BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah gangguan akibat kekurangan iodium GAKI merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius, mengingat dampaknya sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan
kualitas sumber daya manusia. GAKI merupakan sekumpulan gejala yang ditimbulkan akibat tubuh mengalami kekurangan iodium dalam jangka waktu yang lama Adriani, 2012. Resiko
terjadinya GAKI pada seseorang sebenarnya dapat dimulai dari masa kehamilan hingga orang dewasa seperti kretin, keguguran pada ibu hamil, bayi lahir mati, keterbelakangan mental,
gangguan pertumbuhan syaraf penggerak, gangguan bicara, gangguan pertumbuhan dan gangguan kecerdasan serta resiko yang paling dikenal masyarakat yaitu pembesaran kelenjar
gondok yang sangat mempengaruhi kualitas hidup seseorang Supariasa, 2008. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium memberikan dampak negatif terhadap aspek
kehidupan sosial maupun ekonomi suatu masyarakat dan bangsa, kelambatan perkembangan mental dan keterbelakangan mental seseorang atau sekelompok orang di suatu wilayah, akan
menjadikan orang tersebut menjadi beban sosial dilingkungannya. Anak-anak yang perkembangan mentalnya terganggu juga akan sulit diatur. Gairah hidup mereka juga rendah.
Bagi wanita, keadaan fisiologis yang kurang sempurna juga dapat menyebabkan rasa rendah diri. Akibat lanjut dari kondisi seperti itu antara lain adalah produktifitas kerja menurun.
Produktifitas kerja rendah sudah tentu berdampak terhadap tingkat pendapatan masyarakat juga rendah, sehingga dapat berpengaruh negatif terhadap kualitas masyarakat tersebut.
Semakin besar persentase penduduk yang bermasalah, maka akan semakin luas pula dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan Depkes RI, 2001. Dengan demikian, setelah diketahui
bahwa dampak GAKI yang ditimbulkan bagitu serius, pemerintah Indonesia sendiri melakukan upaya untuk menanggulangi kekurangan iodium yang difokuskan pada upaya
jangka pendek dan jangka panjang. Upaya jangka pendek yaitu dengan mendistribusikan
Universitas Sumatera Utara
kapsul minyak beriodium kepada seluruh wanita usia subur 15-49 tahun didaerah endemik sedang dan endemik berat. Sedangkan upaya penganggulangan GAKI jangka panjang
ditempuh melalui fortifikasi iodium dalam konsumsi garam atau dikenal dengan program iodisasi garam. Garam yang sudah difortifikasi dengan iodium disebut garam beriodium
Depkes RI, 2004. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium bukan salah satu masalah gizi di Indonesia saja
namun juga menjadi masalah gizi didunia. Menurut WHO pada tahun 2003, secara global terdapat sekitar 54 negara yang menjadikan kekurangan iodium sebagai masalah kesehatan
masyarakat, dimana 40 negara dengan defisiensi iodium tingkat ringan dan 14 negara dengan defisiensi iodium tingkat sedang dan berat. Selain itu, terdapat hampir 2 miliar penduduk
dunia yang mengalami kekurangan iodium WHO, 2004. Kemudian menurut Andersson et all 2012 selama tahun 2003 hingga tahun 2011 jumlah negara yang mengalami kekurangan
iodium menurun dari 54 negara menjadi 32 negara dan jumlah negara dengan asupan iodium yang cukup meningkat dari 67 negara menjadi 105 negara. Walaupun status iodium membaik
sejak tahun 2003, namun kemajuan global masih dinilai sangat lambat dan program intervensi perlu diperluas agar mencapai sekitar sepertiga dari populasi global yang
iodiumnya tidak mencukupi. Menurut UNICEF 2007, prevalensi kekurangan iodium dalam populasi umum
diwilayah Eropa sekitar 52, di wilayah Afrika sekitar 41,5, di wilayah mediterania timur sekitar 47,2 dan diwilayah Asia Selatan sekitar 30. Dengan demikian, terbukti bahwa
masalah kekurangan iodium merupakan masalah global. Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki prevalensi GAKI yang masih
cukup tinggi. Berdasarkan survei GAKI tahun 2003 diperkirakan 18,8 penduduk hidup di daerah endemik ringan, 4,2 didaerah endemik sedang dan 4,5 didaerah endemik berat.
Dari 28 provinsi, 17 provinsi endemik ringan 60,8, dua provinsi endemik sedang 7,1 dan dua provinsi endemik ringan 7,1 dan dari 342 kabupatenkota 122 kabupaten dalam
Universitas Sumatera Utara
kategori endemik ringan 35,7, 42 kabupaten endemik sedang 12,2 dan 30 kabupaten endemik berat 8,8. Kabupaten Dairi adalah satu-satunya yang termasuk pada kategori
endemik berat di provinsi Sumatera Utara dengan TGR sebesar 33,9, angka ini jauh lebih tinggi dibanding dengan angka TGR provinsi Sumatera Utara sebesar 5,3 dan TGR tingkat
Nasional sebesar 11,1 Depkes RI, 2003. Berdasarkan kategori endesimitas, dari 15 kecamatan di Kabupaten Dairi diketahui 2
kecamatan termasuk dalam kategori endemis berat yaitu, Kecamatan Siempat Nempu, dengan prevalensi TGR sebesar 33,9 dan Kecamatan Parbuluan dengan prevalensi TGR sebesar
36,2, satu Kecamatan endemis sedang, sembilan Kecamatan endemis ringan, dan dua Kecamatan non endemis Depkes RI, 2003
Hasil penelitian Gema 2007, diketahui prevalensi TGR pada anak SD di kabupaten Dairi sebesar 29,2, diantaranya 24,7 grade 1 dan 4,5 grade 2, prevalensi tertinggi
terdapat pada kecamatan Parbuluan sebesar 35,6 endemik berat, dan prevalensi terendah Kecamatan Silahisabungan 4,8 endemik ringan. Berdasarkan penelitian tersebut
menunjukkan masih rendahnya asupan iodium dalam keluarga yang kemungkinan terjadi karena rendahnya pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam pengetahuan ibu dalam
penggunaan garam beriodium. Berdasarkan survei yang dilakukan penulis di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan
Kabupaten Dairi, garam yang dikonsumsi oleh masyarakat sudah mengandung iodium yang berkisar antara 30-80 ppm yang diketahui melalui test iodine pada garam. Pada umumnya
masyarakat menggunakan garam yang berbentuk kasar dan hanya sebagian kecil yang menggunakan garam halus, dengan merek garam beriodium yang tersedia adalah garam cap
jangkar dan refina. Hasil survey pendahuluan yang dilakukan penulis masih ada 1 orang ibu yang
menderita gondok dan dari 7 orang ibu rumah tangga yang penulis wawancarai ada 1 orang
Universitas Sumatera Utara
ibu rumah tangga yang belum pernah mendengar garam beriodium dan 5 orang ibu rumah tangga yang tidak mengetahui cara penggunaan garam beriodium yang tepat.
Berdasarkan hal tersebut diatas penulis ingin mengetahui gambaran perilaku ibu rumah tangga dalam penggunaan garam beriodium dan kualitas garam di Desa Bangun I yang
merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Tahun 2014.
1.2 Perumusan Masalah