BAB II SEJARAH PERUSAHAAN BUS SIBUALBUALI
Perusahaan bus angkutan umum Sibualbuali atau lengkapnya Fa. Odp. Firma Oto Dinas Pengangkutan Sibualbuali, merupakan bus yang sempat menjadi bintang
dalam dunia transportasi lintas Sumatra terutama Sumatera Utara. Armada–armada bus Sibualbuali dikenal masyarakat Sumatera Utara dengan ciri khas dan peranannya
yang sangat membantu dalam kehidupan masyarakat. Pada tulisan di badan armada bus Sibualbuali tercantum tahun berdirinya perusahaan bus ini, yakni tercantum tahun
1937. Namun masih terdapat masyarakat Sumatera Utara yang tidak mengetahui awal mula berdirinya perusahaan ini tetapi masyarakat Sumatera Utara masih terkenang
akan hadirnya perusahaan bus ini pada masa–masa kejayaannya di tahun enam puluhan sampai dengan tahun delapan puluhan. Berikut penjelasan sejarah, ciri khas
armada dan loket atau stasiun perusahaan Sibualbuali yang masih menjadi kenangan masyarakat.
2.1 SEJARAH BERDIRINYA PERUSAHAAN BUS SIBUALBUALI
Lonjakan tinggi pembangunan jalan raya dan impor kendaraan ke Sumatera terjadi bersamaan dengan lonjakan tinggi harga karet pada pertengahan 1920–an.
Jumlah truk dan bus yang diimpor ke Sumatera naik dari 94 pada 1924 menjadi 1172
Universitas Sumatera Utara
pada 1926, sementara impor kendaraan pribadi periode yang sama naik dari 539 menjadi 3059.
20
Sebelum berdirinya perusahan bus angkutan umum Sibualbuali, di daerah Tapanuli Selatan sudah berdiri beberapa perusahaan-perusahaan angkutan umum.
Namun kesulitan–kesulitan yang dialami oleh pengusaha–pengusaha maupun karyawan–karyawan angkutan umum pada masa sebelum berdirinya perusahaan bus
Sibualbuali tersebut disebabkan tidak adanya peraturan ataupun tata–tertib dari perusahaan–perusahaan angkutan umum itu sendiri, sehingga oleh karenanya setiap
saat diliputi kerusuhan dan keributan serta untuk mendapatkan penumpang pun sesama pengusaha selalu kejar–mengejar, yang mengakibatkan sering terjadinya
perkelahian. Pada saat keadaan yang memburuk inilah timbul suatu ide dari Sutan Pangurabaan Pane untuk menggembleng para pengusaha–pengusaha maupun
karyawan–karyawan dari perusahaan angkutan, supaya dibentuk suatu badan atau organisasi angkutan yang modern, yakni dengan waktu pemberangkatan ditetapkan
dengan jam yang tertentu, seperti : ada atau tidaknya penumpang, kendaraan harus diberangkatkan pada waktu yang telah di tentukan dienst–regeling.
21
Walaupun resiko kerugian harus dihadapi, tetapi dengan peraturan demikian pengusaha–pengusaha atau karyawan–karyawan pengangkutan serta masyarakat pada
umumnya agar menghargai akan pentingnya waktu, maka cara–cara inilah yang menjadi contoh peraturan pengangkutan bagi pemerintah kolonial Belanda.
20
Anthony Reid, Menuju Sejarah Sumatra : Antara Indonesia Dan Dunia, Jakarta : KITLV- Jakarta – Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011, hal. 29.
21
Nurdin Siregar dan Abdul Jalil Girsang, Sejarah Singkat Perusahaan FA.ODP.SIBUALBUALI 1937, Sipirok : dokumentasi perusahaan Fa.Odp. Sibulbuali, 2006,, lembar
pertama poin 1.3.
Universitas Sumatera Utara
Sehingga setiap perusahaan otobis pengangkutan harus mempunyai izin trayek jalur dan jam keberangkatan ke setiap jurusan yang akan dilalui. Peraturan tersebut
masih berlaku sampai saat ini. Berdasarkan permasalahan yang terjadi inilah Sutan Pangurabaan Pane
memperjuangkannya kepada Pemerintah Kolonial Belanda, namun pemerintah kolonial selalu menghalang–halangi berdirinya Organisasi Angkutan Nasional. Pada
tahun 1937 pemerintah kolonial terpaksa menyetujui berdirinya perusahaan Sibualbuali yang berkedudukan di Sipirok dengan nama awal perusahaannya, Auto
Transport Dienst “SIBUALBUALI”, yang disingkat ATD.Sibualbuali.
