Peran Teknologi Informasi Pada Manajemen Administrasi Perkara Pengadilan Agama (Studi Kasus Implementasi Siadpa Plus Di Pa Tangerang)

(1)

(Studi Kasus Implementasi SIADPA Plus di PA Tangerang)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat memperoleh Gelar Sarjana Syariah ( S.Sy)

Oleh:

UUF ROUF NIM. 109044100009

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A


(2)

PERAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA MANAJEMEN

ADMINISTRASI PERKARA PENGADILAN AGAMA

(Studi Kasus Implementasi SIADPA Plus di PA Tangerang)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah ( S. Sy)

Oleh:

Uuf Rouf

NIM : 109044100009

Dibawah Bimbingan

Hotnidah Nasution, MA

NIP. 19710630 199703 2 002

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A


(3)

MANAJEMEN ADMINISTRASI PERKARA PENGADILAN AGAMA (Studi

Kasus Implementasi SIADPA Plus di PA Tangerang)” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 28 Januari 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu (S-1) pada Program Studi Ahwal al-Syakhsiyyah.

Jakarta, 28 Januari 2014

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

Ketua : Prof.Dr.H.Muhammad Amin Suma. S.H.,M.A.,M.M. NIP. 19550505 1982031012

Sekretaris : Hj. Rosdiana, M.A. NIP. 196906102003122001

Pembimbing: Hotnidah Nasution, M.A. NIP. 197106301997032002

Penguji I : Hj. Rosdiana, M.A. NIP. 196906102003122001

Penguji II : Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, M.A. NIP. 197608072003121001


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang saya ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S-1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulah Jakarta.

2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulah Jakarta.


(5)

Administrasi Perkara Pengadilan Agama (Studi Kasus Implementasi SIADPA Plus di PA Tangerang). Peradilan Agama. Ahwal as-Syakhsiyyah. Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2013. x+ 89+ 16.

Dengan di implementasikannya aplikasi SIADPA Plus dapat mewujudkan asas sederhana, cepat dan biaya ringan, aplikasi SIADPA Plus sebagai sebuah sistem manajemen perkara (case management sistem) di Pengadilan Agama. Namun realita yang terjadi adalah sulitnya menyatukan persepsi antara sesama user maupun

administrator dalam masalah blanko SIADPA Plus.

Tujuan penulisan penelitian ini adalah bagaimana melihat peran dan fungsi aplikasi SIADPA Plus sebagai manajemen perkara di Pengadilan Agama Tangerang, dalam hal ini ketua, hakim, dan pejabat kepaniteraan, selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk melihat apakah aplikasi SIADPA Plus sinkron atau tidak dengan pola Bindalmin.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan jenis penelitian kualitatif atau penelitian lapangan. Sumber data untuk mendeskripsikan masalah utama adalah sumber data primer (penelitian lapangan) dan sumber data sekunder (studi kepustakaan). Teknik pengumpulan data dengan cara dokumentasi, wawancara, dan observasi. Metode analisis yang diterapkan untuk mendapatkan kesimpulan atas permasalahan yang dibahas adalah melalui pendekatan kualitatif.

Teknis Manajemen administrasi perkara di Pengadilan Agama Tangerang adalah berdasarkan pola Bindalmin, dalam rangka memaksimalkan transparansi dan pelayanan prima Pengadilan Agama Tangerang menerapkan aplikasi SIADPA Plus sebagai sistem manajemen perkara (case management system). Aplikasi SIADPA Plus ini sudah disinkronkan oleh Badan Direktorat Peradilan Agama (Badilag) dengan pola- pola Bindalmin. Peran aplikasi SIADPA Plus sangat membantu dalam menunjang tugas pokok dan fungsi KPA, hakim, dan pejabat kepaniteraan Pengadilan Agama Tangerang, sehingga dalam menjalankan tugasnya lebih efektif dan efisien.

Kata kunci : Manajemen Perkara, Pola Bindalmin, SIADPA Plus, User, Administrator, Sistem Informasi, dan Teknologi Informasi.

Pembimbing : Hotnidah Nasution, MA. Daftar Pustaka : Tahun 1978 s.d Tahun 2012


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt yang telah mencurahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada pembimbing umat, Muhammad Rasulullah Saw, bagi keluarganya, para sahabatnya, dan pengikutnya sebagai suri tauladan yang baik bagi kita semua.

Selama masa perkuliahan hingga tahap akhir penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis, juga dengan penuh kesadaran penulis menyadari bahwa skripsi yang berjudul “PERAN TEKNOLOGI

INFORMASI PADA MANAJEMEN ADMINISTRASI PERKARA

PENGADILAN AGAMA (Studi Kasus Implementasi SIADPA Plus di PA Tangerang)” tidak akan selesai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil.

Seperti juga perjalanan studi yang penulis lalui dari awal hingga akhir, tidak ada pekerjaan yang sukses dilalui dalam kesendirian. Dibalik keberhasilan selalu ada lingkaran lain yang memberikan semangat, motivasi bimbingan serta doa. Maka dalam kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH.,MA.,MM selaku dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs H. A. Basiq Djalil, SH., MA., dan Ibu Rosdiana, MA., selaku ketua dan sekretaris Program Studi Ahwal Syakhsiyyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Hotnidah Nasution, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah sabar membimbing, memberikan arahan dan meluangkan waktunya kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini selesai.

4. Ibu Hj. Rosdiana, MA Penguji I dan Bapak Dr. Ahmad Tolabi Kharlie, MA yang sudah merevisi dan memberikan nilai yang sangat memuaskan, syukran katsir.


(7)

vii

6. Ketua dan seluruh staf Perpustakaan Syariah dan Hukum dan Perpustakaan Utama UIN Sayarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu dalam mendapatkan buku-buku atau referensi yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Heldi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis selama kuliah di Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Seluruh civitas akademika Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi Ahwal as-Syakhsiyyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah banyak memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis. 9. Ayahanda tercinta yang telah tiada KH. Abdul Mu’thi, semoga arwah ayahanda

berada di surga Jannah an-Nai’m “Allahumaj’al Qabrahu Raudhah Min Riyadil Jinan Wa La Taj’al Qabrahu Hufrah Min Hifarin Niran”, dan Ibunda tercinta Siti Aisyah, terima kasih atas segala kasih sayang, perhatian dan motivasinya baik moril maupun materil, sujud abdiku kepada Ibunda atas doa dan pengorbanannya selama ini “Allahummagfirlii Waliwaalidayya Warhamhuma Kama Rabbayani shagiira”. Kepada tetehku Aam Muthmainnah, adik-adikku tercinta Harun, Kimah, Neneng, Ilham, Hamdun, Husnul, dan Lukman, kalian adalah motivasi dan inspirasiku. 10.Om Johar, Om Samiin, kakak ipar Kholid, dan seluruh keluarga besar Pondok

Pesantren Raudhatul Mubtadiin, terimakasih atas wejangan dan inspirasinya. Tidak lupa pula untuk guruku sekaligus Om Bapak Dr. KH. A. Juaini Syukri, BA, Drs. Lc, MA, terima kasih atas petuah dan bantuannya baik moril maupun materiil, semoga beliau selalu diberikan kesehatan dan di murahkan rizkinya.

