ARMADA BUS YANG TIDAK MAMPU BERADAPTASI DENGAN

Menurut bapak Baginda Tambangan, nama perusahaan ALS yang merupakan singkatan dari Antar Lintas Sumatera seperti sebuah perusahaan yang mempelopori transportasi antar lintas pulau Sumatera. Padahal bila dilihat tahun berdirinya dan lebih dikenal orang pada tahun–tahun lima puluhan sampai dengan delapan puluhan jelas perusahaan Sibualbuali. Pemilihan nama perusahaan ini merupakan trik bagi para penumpang luar pulau Sumatra, bahwasanya perusahaan ALS ini yang menjadi pelopor lintas Sumatera. Berbeda dengan perusahaan–perusahaan bus transportasi lintas Sumatra, ada sebuah manajemen perusahaan bus yang lebih memerhatikan kepuasaan penumpang, seperti yang diutarakan bapak Diapari Sibatangkayu, perusahaan bus tersebut adalah perusahaan bus Bintang Utara. Menurut beliau, perusahaan bus Bintang Utara ini pada saat penumpang naik ke dalam bus ketika akan memulai keberangkatan, para penumpang diberikan snack secara gratis. Dengan cara tersebut tersebut para penumpang pun menjadi tertarik untuk menggunakan jasa armada bus Bintang Utara. Tentu ini merupakan trik marketing dari perusahaan bus tersebut.

