Penggunaan Garam Beriodium Sahabat terbaik yang kukasihi Franscius Simanjuntak, SH yang selalu memberikan

Hasil penelitian pada ibu yang hipotiroidi selama hamil diobati dan tidak diobati menunjukkan perbedaan yang bermakna dalam hal kelahiran anak normal, kejadian abortus dan kelahiran prematur Budiyanto, 2002.

2.9 Penggunaan Garam Beriodium

Nurachman dan Sarwono 2003 dalam tulisannya pada kompas 29 april 2003, Iodium dengan simbol kimia I adalah elemen non logam penting yang diperlukan tubuh dalam jumlah renik secara terus-menerus. Kekurangan iodium, khususnya pada anak-anak, sangat mengganggu pertumbuhan dan tingkat kecerdasan. Iodium di alam tidak pernah ditemukan sebagai elemen tunggal, tetapi ia tersimpan didalam senyawa, misalnya garam kalium periodat KIO. Dalam keadaan kering, garam ini sangat stabil sehingga bisa berumur lebih dari lima puluh tahun tanpa mengalami kerusakan. Itu sebabnya mengapa garam KIO dipakai sebagai suplemen untuk program iodisasi garam garam beriodium. Garam beriodium mengandung 0,0025 persen berat KIO artinya dalam 100 gram total berat garam terkandung 2,5 mg KIO. Berikut ini dipaparkan cara sederhana untuk menghitung berapa banyak KIO yang dikonsumsi seseorang. Andaikan seorang ibu rumah tangga dalam sehari memasak 1 panci sup kapasitas dua liter dengan menggunakan dua sendok garam beriodium misalnya dengan berat 20 gram, dan tiap-tiap anggota keluarga pada hari tersebut melalap dua mangkok volume total kuah 100 ml. Maka, berat total garam KIO yang dikonsumsi tiap-tiap anggota keluarga itu dalam sehari dengan asumsi tidak makan garam melalui makanan lainnya adalah 0,0000025 gram atau 2,5 mikrogram dari 0,0025 x 20 gram x 100ml200ml. Jumlah garam yang sangat kecil, namun sangat diperlukan. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah semua 2,5 mikrogram KIO tersebut masuk kedalam tubuh. Kalau tiap-tiap keluarga memiliki kebiasaan menaburkan garam Universitas Sumatera Utara ketika hidangan telah berada di atas meja makan tidak pada saat memasak, maka jawabannya benar. Kenyataannya tidak demikian, karena hampir semua ibu rumah tangga selalu mencampurkan garam beriodium saat memproses makanan. Kalau hal ini dilakukan, maka kemungkinan besar iodium yang jumlahnya sangat kecil ini telah lenyap sebagai gas selama memasak. Secara kmiawi, fenomena tersebut dijelaskan dari proses reduksi KIO. Reaksi reduksi ini sebenarnya berlangsung sangat lambat. Namun, laju reaksi bisa dipercepat jutaan kali lipat dengan bantuan senyawa antioksidan, keasaman larutan dan panas. Seperti kita ketahui bahwa semua bahan makanan organik hewan ataupun tanaman selalu memiliki antioksidan dan proses memasak selalu menggunakan panas serta terkadang ada asamnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan garam beriodium menjadi sia-sia. Percobaan sederhana untuk membuktikan lenyapnya iodium adalah dengan mencampurkan garam beriodium dengan antioksidan bisa berupa tumbuhan cabai atau bawang dan asam cuka, yang kemudian direbus. Iodium yang lepas bisa diamati dari larutan kanji sebagai indikator. Bila berubah menjadi biru, pertanda iodium telah lepas sebagai gas.

2.10 Permasalahan Hambatan Garam Beriodium