11.Teman-teman seperjuangan PA.A angkatan 2009 terimakasih atas kebersamaannya, selama kita empat tahun kita saling mengenal dan menjalin persahabatan bahkan persaudaraan.


(8)

viii

12.Sahabat karibku Helmi, Farhan, Asep, Fajar, Waisul, Ihsan, Didin, Adi, Lia terimakasih atas kebaikan, dukungan dan semangat kalian, semoga persahabatan kita tidak akan pernah putus meskipun kita tidak bersama lagi.

13.Especially Listiani Fansela, seorang yang telah banyak membantu dan memberikan semangat kepada penulis, sehingga dapat terselesaikannya penulisan skripsi ini.

Mengakhiri kata pengantar ini, atas semua bantuan yang telah diberikan, penulis hanya dapat memanjatkan do’a kepada Allah Swt semoga kebaikan yang telah diberikan dapat bernilai ibadah dan dibalas oleh Allah Swt.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat kepada semua pihak yang membacanya, memperoleh ridha Allah Swt, dan menjadi penyemangat bagi penulis untuk bisa mengembangkan keilmuan pada masa-masa berikutnya di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dengan pesat pada era globalisasi ini.

Jakarta, 28 Januari 2014


(9)

ix

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIAN UJIAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

F. Metode Penelitian ... 11

G. Studi Review ... 15

H. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II ADMINISTRASI PERKARA DI PENGADILAN AGAMA A. Manajemen Administrasi Perkara Pengadilan Agama ... 18


(10)

x

B. Manajemen Administrasi Pengadilan Agama Berbasis Sistem

Informasi ... 33

C. Sistem Informasi Administrasi Perkara Pengadilan Agama (SIADPA Plus) ... 36

BAB III PROFIL PENGADILAN AGAMA TANGERANG KELAS 1 B A. Sejarah Pengadilan Agama Tangerang ... 53

B. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Tangerang ... 56

C. Visi dan Misi Pengadilan Agama Tangerang ... 58

D. Wilayah Yurisdiksi Pengadilan Agama Tangerang ... 58

E. Kewenangan Pengadilan Agama Tangerang ... 59

BAB IV PERAN SIADPA PLUS DI PENGADILAN AGAMA TANGERANG A. Implementasi SIADPA Plus di Pengadilan Agama Tangerang ... 61

B. Sinkronisasi Pola Bindalmin dengan SIADPA Plus ... 65

C. Peran SIADPA Plus di PA Tangerang dalam Penyelesaian Perkara .... 67

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 81

B. Saran-Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85


(11)

1

A. Latar Belakang Masalah

Di era pertengahan tahun 1990-an teknologi informasi telah mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat, sehingga untuk memperoleh informasi dari segala penjuru dunia bukanlah suatu hal yang sulit lagi. Sebenarnya istilah information technology (IT) yang di bahasa Indonesiakan dengan teknologi informasi (TI) ini mulai populer di penghujung tahun 1970-an. Di masa itulah teknologi informatika dikenal dengan sebutan teknologi komputer atau pengolahan data elektronik. Kemudian, satu dasawarsa berikutnya terjadi perkembangan yang cukup menakjubkan dimana teknologi informasi yang tadinya dikenal dengan teknologi komputer beserta perangkat elektronik lainnya (software, hardware, elektronik digital, dll) berpadu dengan teknologi komunikasi menghasilkan apa

yang dikenal saat ini dengan “internet”.1

Dewasa ini internet sudah digunakan baik di instansi pemerintahan maupun swasta sebagai media yang memudahkan dalam pelayanan publik, menyampaikan informasi, urusan bisnis, dan lain-lain. Dengan demikian internet merupakan salah satu teknologi informasi yang berperan sangat penting dalam segala kegiatan atau seluruh sektor kehidupan, dan mempunyai andil besar dalam perubahan sistem informasi, struktur operasional dan manajemen dalam suatu organisasi

1

Agus Budi Susilo (Hakim PTUN Jogjakarta), “Peran Teknologi Informasi Dalam Memodernisasi Sistem Peradilan di Indonesia”, di akses pada 12 Oktober 2012 dari https://docs.google.com/file/d/0B1ZQDyCdBqhrS2tmdHgtQmJURmlTWmRWbVJKd3ZKQQ/edit


(12)

2

(pemerintahan, swasta, lembaga pendidikan, LSM), tanpa terkecuali sistem peradilan termasuk Peradilan Agama yang bersifat pelayanan publik.

Pada pengadilan dalam semua lingkungan peradilan, secara garis besar terdapat dua jenis tata cara pengelolaan administrasi pengadilan, yaitu dibidang administrasi perkara dan dibidang administrasi umum.2

Peradilan Agama sebagai salah satu bagian dari sistem peradilan telah melakukan beberapa agenda reformasinya, dan dari sedemikan banyak agenda tersebut, yang sangat penting adalah dibidang teknologi informasi.

Berkenaan dengan tugas, tanggung jawab serta tata cara kerja kepaniteraan pengadilan diatur berdasarkan KMA No.4 Tahun 1992 tentang organisasi dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama. Kepaniteraan Pengadilan Agama merupakan unsur pembantu pimpinan yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada ketua Pengadilan Agama, ia bertugas memberikan layanan teknis dibidang admnistrasi perkara dan administrasi peradilan lainnya, dan untuk dapat melaksanakan tertib admnistrasi perkara, Mahkamah Agung menetapkan pola-pola pembinaan dan pengendaliaan administrasi perkara (Pola Bindalmin).3

Perkembangan dan kemajuan Teknologi Informasi yang demikian pesat telah menyebabkan perubahan kegiatan kehidupan manusia dalam berbagai

2

Wildan Suyuthi Mustafa (Ketua Pengadilan Tinggi Agama Jakarta Pusat), “Manajemen

Peradilan Agama” artikel di akses pada 20 Oktober 2012 dari www.badilag.net/data/

ditbinganis/makalah%20KPA_p%20Wildan.pdf.

3

Abdul Manan dan Ahmad Kamil, Penerapan dan Pelaksanaan Pola Pembinaan dan Pengendalian Administrasi Kepaniteraan Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama (Jakarta: Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, 2007), h. 4.


(13)

bidang yang berpengaruh pula terhadap tuntutan pelayanan peradilan agama. Kehandalan teknologi informasi dalam memberikan solusi efektifitas dan efesiensi aktivitas pemberian pelayanan menjadi alasan bagi Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama RI (BADILAG RI) untuk mengeluarkan kebijakan pemanfaatan teknologi informasi di lingkungan peradilan agama. Kebijakan ini semakin dimantapkan setelah Mahkamah Agung menerbitkan SK KMA Nomor 144 Tahun 2007 tentang Keterbukaan Informasi di Pengadilan.