5.3 ARMADA BUS YANG TIDAK MAMPU BERADAPTASI DENGAN

ZAMAN Dikarenakan kendaraan–kendaraan merk Chevrolet dan merk GMC tidak mendapat pasaran dalam dunia angkutan kendaraan di pulau Sumatera, maka peremajaan armada bus Sibualbuali menjadi terkendala. Menurut bapak Asrul Siregar, beliau mengatakan bahwa,”Di tahun tujuh puluh delapan, orientasi penggunanaan kendaraan dari Amerika berhenti, otomotif dari Amerika habis. Jadi Universitas Sumatera Utara produksi mobil Amerika tidak ada yang masuk lagi ke Indonesia, lalu masuk produk Jerman yang jauh lebih bagus. Sesudah itu harga BBM pun mulai naik, mobil Jerman ini memakai solar, sedangkan mobil Amerika itu menggunakan bensin. Jadi lebih murah yang memakai solar kan dibanding yang memakai bensin ini, jadi gak sanggup lagi perusahaan Sibualbuali mengoperasikan bus–bus yang menggunakan bahan bakar bensin ini”. 78 Dalam buku “Sejarah Mobil Kisah Kehadiran Mobil Di Negeri Ini” pun memperjelas dari informasi yang dikatakan oleh narasumber. Dalam buku tersebut tertulis, “Menjelang tahun 1980, di Indonesia terdapat 50 merek mobil dengan 150 tipe. Terlalu banyaknya merek atau tipe mobil yang masuk ke Indonesia itu membuat skala ekonomi untuk mengembangkan sistem produksi di dalam negeri tidak tercapai. Selain sukar meningkatkan populasi suatu merek tertentu, pasar yang tercipta pun tidak efisien. Dalam kaitan itulah, pemerintah memutuskan untuk melakukan penciutan merek mobil, pengurangan kelas mesin khususnya mesin bensin, dan mengatur perubahan tipe mobil secara ketat”. 79 Terjadinya penciutan merek mobil dan pengurangan kelas mesin oleh pemerintah terutama mesin yang menggunakan bensin atau bahan bakar minyak jenis premium tersebut, maka perusahaan Sibualbuali mengalihkan armadanya ke jenis Stayer, lelank Mercedes benz yang merk Hino. Sebagai akibat dari resisi ekonomi dunia yang masih berkepanjangan, jumlah armada hanya sebanyak 20 unit. 80 78 Hasil wawancara dengan bapak Asrul Siregar, pada 28 Februari 2013. 79 James Luhulima, Sejarah Mobil Kisah Kehadiran Mobil Di Negeri Ini, Jakarta : Kompas Media Nusantara, 2012 hal. 124 80 Nurdin Siregar dan Abdul Jalil Girsang, Sejarah Singkat Perusahaan FA.ODP.SIBUALBUALI 1937, Sipirok: dokumentasi perusahaan Fa.Odp. Sibulbuali, 2006, lembar terakhir Universitas Sumatera Utara Bila dibandingkan dengan perusahaan ALS yang menjadi rival berat perusahaan Sibualbuali, perusahaan ini telah mengganti armadanya saat terjadi resisi ekonomi dunia yang diberhentikannya pasokan mobil–mobil pabrikan Amerika yang dijual di Indonesia. Dalam skripsi sejarah “Keberadaan Transportasi ALS Di Medan 1966 – 1999, tercantum perusahaan ALS merupakan perusahaan pertama kali yang ada di Sumatra yang bergerak dibidang angkutan yang berkerja sama dengan Mercedes Benz dan menggunakan kendaraan yang dibuat oleh Mercedes Benz tersebut. 81 Bentuk kerjasama lainnya antara perusahaan ALS dengan Perusahaan Mercedes Benz adalah didapatnya pemotongan harga terhadap pemesanan bus produk Mercedes Benz oleh PT ALS dan juga beberapa reward sebagai penghargaan bahwa telah terjalin merger diantara kedua belah pihak. 82 Berdasarkan mulai masuknya merek Mercedes Benz sebagai moda transportasi perusahaan angkutan umum lintas Sumatra, bapak Diapari Sibatangkayu pun menjelaskan tentang bus Mercedes Benz yang menggantikan bus – bus pabrikan Amerika yang dahulu berlalu–lalang di jalur lintas Sumatra. Beliau menyatakan bahwa, bus Mercedes Benz seri pertama di pulau Sumatra yang menggantikan bus– bus Amerika seperti Chevrolet, Dodge, dan GMC yang merupakan bus–bus yang menjadi ciri khas perusahaan Sibualbuali, berjenis 508–D. Bus ini dapat dikatakan cikal bakal bus tanpa kepala di Sumatera Utara. Kepala yang dimaksud merupakan mesin bus yang berada di bagian depan bus. Jadi bus Mercedez 508–D ini letak mesinnya berada di bagian belakang bus. Maka bila supir mengendarai bus tersebut, 81 Nesty Elfrida Br. Purba, Skripsi sejarah”Keberadaan Transportasi ALS Di Medan 1966 – 1999, Departemen Ilmu Sejarah Universitas Sumatera Utara, 2009, hal. 44 82 Ibid., hal. 47 Universitas Sumatera Utara jarak aman kendaraan langsung di depan wajah, tidak seperti bus–bus yang memiliki kepala yang jarak aman kendaraannya harus menyesuaikan kepala bus nya. 83 Ketidaksanggupan manajemen perusahaan bus Sibualbuali dalam mengganti armada bus keluaran terbaru pada saat itu, maka perusahaan ini berusaha bertahan dalam eksistensi jasa angkutan lintas Sumatera dengan mengganti armada yang lebih murah dibanding bus Mercedes tersebut. Pengelola perusahaan mensiasatinya dengan membeli truk keluaran merk Mitsubishi, lalu dimodifikasi dengan ditambahkan karoseri bus, sehingga truk tersebut yang memiliki pick up dibelakangnya terlihat seperti bus kecil. Hal inilah yang menyebabkan perusahaan bus Sibualbuali kalah dalam persaingan bisnis jasa angkutan lintas Sumatera. 84 83 Hasil wawancara dengan bapak Diapari Sibatangkayu, pada 13 Agustus 2013. 84 Hasil wawancara dengan bapak Maruli Harahap, pada 7 September 2013. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN