Strategi Untuk Meningkatkan Rumah Tangga dalam Penggunaan Garam Beriodium Masalah Perilaku Ibu Rumah Tangga Terhadap Penggunaan Garam Beriodium

perdagangan bebas seringkali menyebabkan garam rakyat digunakan sebagai garam konsumsi tanpa melalui proses pencucian dan iodisasi Komite Nasional Garam, 1997. 2. Masih Rendahnya Kualitas Garam Beriodium Dari hasil pengujian mutu ditingkat produksi yang dilaksanakan Kandep Perindustrian pada 250 produsen garam beriodium diseluruh Indonesia menunjukkan bahwa rata-rata kandungan KIO3 yang memenuhi syarat 30ppm adalah 56, sedangkan hasil uji laboratorium terhadap garam beriodium yang dilakukan oleh Balai Pengawasan Obat dan Makanan BPOM Departemen Kesehatan di seluruh Indonesia diperoleh hasil garam beriodium yang memenuhi syarat hanya 25. Berdasarkan survei Biro Pusat Statistik BPS dalam SUSENAS tahun 1995, kadar iodium dalam garam dapur di rumah tangga yang memenuhi syarat adalah 58. Rendahnya kualitas garam beriodium antara lain disebabkan karena peralatan iodisasi yang digunakan khususnya pada produsen garam beriodium berskala kecil masih rendah, sehingga kandungan iodium didalam garam tidak stabil dan tidak homogen. Sistem penyimpanan dan kemasan yang tidak memenuhi syarat juga merupakan penyebab penurunan kandungan KIO3 Komite Nasional Garam, 1997.

2.11 Strategi Untuk Meningkatkan Rumah Tangga dalam Penggunaan Garam Beriodium

Depkes RI, 2001, mengatakan bahwa hal-hal yang dilakukan dalam rangka meningkatkan rumah tangga mengkonsumsi garam beriodium antara lain adalah : menyediakan garam beriodium yang memenuhi Standar Nasional Industri SNI 30 ppm KIO3, dilakukan pengawasan mutu garam ditingkat produsen, mengadakan pemantauan garam beriodium ditingkat distribusi dan pasar, melakukan pemantauan konsumsi garam beriodium di tingkat rumah tangga dan tingkat masyarakat, juga digalakkan promosi untuk meningkatkan kebutuhan konsumsi garam. Universitas Sumatera Utara

2.12 Masalah Perilaku Ibu Rumah Tangga Terhadap Penggunaan Garam Beriodium

Salah satu masalah dalam penggunaan garam beriodium adalah kurangnya pengetahuan ibu-ibu rumah tangga mengenai garam beriodium, selain itu sikap dan tindakan ibu juga belum tepat dalam hal memilih jenis dan mutu garam yang baik, masih banyak ibu- ibu rumah tangga yang lebih memilih garam murah, adanya pendapat-pendapat seperti :“ yang penting makanannya sudah terasa asin”. Dalam hal penyimpanan garam banyak ibu-ibu yang lupa menutup wadah garam setelah pemakaian garam, penempatan garam masih banyak yang menyimpan dekat perapian dengan alasan mudah dijangkau. Pada pemakaian garam banyak ibu yang tidak tahu kapan saatnya harus membubuhi garam, banyak para ibu yang tidak memperhatikan seperti membubuhi garam saat teringat saja. Hal tersebut akan membuat rusaknya atau hilangnya kandungan iodium pada garam yang akhirnya berakibat berkurangnya konsumsi garam beriodium. Selain itu banyak juga ibu-ibu rumah tangga yang belum mempunyai keterampilan dalam hal menguji garam yang mengandung iodium. Penelitian-penelitian yang mendukung mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang GAKI dilakukan oleh Depkes RI pada tahun 1994, bekerja sama dengan UNICEF dan Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi IPB dapat digunakan untuk menyusun suatu strategi dalam penggunaan garam beriodium, temuan hasil studi tersebut adalah: - Gangguan akibat kekurangan iodium, seperti gondok dapat dicegah dengan menggunakan garam beriodium tetapi kebiasaan masyarakat setempat dalam menggunakan garam tidak mendukung pernyataan tersebut, karena lebih banyak garam tak beriodium dikonsumsi daripada garam yang beriodium. - Istilah setempat untuk menyebut kreti, cacat bawaan dan keguguran berbeda untuk setiap lokasi studi. Begitu juga gangguan fisik dan non fisik yang mereka utarakan sebagai akibatnya. Mereka tidak menyadari bahwa gangguan fisik dan non fisik tersebut ada hubungannya dengan faktor kekurangan odium. Universitas Sumatera Utara - Sekolah sebagai sarana pendidikan dimana generasi penerus harapan bangsa berpacu menuju prestasi dan cita-cita yang didambakan tidak pernah diberi bekal tentang iodium, guru sebagai pendidik dan penyampai informasi belum sepenuhnya dan seefektif mungkin menyampaikan tentang garam beriodium. Dampak tidak adekuatnya penggunaan garam beriodium dirumah tangga antara lain terjadinya pembesaran kelenjar gondok, gangguan pertumbuhan fisik dan mental. Para ibu rumah tangga diharapkan dapat berperilaku yang benar dalam hal penggunaan garam beriodium, untuk itu perlu memperhatikan upaya-upaya sebagai berikut Depkes RI, 2001: 1. Setiap rumah tangga mengkonsumsi garam beriodium 2. Tutup kembali wadah garam beriodium dengan rapat sesudah pengambilan 3. Dalam proses memasak, gunakan garam beriodium pada tahap akhir yaitu setelah makanan sudah matang 4. Membeli dan menggunakan garam beriodium yang memenuhi syarat 5. Letakkan garam beriodium ditempat yang sejuk, jauhkan dari panas api dan hindari sinar matahari langsung

6. Gunakan sendok yang kering untuk mengambil garam 2.13 Kerangka Konsep

Pada penelitian ini melihat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam penggunaan garam beriodium di tingkat rumah tangga di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi dengan melakukan pengamatan terhadap faktor input umur, pendidikan, pekerjaan rumah tangga dan beberapa faktor lain yang mempengaruhinya yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam penggunaan garam beriodium. Universitas Sumatera Utara