Penerapan Teknologi Informasi di lingkungan Peradilan Agama memprioritaskan reformasi manajemen di bidang pegawai peradilan, manajemen perkara, transparansi, akuntabilitas, dan akses terhadap informasi peradilan, manajemen keungan serta inpra struktur dan pengawasan serta sanksi.

Pengadilan Agama sebagai institusi pelayanan publik untuk memberikan layanan secara cepat, sederhana dan biaya ringan telah ada pembaharuan penyelenggaraan adminstrasi perkara, yaitu dengan lahirnya Aplikasi Sistem Informasi Administrasi Pengadilan Agama yang disingkat SIADPA Plus.4

Berdasarkan pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, SIADPA Plus juga masuk kategori informasi publik apabila telah dimasukkan dalam direktori putusan pengadilan, karena informasi publik merupakan informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim dan atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggaraan Negara.

4

Bahwa Ketua Muda Urusan Peradilan Agama Mahkamah Agung Republik Indonesia telah mengeluarkan instruksi tentang pemanfaatan Aplikasi SIADPA sebagai pendamping Pola Bindalmin pada peradilan agama di seluruh Indonesia sebagaimana tertuang dalam surat nomor 12/TUADA-AG/IX/2007 tertanggal 27 September 2007.


(14)

4

Dengan demikian Direktori Putusan adalah hasil akhir dari anominasi putusan dalam SIADPA Plus yang dimasukkan ke dalam website Pengadilan Agama.5

Hal ini tampaknya sesuai dengan apa yang dicanangkan oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia yang ada dalam Cetak Biru (Blue Print) pembaharuan peradilan 2010-2035, dalam hal ini bahwa pembaharuan dalam manajemen perkara di pengadilan dilakukan dalam rangka mewujudkan 2 (dua) misi MA, yaitu: pertama, memberikan pelayanan hukum yang memiliki kepastian dan berkeadilan bagi pencari keadilan; dan kedua, meningkatkan kredibilitas dan transparansi badan peradilan. Agenda penyempurnaan pada manajemen perkara dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu sebagai berikut:: Modernisasi manajemen perkara, Penataan ulang organisasi manajemen perkara; Penataan ulang proses manajemen perkara.66

Untuk Melaksanakan semua itu perlu adanya Manajemen Peradilan yang baik dan bagus. Adapun tujuan manajemen peradilan adalah meningkatkan kontribusi produktif orang- orang yang ada dalam lembaga peradilan melalui sejumlah cara yang bertanggung jawab secara strategis, etis, dan sosial, secara

spesipik tujuannya adalah “penegakan hukum yang adil dan berkeadilan.”

5

Republik Indonesia, 2008, Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 Keterbukaan Informasi Publik, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61.

6


(15)

Salah seorang pakar manajemen Islam Syeikh Mahmud Sayyid Al-Hawary, ia memberikan rumusan manajemen (Al-Idarah) sebagai berikut;7

يوقلا ةفرعمو اهب ج يلا لكاشما ةفرعمو ب ذت نيأ ىإ ةفرعم ي ةرادإا

ةرحابلا مقاطلاو كترخ ابلو كل فرصتلا ةيفيك ةفرعم اه ضرع ت يلا لماوعلاو

كا ىإ با ذلا ةلحرم ي عايض نودبو ةءافكبو

.

Artinya :

“Manajemen adalah mengetahui kemana yang dituju, kesukaran apa yang harus dihindari, kekuatan-kekuatan apa yang dijalankan, dan bagaimana mengemudikan kapal anda serta anggota dengan sebaik-baiknya tanpa pemborosan

waktu dalam proses mengerjakannya.”

Dari definisi di atas memberi gambaran bahwa manajemen (peradilan) merupakan kegiatan, proses dan prosedur tertentu untuk mencapai tujuan akhir secara maksimal dengan bekerja sama sesuai jobnya masing-masing. Maka kebersamaan dan tujuan akhirlah yang menjadi fokus utama.

Menurut Wahyu Widyana, selaku Dirjen Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI bahwa tujuan Lembaga Peradilan Agama tertuang dalam visi

dan misi seperti disebutkan; “Visi: Terwujudnya pelayanan peradilan agama yang

prima, Misi: Meningkatkan profesionalisme pegawai peradilan agama dan mewujudkan Peradilan Agama yang modern..88

7

As-Sayyid Mahmud Al-Hawari, Idaarah al-Asas wal Ushulil Ilmiyyah, Cet. III, (Kairo: tp, 1976), h. 285.

8

Wahyu Widiana, “Memantapkan Pelayanan Administrasi Di Lingkungan Peradilan Agama.” Pada Rapat Kerja Nasional Mahkamah Agung RI Dengan Jajaran Pengadilan dari Empat Lingkungan Peradilan Seluruh Indonesia Tahun 2008, Materi Rakernas Perdata Agama, (Jakarta: Panitia Rakernas, 2008), h. 3.


(16)

6

Peran teknologi informasi berbasis sistem informasi dalam pengembangan manajemen Peradilan Agama merupakan suatu yang tidak bisa terelakan lagi. Arti penting kemajuan teknologi informasi tersebut adalah selain agar dimanfaatkan dalam memberikan pelayanan kepada publik terutama bagi pegawai Pengadilan Agama sendiri dan para pencari keadilan, juga untuk lebih memperlancar, mempercepat dan mempernyaman suatu pekerjaan sesuai tupoksi lembaga peradilan itu sendiri.

Dalam pandangan Islam, bahwa untuk berbuat secara terencana disenangi Allah serta untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada serta berlaku adil, dibutuhkan suatu keahlian dalam pengelolaannya. Hal ini berdasarkan hadis berikut:

اََ ثدَح َلاَق ِرِذُْمْلا ُنْب ُميِاَرْ بِإ َِِثدَحو ٌحْيَلُ ف اََ ثدَح َلاَق ٍناَِس ُنْب ُدمَُ اََ ثدَح

ْنَع ٍراَسَي ِنْب ِءاَطَع ْنَع ٍيِلَع ُنْب ُل ََِ َِِثدَح َلاَق َِِأ َِِثدَح َلاَق ٍحْيَلُ ف ُنْب ُدمَُ

َلاَق َةَرْ يَرُ َِِأ

َُءاَج َمْوَقْلا ُثِدَُُ ٍسِلَْ ِي َملَسَو ِْيَلَع ُللا ىلَص ِِلا اَمَْ يَ ب

َلاَقَ ف ُثِدَُُ َملَسَو ِْيَلَع ُللا ىلَص ِللا ُلوُسَر ىَضَمَف ُةَعاسلا َََم َلاَقَ ف ٌِِاَرْعَأ

َم َِرَكَف َلاَق اَم َعََِ ِمْوَقْلا ُضْعَ ب

ىَضَق اَذِإ ََح ْعَمْسَي ََْ ْلَب ْمُهُضْعَ ب َلاَقَو َلاَق ا

ْتَعِ يُض اَذِإَف َلاَق ِللا َلوُسَر اَي اَنَأ اَ َلاَق ِةَعاسلا ْنَع ُلِئاسلا ُاَرُأ َنْيَأ َلاَق َُثيِدَح

َذِإ َلاَق اَهُ تَعاَضِإ َفْيَك َلاَق َةَعاسلا ْرِظَتْ ناَف ُةَناَمَْْا

ِِلَْأ َِْْغ َىِإ ُرْمَْْا َدِسُو ا

ةَعاسلا ْرِظَتْ ناَف

.

