ibu rumah tangga yang belum pernah mendengar garam beriodium dan 5 orang ibu rumah tangga yang tidak mengetahui cara penggunaan garam beriodium yang tepat.
Berdasarkan hal tersebut diatas penulis ingin mengetahui gambaran perilaku ibu rumah tangga dalam penggunaan garam beriodium dan kualitas garam di Desa Bangun I yang
merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Tahun 2014.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah “ bagaimana perilaku ibu rumah tangga dalam penggunaan garam
beriodium dan kualitas garam di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Tahun 2014”.
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran perilaku ibu rumah tangga dalam penggunaan garam beriodium dan kualitas garam di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi
Tahun 2014.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu tentang garam beriodium di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi
2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap ibu tentang penggunaan garam beriodium di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Tahun 2014
3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tindakan ibu tentang garam beriodium di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Tahun 2014
1.4. Manfaat Penelitian
Universitas Sumatera Utara
1. Penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan dalam upaya program penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium GAKI
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi, khususnya penelitian yang berhubungan dengan perilaku ibu rumah tangga dalam penggunaan garam beriodium.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Perilaku
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak diamati oleh pihak luar. Perilaku diartikan sebagai suatu reaksi
manusia terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan dan
rangsangan tersebut dapat menimbulkan suatu perubahan perilaku Notoatmodjo, 2003. Menurut Blum dalam Notoatmodjo, 2003 perilaku merupakan yang dominan
mempengaruhi kesehatan setelah lingkungan. Perilaku selalu berperan dalam lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, juga sosial budaya.
2.1.1. Proses Adopsi Perilaku
Penelitian Rogers 1974 mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
1. Awarennes kesadaran, dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulusobjek. Dalam tahap ini seseorang belum memiliki informasi
mengenai stimulus yang telah dikondisikan yaitu penggunaan garam beriodium. Untuk itu informasi mengenai penggunaan garam tersebut harus disampaikan melalui berbagai saluran
komunikasi yang ada, bisa melalui media cetak, media elektronik, maupun kondisi interpersonal diantara masyarakat.
2. Interest, dimana orang mulai tertarik kepada stimulus yaitu tentang penggunaan garam beriodium baik tertarik terhadap mutu garam, penyimpanan dan manfaat garam beriodium.
3. Evaluation menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Dalam tahap ini terjadi lebih banyak dalam tingkat pemikiran calon seseorang
pengguna garam beriodium. Seseorang akan mengukur keuntungan yang akan dia dapat jika mengadopsi inovasi tersebut secara personal. Berdasarkan evaluasi dan diskusi dengan orang
Universitas Sumatera Utara
lain, ia mulai cenderung untuk mengadopsi atau menolak hal-hal yang berhubungan dengan garam beriodium.
4. Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru. Dalam tahap ini, seseorang membuat keputusan akhir apakah akan mengadopsi perilaku baru tentang penggunaan garam
beriodium atau menolak. Namun bukan berarti setelah melakukan pengambilan keputusan ini lantas menutup kemungkinan terhadap perubahan dalam pengadopsian. Dalam tahap ini
seseorang mulai menggunakan inovasi sambil mempelajari lebih jauh tentang penggunaan garam beriodium tersebut.
5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Setelah sesuai keputusan, seseorang kemudian akan mencari
pembenaran atas keputusan mereka. Apakah perilaku penggunaan garam tersebut di adopsi atau tidak, seseorang akan mengevaluasi akibat dari keputusan yang telah dibuatnya, tidak
menutup kemungkinan seseorang mengubah keputusan yang tadinya menolak penggunaan garam beriodium jadi menerima setelah melakukan evaluasi.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut diatas. Apabila penerimaan perilaku
adopsi melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.
2.1.2 Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku
Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Menurut WHO, perubahan perilaku
dikelompokkan menjadi 3 yakni: 1. Perubahan alamiah Natural Change
Perilaku manusia selalu berubah dimana sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan terhadap
Universitas Sumatera Utara
penggunaan garam beriodium, maka anggota-anggota masyarakat didalamnya juga akan mengalami perubahan.
2. Perubahan terencana Planned change Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncakan sendiri oleh subjek, setelah
menimbang-nimbang baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. 3. Kesediaan untuk berubah Readdiness to change
Apabila terjadi suatu inovasi atau perubahan perilaku di masyarakat tentang penggunaan garam beriodium, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat
cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut, dan sebagian besar lagi sangat lambat untuk menerima inovasi. Hal ini disebabkan karena pada setiap orang
mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.