22
- Pematang Siantar – Tarutung – Sipirok
Perusahaan ini adalah pengangkutan umum yang berbentuk bus berukuran ¾ sampai dengan 1
ton, dengan muatan penumpang sebanyak 16 orang. Trayek awal yang telah ditentukan pertama kali secara Vice – versa pulang-pergi
yakni :
- Sipirok – Padang Sidempuan – Kotanopan
- Kotanopan – Fort deKock Bukit Tinggi
Akte pendirian ATD. Sibualbuali baru dibuat dihadapan notaris: “Hasan gelar Sutan Pane Paruhum di Sibolga pada tanggal 5 Juli 1940 onder nummer 2”, sesuai
dengan : “EXTRA – BIJVOEGSEL DER JAVASCHE COURANT VAN 811 – 1940 No. 70” dan terdapat : “Hot Hoofd Van Afdeling VII”. Disalin sesuai dengan aslinya:
A.N.Kepala Sie Penerbitan LembaranBerita Negara CapStempel Departemen Kehakiman
Republik Indonesia Dto.
=D.A. SIMATUPANG=
22
Ibid., poin 1.5.
Universitas Sumatera Utara
Susunan pengurus pada Akte pendirian tersebut adalah sebagai berikut : -
Direktur : Sutan Pangurabaan Pane
- Sekretaris
: Sutan Oloan Hutagalung -
Komisaris : Muda Siregar -
Bendahara : Barita Raja Siregar
23
Sampai dengan tahun 1941 perusahaan Sibualbuali memiliki jumlah kendaraan sebanyak 136 buah. Dengan jumlah kendaraan yang begitu banyak,
sedangkan trayek yang ada begitu pendek, maka pada masa ini telah direncanakan memperluas trayek sampai ke kota Palembang Sumatera Selatan.
Jalan lintas yang menjadi trayek pertama armada bus Sibualbuali merupakan “Jalan Raya Sumatra” longitudinalen weg yang pertama dirancang pada 1916, tetapi
jembatan terakhir yang menghubungkan jaringan selatan dengan jaringan utara dan jaringan tengah baru selesai pada 1938.
24
23
Ibid., poin 1.6.
24
Anthony Reid, Menuju Sejarah Sumatra : Antara Indonesia Dan Dunia, Jakarta : KITLV- Jakarta – Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011, hal. 29.
Bila dilihat dari peta koleksi Arsip Nasional
Republik Indonesia dengan kode KIT SUMUT 98761, jalan lintas tersebut
merupakan jaringan tengah dari “Jalan Raya Sumatra”. Karena pada peta tersebut merupakan perlintasan jalan raya dari kota Padang sampai dengan pelabuhan
Belawan di kota Medan yang letaknya berada di tengah pulau Sumatra. Namun yang membedakan dengan masa sekarang, jalur tersebut masih melintasi kota Sibolga di
pesisir barat pulau Sumatra. Menurut bapak Baginda Tambangan, “Kota Sibolga sebelum di aspalnya jalan Sipirok–Tarutung melalui daerah Pahae atau jalan lintas
Universitas Sumatera Utara
masa sekarang, menjadi kota tempat peristirahatan para penumpang bila dari Sidempuan menuju Medan ataupun sebaliknya”.
Ditambahkan juga argumen dari bapak Raja Parlindungan Pane, “Memang dulu jalur bus Sibualbuali melewati Sibolga. Padahal bila ke Tarutung melewati Pahae atau
dari Sarula ke Tarutung lalu melewati Aek Latong, lebih cepat dibanding harus lewat Sibolga. Beda panjangnya jalan lintas melalui Sibolga dibanding melintasi Pahae
kurang lebih 40 kilometer. Namun memang sekitar tahun 1975 jalan lintas melalui Pahae sudah ada, tapi jalannya tidak seperti sekarang belum diaspal”.
25
Ciri khas yang menjadi trademark armada bus Sibualbuali bila dilihat dari data–data foto dokumentasi pribadi narasumber maupun bersumber dari web adalah
warna badan bus yang berwarna merah dan kepala bus yang berwarna hijau. Selain itu nama perusahaannya pun tak luput dicantumkan di samping body armada bus nya,
dengan tulisan “F.A. ODP. SIBUALBUALI 1937”. Gambar gunung Sibualbuali pun Jadi jalur perjalanan armada bus Sibualbuali pada masa awal berdiri lebih jauh
dibandingkan masa sekarang. Dari sumber yang didapatkan dari narasumber, bahwasanya sebelum dibangunnya “Jalan Lintas Sumatera”, jalan–jalan yang ada
pada saat itu masih beralaskan tanah, masih banyak jalan yang belum di aspal kecuali jalan menuju sebuah kota, yang apabila hujan layaknya kubangan kerbau, karena
jalan tanah yang dibasahi hujan menjadi tanah liat dan di genangi air sehingga sulit untuk dilalui.
2.2 CIRI KHAS ARMADA BUS SIBUALBUALI