ىراخبلا اورُ

(

9

9

Muhammad Ibn Ismail Abu Abdullah Al-Bukhari al-Ja’fiy, Al-Jaami’ al-Shahih al-Mukhtashar (Sahih Bukhari), Juz.V, (Beirut:Daar Ibnu Katsir, 1987), h.2382


(17)

Artinya :

Telah menceritakan kepada kami Muhammad Ibn Sinan berkata, telah menceritakan kepada kami Fulaih. Dan telah diriwayatkan pula hadits serupa dari jalan lain, yaitu Telah menceritakan kepadaku Ibrahim Ibn Al Mundzir berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad Ibn Fulaih berkata, telah menceritakan kepadaku bapakku berkata, telah menceritakan kepadaku Hilal Ibn Ali dari Atho' Ibn Yasar dari Abu Hurairah berkata: Ketika Nabi Saw berada dalam suatu majelis membicarakan suatu kaum, tiba-tiba datanglah seorang Arab Badui lalu bertanya: "Kapan datangnya hari kiamat?" Namun Nabi Saw tetap melanjutkan pembicaraannya. Sementara itu sebagian kaum ada yang berkata; "beliau mendengar perkataannya akan tetapi beliau tidak menyukai apa yang dikatakannya itu, " dan ada pula sebagian yang mengatakan; "bahwa beliau tidak mendengar perkataannya." Hingga akhirnya Nabi Saw menyelesaikan pembicaraannya, seraya berkata: "Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi?" Orang itu berkata: "saya wahai Rasulullah!". Maka Nabi Saw bersabda: "Apabila sudah hilang amanah maka tunggulah terjadinya kiamat". Orang itu bertanya: "Bagaimana hilangnya amanat itu?" Nabi Saw menjawab: "Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka akan tunggulah terjadinya kiamat". (HR. Bukhari)

Pesan tersurat dalil tersebut menjelaskan bahwa dalam pengelolaan manajemen perkara apabila tidak dikelola oleh orang yang ahli maka manjemen perkara tersebut akan mengalami masalah dalam prakteknya.

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, penulis merasa tertarik dan bersemangat untuk mengangkat permasalahan ini dalam bentuk penelitian. Oleh karena itu, peneliti menetapkan judul skripsi ini adalah; PERAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA MANAJEMEN ADMINISTRASI PERKARA PENGADILAN AGAMA (STUDI KASUS IMPLEMENTASI SIADPA Plus DI


(18)

8

B. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian skripsi ini tidak melebar dan meluas serta menjaga kemungkinan penyimpangan dalam penelitian skripsi ini, maka dalam penulisan ini, penulis memfokuskan dan membatasi pembahasan hanya dalam ruang lingkup peranan teknologi informasi dalam manajemen administrasi perkara Pengadilan Agama berbasis sistem informasi. Dalam administrasi perkara ini, penulis akan melihat implementasi program aplikasi SIADPA Plus yang berperan membantu kinerja pegawai Pengadilan Agama, dalam hal ini panitera/panitera pengganti, jurusita/jurusita pengganti, para hakim yang mengoperasikan aplikasi SIADPA Plus dalam pemberian pelayanan hukum yang berkeadilan kepada masyarakat pencari keadilan di lingkungan Pengadilan Agama Tangerang.

C. Rumusan Masalah

Penggunaan aplikasi SIADPA Plus merupakan keniscayaan mewujudkan

asas sederhana dapat diterapkan. Asas Cepat juga dapat diterapkan, karena dengan aplikasi SIADPA Plus tentunya penyelesaian perkara lebih tepat waktu dan tunggakan perkara jadi berkurang. Sedangkan asas biaya ringan merupakan dampak terselenggaranya kedua asas tersebut di atas. Namun, realita yang terjadi di Pengadilan Agama adalah sulitnya menyatukan persepsi antara sesama hakim dan pegawai pengadilan dalam masalah blanko SIADPA Plus. Tentunya jika semua hakim dan pegawai di Pengadilan Agama sepakat untuk satu persepsi dalam blanko SIADPA Plus, penerapan SIADPA Plus akan dapat lebih efektif.


(19)

Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana manajemen administrasi perkara Pengadilan Agama dan sistem informasi administrasi perkara Pengadilan Agama (SIADPA Plus) di Pengadilan Agama Tangerang?

2. Bagaimana peran aplikasi SIADPA Plus dalam penyelesaian perkara bagi internal pegawai Pengadilan Agama Tangerang.

3. Bagaimana sinkronisasi pola Pembinaan dan Pengendalian Administrasi Kepaniteraan (Pola BINDALMIN) dengan Aplikasi SIADPA Plus di Pengadilan Agama Tangerang?

D. Tujuan Penelitian

Dengan adanya semua perumusan masalah di atas, diharapkan adanya suatu kejelasan yang dijadikan tujuan bagi penulis dalam skripsi ini. Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui manajemen administrasi perkara Pengadilan Agama dan sistem informasi administrasi perkara Pengadilan Agama (SIADPA Plus) di Pengadilan Agama Tangerang.

2. Untuk mengetahui peran Aplikasi SIADPA Plus dalam penyelesaian perkara bagi internal pegawai Pengadilan Agama Tangerang, dalam hal ini ketua, panitera/panitera pengganti, jurusita/jurusita pengganti, para hakim yang mengoperasikan aplikasi SIADPA Plus dalam menjalankan tugas pokoknya.


(20)

10

3. Untuk mengetahui sinkronisasi Pola Pembinaan dan Pengendalian Administrasi Kepaniteraan (Pola BINDALMIN) dengan Aplikasi SIADPA Plus di Pengadilan Agama Tangerang

E. Manfaat Penelitian

Terkait dengan tujuan di atas, maka penulisan ini memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Bagi penulis, penelitian ini sebagai studi awal dan menambah wawasan dalam pemanfaatan teknologi informasi berbasis sistem informasi dalam manajemen administrasi perkara Pengadilan Agama, sehingga kedepan akan lebih dikembangkan lagi dalam pemanfaatan teknologi informasi ini ke berbagai lini yang lebih luas lagi.

2. Fakultas, penelitian ini menambah khazanah ilmu pengetahuan dan sebagai bahan referensi bagi teman-teman mahasiswa yang mempunyai perhatian lebih dan konsen terhadap kajian pemanfaatan teknologi informasi, juga dapat dijadikan referensi bagi staf pengajar dan pengambil kebijakan di Fakultas

Syar’ah dan Hukum khususnya.

3. Pengadilan Agama Tangerang, sebagai bahan pertimbangan evaluasi terhadap kinerja pegawai peradilan dalam memberikan pelayanan publik melalui penerapan program aplikasi SIADPA Plus, sehingga kedepan dapat meningkatkan pelayanannya yang lebih prima bagi masyarakat pencari keadilan maupun internal Pengadilan Agama Tangerang sendiri.


(21)

4. Masyarakat, merupakan sumber referensi dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan praktisi hukum di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian berarti cara yang dipakai untuk mencari, mencatat, merumuskan, dan menganalisis sampai menyusun laporan guna mencapai suatu tujuan.10 Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sebagai berikut: 1. Jenis dan Metode Penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kualitatif, yakni dengan menggunakan instrumen penelitian lapangan. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode yang diarahkan untuk memecahkan masalah faktual dengan cara memaparkan atau menggambarkan apa adanya hasil penelitian.11

Di samping itu, peneliti juga menggunakan instrumen penelitian kepustakaan, yang kajiannya dilaksanakan dengan menelaah dan menelusuri berbagai literatur.12 Yakni dengan jalan menelaah buku-buku ilmiah, meneliti buku-buku yang memiliki relevansi dengan objek penelitian, artikel, peraturan

10

Cholid Nurboko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara Pustaka, 1997), h.1.

11

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, cet. Ke-10, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), h.144.

12


(22)

12

perundang-undangan yang terkait, internet, dan lain-lain sebagai faktor penunjang yang melandasi dasar-dasar teoritis.

2. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Pengadilan Agama Tangerang. Alamat PA Tangerang sendiri adalah Jl. Perintis Kemerdekaan Nomor II Cikokol Tangerang. Sebagai pertimbangan bahwa Pengadilan Agama Tangerang tersebut merupakan PA Percontohan Tingkat Nasional dalam Implementasi SIADPA Plus.13

3. Sumber Data a. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh langsung melalui studi lapangan yaitu dengan mengadakan penelitian di Instansi atau perorangan yang ada kaitannya dengan penelitian skripsi ini.14 Jadi data primer dalam penelitian ini penulis dapatkan dengan cara wawancara langsung dengan panitera/panitera pengganti, jurusita/jurusita pengganti, para hakim yang mengoperasikan aplikasi SIADPA Plus di Pengadilan Agama Tangerang. b. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh melalui studi kepustakaan yang bertujuan memperoleh landasan teori yang bersumber dari buku-buku yang

13

Lihat Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor: 0038/DjA. 1/SK/HM.00/IX/2012 Tentang Pengadilan Agama/Mahkamah Syar'iyah Terbaik Bidang Implementasi Siadpa Plus Tingkat Nasional (Siadpa Plus Award) dan Penunjukan Pengadilan Agama/Mahkamah Syar' Iyah Percontohan.

14

Tommy Hendra Purwaka, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya (PUAJ), 2007), h.54.


(23)

memiliki relevansi dengan objek penelitian, artikel, peraturan perundang-undangan, internet, dan literatur lain yang berkaitan dengan objek penelitian.15 Data-data tersebut antara lain sebagai berikut; buku-buku ilmiah, jurnal-jurnal ilmiah, forum Laskar SIADPA Plus di Internet, Undang-undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-undang No. 50 Tahun 2009 perubahan kedua atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, Undang-undang No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik, SK. KMA. No. 144 Tahun 2007 Tentang Keterbukaan Informasi di Pengadilan, SK. WKMA Non Yudisial No. 01 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pelayanan Informasi pada Mahkamah Agung RI, PERMA atau SEMA terkait lainnya, Buku Penerapan dan pelaksanaan pola pembinaan dan pengendalian administrasi kepaniteraan Pengadilan Agama dan pengadilan tinggi agama cetakan ke-III tahun 2007, Pedoman pelaksanaan tugas dan administrasi peradilan agama buku II edisi revisi 2010 serta data-data lainnya yang dapat mendukung penulisan skripsi ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut :16

15

Ibid.,h.54

16

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik ,cet. Ke-10 (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h.221.


(24)

14

a. Dokumentasi, yaitu penelusuran dokumen-dokumen tertulis untuk memperoleh data, seperti buku-buku yang terkait dengan penelitian ini, surat-surat, arsip, Undang-undang, PERMA, SEMA, dan lain-lain.

b. Wawancara atau interview, yaitu pengambilan data dengan menggunakan tanya jawab kepada pihak-pihak yang terkait dengan objek penelitian. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara terhadap pegawai Pengadilan Agama Tangerang yang terlibat dalam dalam pengoperasian program aplikasi SIADPA Plus, yakni ketua pengadilan, panitera/panitera pengganti, jurusita/jurusita pengganti, dan para hakim. c. Observasi, yang merupakan sebuah proses penelitian secara mendalam

untuk mengetahui peranan teknologi informasi pada manajemen administrasi berbasis sistem informasi dalam penyelesaian perkara di Pengadilan Agama Tangerang, dengan mengamati secara mendalam tentang penggunaan program aplikasi SIADPA Plus oleh pegawai pengadilan yang terlibat dalam pengoperasian program aplikasi tersebut.

5. Teknik Analisa Data

Dalam menganalisa data, pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif, yaitu dengan memeriksa kelengkapan, kejelasan dan relevansi data yang diperoleh kemudian disajikan secara deskriptif untuk menemukan fakta dengan intervensi yang tepat dan menganalisis lebih dalam tentang hubungan dari fakta-fakta tersebut.17

17


(25)

6. Teknik Penulisan

Mengenai teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.

G. Studi Review

Penulis menemukan hanya satu judul kripsi yang pernah di tulis oleh mahasiswa-mahasiswa sebelumnya yang ada kaitannya dengan judul skripsi yang akan penulis teliti. Setelah penulis baca dan teliti secara seksama, ternyata skripsi yang penulis temukan tersebut berbeda jauh isi pembahasan dan masalah yang yang mereka angkat dalam skripsinya tersebut. Penulis juga tidak banyak menemukan literatur yang sudah membahas tentang judul yang akan Penulis kemukakan dalam penulisan ini, sehingga dalam penulisan skripsi ini tidak akan timbul suatu bentuk plagiat dalam bentuk apapun sehingga tercapailah hasil yang maksimal dalam penelitian ini, satu diantara skripsi yang penulis temukan sebagai berikut :

Identitas Subtansi Pembeda

Asep Solihin, NIM 104045201496, Konsentrasi Siyasah

Syar’iyyah, Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Judul Skripsi

“Kebebasan Informasi

Inti pembahasan yang penulis (Asep Solihin) angkat dalam skripsi ini adalah tentang

permasalahan yang berkisar pada kebebasan informasi yang ada dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008

Inti pembahasan dalam Skripsi penulis adalah, peran teknologi informasi pada manajemen

administrasi perkara

Pengadilan Agama berbasis sistem informasi dalam penyelesaian perkara, teorinya dengan SIADPA


(26)

16

Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik dalam Perspektif

Hukum Islam”

dalam pandangan hukum islam sesungguhnya seperti apa. Jadi, pokok yang di permasalahkan hanyalah kebebasan informasi menurut pandanagn hukum islam.