2.1.3 Strategi Perubahan Perilaku
Di dalam program-program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma-norma kesehatan, sangat diperlukan usaha-usaha konkrit dan positif. Beberapa
strategi untuk memperoleh perubahan perilaku tersebut dikelompokkan menjadi 3, yakni:
1. Menggunakan kekuatankekuasaan Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran atau masyarakat
sehingga ia mau melakukan berperilaku seperti yang diharapkan. Cara ini dapat ditempuh misalnya dengan adanya peraturan-peraturanperundang-undangan yang
harus dipatuhi oleh anggota masyarakat. Cara ini akan menghasilkan perilaku yang cepat, akan tetapi perubahan perilaku tersebut belum tentu berlangsung lama karena
perubahan perilaku yang terjadi tidak atau belum didasari oleh kesadaran sendiri. 2. Pemberian informasi
Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara-cara penggunaan garam beriodium, cara penyimpanan garam beriodium dan sebagainya akan meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut.
Universitas Sumatera Utara
3. Diskusi dan partisipasi Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua tersebut diatas dimana didalam
memberikan informasi-informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah saja, tetapi dua arah. Hal ini berarti bahwa masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi,
tetapi juga harus ikut berpatisipasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi yang diterimanya. Dengan demikian maka pengetahuan-pengetahuan kesehatan sebagai
dasar perilaku mereka diperoleh secara mantap dan lebih mendalam. Cara ini memakan waktu yang lebih lama dari cara yang kedua dan jauh lebih baik dari cara
yang pertama. Diskusi partipasi adalah salah satu cara yang baik dalam rangka memberikan informasi-informasi dan pesan-pesan kesehatan.
2.1.4 Jenis Perilaku
Skiner 1938, yang dikutip Notoadmodjo 2003 membedakan adanya dua respons perilaku yaitu:
a. Perilaku yang alami innate behavior adalah perilaku yang dibawa sejak organisme dilahirkan, yaitu yang berupa fefleks-refleks atau insting-insting.
b. Perilaku operan operan behavior adalah perilaku yang dibentuk melalui proses belajar. Sebagian besar perilaku manusia adalah perilaku operan.
Perilaku manusia merupakan hasil dan segala macam pengalaman serta interaksi manusia dan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan Sarwono, 1993, sehingga perilaku individu tersebut dapat diukur melalui: a. Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Garam Beriodium
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan seseorang terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga Notoatmodjo, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pendidikan formal dan informal. Selain itu juga dapat diperoleh dengan melihat , mendengar sendiri atau melalui alat-alat
komunikasi, mendengar siaran radio dan menyaksikan siaran di televisi maupun melalui penyuluhan kesehatan Suhardjo, 1989.
Pengetahuan ibu serta ketrampilan ibu sangat diperlukan dalam upaya pemilihan garam beriodium yang tepat, cara penggunaannya selama proses pengolahan dan cara
penyimpanan garam beriodium. Makin tinggi pengetahuan ibu makin banyak yang dilakukan dalam memenuhi kecukupan iodium yang berguna bagi tubuh.
Pengetahuan ibu sangat berpengaruh didalam pelaksanaan dan penerapan dirumah tangganya. Semakin banyak pengetahuan ibu tentang garam beriodium maka dapat
diperhitungkan jenis garam yang dipilih untuk dikonsumsinya. Ibu yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang garam beriodium tidak melakukan pemilihan garam
berdasarkan kandungan iodium, dan tidak memahami cara penggunaan garam beriodium Sediaoetomo, 2003.
Dari hasil penelitian Setiarini, 2010 menyatakan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan ibu rumah tangga dengan cara penyimpanan dan penggunaan garam beriodium.
Pada penelitian tersebut diketahui bahwa sebagian besar ibu rumah tangga masih salah 73,7 cara menyimpan garam beriodium. Hal tersebut berlaku bagi ibu rumah tangga yang
mempunyai pengetahuan GAKI tinggi 67,9 maupun yang rendah 80,9. Menurut hasil penelitian Elita, 2009 mengenai cara penggunaan garam beriodium
hampir seluruh ibu rumah tangga belum mengetahui dan memahami cara penggunaan garam beriodium yang benar. Mereka menyatakan apabila garam ditambahkan setelah proses
memasak maka rasanya tidak meresap. Seperti halnya dari hasil penelitian Setiarini, 2010 menunjukkan cara penggunaan garam beriodium oleh ibu rumah tangga pada proses
pemasakan sebagian besar masih salah. Hal tersebut dikarenakan mereka beralasan bahwa jika garam dihaluskan dengan bumbu maka masakan akan lebih terasa karena garam lebih
Universitas Sumatera Utara
meresap dibumbu. Kurangnya pengetahuan akan cara penggunaan yang tepat tentunya mempengaruhi kadar iodium yang hilang Depkes RI, 2009.
b. Sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap Garam Beriodium Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan adanya kesesuaian reaksi
terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial Notoatmodjo, 2003.
Notoatmodjo 2005, mengutip pernyataan Newcorb salah seorang ahli psikologi sosial yang menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,
dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih
merupakan reaksi tertutup, bukan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan
terhadap objek. Sikap yang dimaksud adalah respons ibu rumah tangga terhadap stimuli sosial yang telah dikondisikan yaitu penggunaan garam beriodium.
Dari hasil penelitian Ekawati, 2013 sikap negatif ditunjukkan oleh informan lebih besar dari pada sikap positifnya. Karena sebagian besar ibu rumah tangga menyatakan rasa
makanan menjadi pahit setelah ditambahkan garam beriodium. Ada beberapa alasan yang menunjukkan hal tersebut yaitu mereka pernah mencoba menggunakan garam beriodium dan
muncul rasa pahit pada makanan sehingga mereka tidak berkeinginan menggunakan kembali garam tersebut. Selain itu adanya pengaruh dari orang sekitar seperti tetangga dan mertua
yang menyatakan garam beriodium pahit membuat sikap negatif timbul terhadap garam beriodium pada ibu rumah tangga.
Berdasarkan penelitian Ekawati tersebut menunjukkan bahwa sikap yang terbentuk pada diri seseorang terhadap garam beriodium dapat dipengaruhi oleh adanya pengalaman
Universitas Sumatera Utara
pribadi pernah menggunakan garam beriodium, pengaruh orang sekitar seperti mertua dan tetangga serta kebiasaan menggunakan garam biasa. Hal ini sesuai dengan pendapat Azwar,
2009 yang menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap diantaranya pengalaman pribadi, kebudayaan dan pengaruh orang lain yang dianggap
penting. Dari hasil penelitian Badri 2011 sikap ibu rumah tangga tentang penggunaan garam
beriodium 52,78 negatif. Hal tersebut dipengaruhi informasi dan pengetahuan yang kurang. Ibu rumah tangga salah dalam menggunakan garam beriodium yaitu semua digerus bersama
bumbu dan setelah garam dimasukkan kedalam sayuran panci terbuka. Ini akan menyebabkan penguapan kandungan iodium tersebut. Seharusnya garam dimasukkan setelah sayuran masak
dan setelah dimasukkan sayuran ditutup Almatsier, 2011. Hasil tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan ibu yang kurang tentang cara penggunaan garam beriodium.
c. Tindakan Ibu Rumah Tangga Terhadap Garam Beriodium Tindakan adalah respon nyata dari seseorang terhadap suatu objek. Setelah seseorang
mengetahui stimulus kemudian mengadakan penelitian atau pendapat terhadap apa yang diketahui atau yang disikapinya tersebut dalam bentuk tindakan. Praktek individu terhadap
suatu objek dipengaruhi oleh persepsi individu tentang kegawatan objek, kerentanan, faktor sosio demografi, pengaruh media massa, anjuran orang lain serta perhitungan untung rugi
dari praktek tersebut.
2.2 Garam
Garam merupakan salah satu komoditi strategis karena selain merupakan suatu kebutuhan pokok manusia, juga digunakan sebagai bahan baku industri. Untuk kebutuhan
garam konsumsi manusia, garam lebih dijadikan sarana fortifikasi zat iodium, menjadi garam konsumsi beriodium dalam rangka penanggulangan GAKI. Garam merupakan salah satu
sumber sodium dan klorida dimana kedua unsur tersebut diperlukan untuk metabolisme tubuh. Penggunaan garam secara garis besar dibagi dalam 3 tiga kelompok yaitu:
Universitas Sumatera Utara
-. Garam untuk konsumsi manusia -. Garam untuk pengasinan dan aneka pangan
-. Garam untuk industri Deperindag, 2000. Garam adalah kumpulan senyawa kimia dengan komponen utamanya Natrium
Klorida NaCL sama saja dengan garam dapur. Proses pembuatan garam di Indonesia pada umumnya dengan cara menguapkan air laut dengan menggunakan sinar matahari atau dengan
sumber panas lainnya. Tetapi ada juga yang diperoleh melalui penambangan dari tanah di bekas daerah lautan.
Dalam kehidupan manusia sehari-hari kegunaan garam selain memberikan rasa asin pada makanan, juga dipakai sebagai pengawet, misalnya untuk pengawet ikan dan bahan
pangan lainnya. Garam juga salah satu komponen dalam pembuatan garam oralit. Garam juga merupakan pembuatan larutan infus 0,9 NaCL yang digunakan sebagai pengganti cairan
tubuh yang hilang akibat dehidrasi. Garam yang telah diiodisasi juga berguna dalam menanggulangi penyakit gondok Depkes RI, 2005.
2.3 Garam Beriodium