200 – 2004, Jakarta : Serambi Ilmu Semesta, 2005, hal. 600
64
Ibid
Sensus tahun 1980 menunjukkan kenaikan angka itu sampai 61,4 dan pada tahun 1990 melonjak hingga 80 bagi orang Indonesia di
atas lima tahun. Peningkatan ini juga menunjukkan pengaruh penggunaan bahasa nasional dalam surat kabar dan majalah serta, ini mungkin yang lebih besar
pengaruhnya, dalam radio dan televisi. Penyebaran bahasa Indonesia berlanjut
Universitas Sumatera Utara
menjadi sarana penting untuk meningkatkan identitas nasional di senatero nusantara. Dari sumber-sumber baik lisan maupun pustaka, armada bus Sibualbuali ini
memang memiliki peranan penting dalam komunikasi masyarakat di provinsi Sumatera Utara. Memang tidak dapat di sangsikan bahwasanya pada dekade tahun–
tahun tersebut masih banyak masyarakat Indonesia yang buta huruf. Jadi pesan lisan yang dititipkan oleh supir bus Sibualbuali dapat menjadi alat komunikasi masyarakat
antar kabupaten.
Universitas Sumatera Utara
BAB V BERKURANGNYA MINAT MASYARAKAT SUMATERA UTARA