Plus segala sesuatu terkait dengan administrasi perkara sudah tersedia dalam

Aplikasi tersebut, akan tetapi pada kenyataannya tidak seperti itu,

dikarenakan perbedaan persepsi dalam internal aparat Pengadilan Agama itu sendiri dalam membuat blanko.

H. Sistematika Penulisan

Guna memberikan gambaran yang jelas mengenai keseluruhan isi penelitian ini, maka penulis memberikan sistematika penulisan yang secara garis besar berguna untuk pembaca. Sistematika penulisan ini dibagi menjadi 5 (lima) bab, dan isi dari masing-masing bab secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

Bab pertama berisi tentang pendahuluan yang mencakup; latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, studi review, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua tentang administrasi perkara di Pengadilan Agama yang mencakup; manajemen administrasi perkara Pengadilan Agama, manajemen administrasi perkara berbasis sistem informasi dan sistem informasi administrasi perkara Pengadilan Agama (SIADPA Plus).


(27)

Bab ketiga berisi tentang profil Pengadilan Agama Tangerang yang mencakup; sejarah PA Tangerang, struktur organisasi PA Tangerang, visi dan misi PA Tangerang, wilayah yuridiksi PA Tangerang, dan kewenangan PA Tangerang.

Bab keempat berisi tentang peran SIADPA Plus di Pengadilan Agama Tangerang yang mencakup; implementasi SIADPA Plus di PA Tangerang, sinkronisasi pola Bindalmin dengan SIADPA Plus, dan peran SIADPA Plus di PA Tangerang dalam penyelesaian perkara.

Bab kelima beirisi tentang bagian akhir dari pembahasan skripsi ini yaitu penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran


(28)

18

BAB II

ADMINISTRASI PERKARA DI PENGADILAN AGAMA A. Manajemen Administrasi Perkara Pengadilan Agama

Sebagaimana kita ketahui bahwa dinamika sejarah Peradilan agama di Indonesia sangat dinamis, pada awalnya pembinaan terhadap Peradilan Agama dalam bidang teknis yustisial atau teknis yuridis berada pada kekuasaan Mahkamah Agung, sedangkan dalam bidang organisasi, administrasi dan finansial (keuangan) ada pada kekuasaan Departemen Agama. Walaupun kondisi ini berjalan lama, setelah keluar UU No. 35 tahun 1999 perubahan atas UU No. 1970 tentang ketentuan- ketentuan pokok kekuasaan kehakiman, maka secara organisatoris administratif Peradilan Agama berada dibawah kekuasaan Mahkamah Agung.1

Keadaan Peradilan Agama ini juga dijelaskan oleh Eus Nurlaelawati dalam bukunya “Modernization, Tradition and Identity (The Kompilasi Hukum Islam And Legal Practice In The Indonesian Religious Courts)” sebagai berikut :2

“Just at the time when the religious court had been gaining their firm institutional foundation and begun to anchor their juridical power, a challenge emerged. The government issued law No. 35/1999, which reevaluated and replaced some articles in law No. 14/1970 on the basic regulation of judicial authority. The articles which were replaced are articles 11, 22 and 44. The most intriguing case of these replacements is article 11, which governs the transfer of the administrative, structural, and financial authority of all the domains of the court, from the executive, where each court fell under its own departements, to the supreme court,

forming what is called a “single roof” judicial sistem. As a consequence, the

1

Erfaniah Zuhriah, Peradilan Agama di Indonesia Dalam Rentang Sejarah Pasang Surut, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h. 151. Lihat juga Juffran Sabrie, Peradilan Agama dalam Wadah Negara Pancasila Dialog tentang RUUPA, (Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu, 2001), h. 109- 113.

2

Eus Nurlaelawati, Modernization, Tradition and Identity (the kompilasi hukum islam and legal practice in the Indonesian religious courts), (Amsterdam: Amsterdam University Press, 2010), h. 62.


(29)

administration, structure, and finance of the religious courts, which had since independence been under the auspices of the ministry of religious affairs, had to be transferred to the supreme court”

.

Mahkamah Agung RI dalam blue print (cetak biru) pembaruan peradilan 2010- 2035 jelas mentargetkan untuk masa depan peradilan di Indonesia memiliki manajemen informasi yang menjamin akuntabilitas, kredibilitas, dan transparansi serta menjadi organisasi modern berbasis teknologi informasi (TI) terpadu, hal ini merupakan salah satu penunjang penting yang akan mendorong terwujudnya badan peradilan Indonesia yang agung. Oleh karena itu, segenap pemangku kepentingan di lingkungan Mahkamah Agung dan badan-badan peradilan di bawahnya menempatkan pembenahan TI sebagai salah satu prioritas perubahan.3

Berdasarkan pengalaman di banyak negara, penggunaan TI masih menitikberatkan pada upaya-upaya pencatatan elektronis saja. TI belum dioptimalkan secara maksimal untuk secara progresif meningkatkan kinerja badan peradilan.4 Oleh karena itu, inisiatif TI yang dilakukan tidak memberikan hasil memuaskan bagi lembaga peradilan. Salah satu penyebabnya adalah Badan Peradilan gagal dalam menetapkan peran dan arah strategis TI di dalam organisasi peradilan itu sendiri. Kegagalan ini berpotensi menciptakan ketidakmampuan dalam memetik hasil maksimal, bahkan dalam implementasi TI itu sendiri, kegagalan

3

Mahkamah Agung RI, Cetak Biru Pembaharuan Peradilan 2010-2035, (Jakarta: Mahkamah Agung RI, 2010), h. 63.

4

Anja Oskamp, et.al. (ed.), IT Support of the Judiciary: Australia, Singapore, Venezuela, Norway, The Netherlands and Italy, (Cambridge: TMC Asser Press/ Cambridge University Press, 2004); serta inisiatif Courtroom 21 di Amerika Serikat yang dapat diunduh pada situs http://www.legaltechcenter.net, terakhir diakses 22 Agustus 2013. Lihat juga Dory Reiling, Technology for Justice: How Information Technology can support Judicial Reform, (Netherlands: Amsterdam University Press, 2009).


(30)

20

implementasi akan terjadi ketika para pemakai sistem kemudian merasa TI gagal memenuhi kebutuhannya.

Kalau kita kelompokan, pada dasarnya hanya terdapat dua kelompok besar aplikasi yudisial yang digunakan di Mahkamah Agung RI, yaitu aplikasi manajemen perkara (case management) dan aplikasi untuk manajemen aktivitas di pengadilan

(court management).5 Salah satu contoh aplikasi yudisial dibidang manajemen perkara di Pengadilan Agama adalah aplikasi SIADPA Plus yang hampir seluruh Pengadilan Agama di Indonesia menggunakannya.

1. Pengertian Manajemen Administrasi Perkara Pengadilan Agama

Ketika kita membicarakan manajemen Peradilan Agama maka kita tidak bisa melepaskan diri daripada membicarakan administrasi itu sendiri. Istilah dan pengertian Aadministrasi di Indonesia pada mulanya berasal dari Erofa kontinental melalui penjajahan Belanda. Kata “administrasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu “administratie” yang artinya mencakup manajemen sumber daya, seperti finansial, personel, gudang (stelselmatige verkrijging en vermerking van gegeven).6

Pengertian administrasi dalam arti sempit merupakan penyusunan dan pencatatan data dan informasi secara sistematis dengan maksud untuk menyediakan keterangan serta memudahkan memperolehnya kembali secara

5

Mahkamah Agung RI, Cetak Biru Pembaharuan Peradilan 2010-2035, h. 66.

6

Ulbert Silalahi, Studi Tentang Ilmu Administrasi, (Bandung: Sinar Baru Algensindo: 1989), h. 3.


(31)

keseluruhan. Administrasi dalam arti sempit ini sering disebut tata usaha

(clerical work, office work).7

Dalam arti luas pengertian Administrasi menurut The Liang Gie adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam kerjasama mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut John M. Pfiffner administrasi dapat diartikan sebagai mengorganisasi dan menggerakan sumber daya manusia dan materil untuk mencapai tujaun yang diharapkan.8

Dalam kepustakaan banyak dikenal pengertian administrasi yang banyak ditulis oleh para pakar sebagaimana telah penulis jelaskan diatas, tetapi yang dimaksud administrasi disini adalah suatu proses penyelenggaraan oleh seorang administratur secara teratur dan diatur guna melakukan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan untuk mencapai tujuan pokok yang telah ditetapkan semula.9

Yang dimaksud dengan proses adalah kegiatan yang dilaksanakan secara beruntun dan susul-menyusul, artinya selesai yang satu harus diikuti dengan pekerjaan yang lain sampai titik akhir. Proses itu sendiri meliputi enam hal yaitu : menghimpun, mencatat, mengolah, menggandakan, mengirim dan penyimpan.

7

Musthofa, Kepaniteraan Peradilan Agama, (Jakarta: Kencana, 2005), h. 49.

8

Ulbert Silalahi, Studi Tentang Ilmu Administrasi, h. 9-10.

9

Abdul Manan dan Ahmad Kamil, Penerapan dan Pelaksanaan Pola Pembinaan dan Pengendalian Administrasi Kepaniteraan Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama, h. 13.


(32)

22

Penjelasan Undang-undang No. 7 tahun 1989, sebagaimana telah dirubah dua kali dengan undang-undang No. 50 tahun 2009 tentang Peradilan Agama menyatakan bahwa mengingat luas lingkup, tugas dan berat beban pekerjaan yang harus dilaksanakan pengadilan, penyelenggaraan administrasi pengadilan dibedakan menurut jenisnya dan dipisahkan penanganannya. Menurut jenisnya administrasi pengadilan dibedakan menjadi dua yakni administrasi umum dan administrasi perkara/administrasi kepaniteraan, sedangkan menurut penanganannya dilakukan oleh sekretaris dan panitera.

Pembedaan dan pemisahan ini melahirkan dua unit kerja yakni kepaniteraan dan kesekretariatan, panitera dibantu wakil panitera menangani administrasi kepaniteraan/perkara dan sekretaris dibantu wakil sekretaris akan menangani administrasi umum (man, money and material).

Berdasarkan ketentuan Pasal 2 keputusan KMA RI. No. 0041/SK/II/1992 tentang organisasi dan tata kerja kepaniteraan Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama, tugas pokok kepaniteraan adalah memberikan pelayanan teknis dibidang administrasi perkara dan administrasi lainnya berdasarkan peraturan perudangan yang berlaku.

Tugas pokok kepaniteraan tidak bisa dipisahkan dari tugas pokok Pengadilan Agama untuk menerima, memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara yang dalam pelaksanaannya diperlukan kerja administrasi.

Dalam rangka fungsi pengawasan, sekaligus demi terwujudnya tertib administrasi perkara di Pengadilan, Mahkamah Agung Republik Indonesia telah


(33)

menetapkan pola pembinaan dan pengendalian administrasi perkara bagi semua lingkungan peradilan. Penetapan Pola ini adalah dengan surat Ketua MA tanggal 24 Januari 1991 No. KMA/001/SK/1991 telah mengeluarkan ketentuan-ketentuan mengenai pola pembinaan dan pengendalian administrasi perkara yang disebut Pola Bindalmin (Pola Pembinaan dan Pengendalian Administrasi).10

Pola BINDALMIN tersebut memuat lima bidang.11

1. Pola prosedur penyelenggaraan administrasi perkara (tingkat pertama, banding, kasasi dan peninjauan kembali).

2. Pola tentang register perkara. 3. Pola tentang keuangan perkara. 4. Pola tentang laporan keuangan. 5. Pola tentang kearsipan perkara.

2. Pola Prosedur Penyelenggara Administrasi Perkara Tingkat Pertama, Banding, Kasasi dan PK

Tertib administrasi perkara adalah merupakan bagian dari Court Of Law

yang mutlak harus dilaksanakan oleh semua aparat Peradilan Agama dalam

10

A. Mukhsin Asyrof, Administrasi Perkara pada Pengadilan Agama, (makalah Disampaikan

pada “Pelatihan SIMPEG dan SIADPA Pengadilan Agama Dalam Wilayah Pengadilan Tinggi Agama

Pekanbaru di Tanjung pinang, tanggal 12 – 14 Juni 2008), h. 4.

11

Abdul Manan dan Ahmad Kamil, Penerapan dan Pelaksanaan Pola Pembinaan dan Pengendalian Administrasi Kepaniteraan Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama, h. 12.


(34)

24

rangka mewujudkan peradi1an yang mandiri sesuai dengan peraturan yang berlaku.12

Sebagaimana diketahui bahwa tugas pokok pengadilan adalah menerima, memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara yang diajukan kepadanya. Yang melaksanakan tugas-tugas administrasi dalam rangka mencapai tugas pokok tersebut adalah panitera. Panitera sebagai pelaksana kegiatan administrasi pengadilan memiliki 3 macam tugas pokok, yaitu :

a) Sebagai pelaksana administrasi perkara.

b) Sebagai pendamping hakim dalam persidangan.

c) Sebagai pelaksana putusan pengadilan dan tugas-tugas kejurusitaan lainnya. Sebagai pelaksana administrasi perkara panitera berkewajiban mengatur tugas (wapan dan panmud). Sebagai pendamping hakim/ majelis dalam persidangan, panitera berkwajiban mencatat jalanya persidangan dan dari catatan disusun berita acara persidangan. Dalam hal panitera berhalangan maka dibantu oleh para panitera pengganti.

Sebagai pelaksana administrasi perkara panitera bertanggung jawab atas pengurusan perkara, penetapan, putusan, dokumen, akta, buku daftar, biaya perkara, uang titipan pihak ketiga, yang disimpan di kepaniteraan.

Prosedur penerimaan perkara di lingkungan Pengadilan Agama melalui apa yang dikenal dengan sistem meja, sebagai kesatuan kelompok kerja yaitu meja I, meja II, dan meja III. Pengertian meja tersebut adalah merupakan

12


(35)

kelompok pelaksana teknis yang harus dilalui oleh suatu perkara di Pengadilan Agama, mulai dari penerimaan sampai perkara tersebut di selesaikan.13

Meja I bertugas menerima gugatan, permohonan, verzet, permohonan eksekusi dan perlawanan pihak ketiga (derden verzet), pernyataan banding, kasasi, permohonan peninjauan kembali, eksekusi, penjelasan dan penaksiran biaya perkara dan biaya eksekusi.14 Meja II bertugas menerima surat gugat/perlawanan, menerima surat permohonan, menerima tindasan pertama SKUM dari calon penggugat/pelawan/pemohon, mendaftar surat gugatan/ permohonan dalam register yang bersangkutan, dan mendaftar putusan Pengadilan Agama/ Pengadilan Tinggi Agama/ Mahkamah Agung dalam semua buku register yang bersangkutan.15 Dan Meja III bertugas menyerahkan salinan putusan/penetapan Pengadilan Agama/ Pengadilan Tinggi Agama/ Mahkamah Agung kepada yang berkepentingan, menerima memori/ kontra memori banding, memori/ kontra memori kasasi, jawaban/ tanggapan peninjauan kembali dan lain-lain, dan menyusun/ menjahit/ mempersiapkan berkas.16

3. Pola Tentang Register Perkara

Istilah Register secara bahasa berasal dari kata “registrum”, yang berarti buku daftar yang memuat secara lengkap dan terperinci mengenai suatu hal atau

13

Ibid, h. 16.

14

Ibid, h. 16- 17.

15

Ibid, h. 22- 23.

16


(36)

26

perkara, baik yang bersifat pribadi maupun register umum, seperti register perkara, register catatan sipil atau lain-lain.17 Dalam bahasa Inggris disebut “register” yang artinya buku catatan atau buku daftar.18

Sebelum lahirnya Undang-undang No. 7 Tahun 1989 tentang Pengadilan Agama, pola tentang register perkara sangat sederhana, saat itu tugas-tugas kepaniteraan masih dilaksanakan terbatas pada masalah fungsi panitera sebagai pembantu hakim dalam persidangan.19 Setelah lahirnya Undang-undang No. 7 Tahun 1989, lembaga Peradilan Agama telah mengalami perubahan-perubahan yang sangat mendasar, status dan eksistensinya telah pasti, atas dasar tersebut pola register sebelumnya tidak mencerminkan ruh Undang- undang No. 7 tahun 1989, oleh karena itu disusunlah pola register baru yang mencerminkan semangat ruh Undang- undang tersebut.20

Pencatatan perkara yang diterima dilakukan dalam buku register perkara yang terdiri dari :21

a) Register induk perkara gugatan b) Register induk perkara permohonan

17

Andi Hamzah, Kamus Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), h. 500.

18

Jhon M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2005), h. 385.

19

Abdul Manan dan Ahmad Kamil, Penerapan dan Pelaksanaan Pola Pembinaan dan Pengendalian Administrasi Kepaniteraan Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama, h. 41.

20

Ibid, h. 43.

21

Dirjen Badilag MARI, Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama Buku II, (Jakarta: Dirjen Badilag MARI, Edisi Revisi, 2010), h. 34.


(37)

c) Register permohonan banding d) Register permohonan kasasi

e) Register permohonan peninjauan kembali (PK) f) Register surat kuasa khusus

g) Register penyitaan barang tidak bergerak h) Register penyitaan barang bergerak i) Register eksekusi.

j) Register akta cerai

k) Register permohonan pembagian harta peninggalan di luar sengketa.

4. Pola Tentang Keuangan Perkara

Pasal 121 ayat (4) HIR dan Pasal 145 (4) R.Bg menyatakan bahwa biaya perkara besarnya ditentukan oleh ketua Pengadilan. Suatu perkara di Pengadilan baru dapat di daftar apabila biaya sudah dibayar sesuai asas dengan “Tidak ada biaya, tidak ada perkara”. Biaya perkara menurut pasal 121 HIR dan 145 R.Bg maksudnya adalah biaya kepaniteraan dan biaya proses, kecuali dalam perkara prodeo sebagaimana ditentukan dalam pasal 237 HIR dan pasal 273 R.Bg. 22

Buku keuangan perkara meliputi buku jurnal perkara dan buku induk keuangan perkara. Buku jurnal mencatat tentang kegiatan penerimaan dan pengeluaran uang perkara untuk setiap perkara untuk tingkat pertama, banding, kasasi dan peninjauan kembali. Jurnal keuangan perkara adalah pertanggung

22

Abdul Manan dan Ahmad Kamil, Penerapan dan Pelaksanaan Pola Pembinaan dan Pengendalian Administrasi Kepaniteraan Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama, h. 59- 60.


(38)

28

jawaban panitera terhadap pihak ketiga selaku pembayar panjar biaya perkara, dibuat berbeda dan terpisah untuk tiap perkara sejak diterima dan berakhir dengan menutup buku jurnal setelah perkara diputus. Adapun dalam buku jurnal tersebut terdiri dari enam kolom meliputi :23

1) Buku jurnal perkara permohonan 2) Buku jurnal perkara gugatan 3) Buku jurnal perkara banding 4) Buku jurnal perkara kasasi 5) Buku jurnal perkara PK 6) Buku jurnal perkara eksekusi

Semua kegiatan pencatatan buku jurnal setiap harinya dilaporkan ke panitera untuk dimasukkan dalam buku induk keuangan perkara. Buku induk keuangan perkara dalam bentuk tabelaris mencatat semua kegiatan penerimaan dan pengeluaran biaya perkara untuk semua perkara yang masuk di Pengadilan dan dicatat setiap hari. Buku tabelaris tersebut ditutup setiap akhir bulan oleh panitera dan diketahui oleh ketua Pengadilan, sewaktu-waktu dalam rangka pengawasan dapat di periksa dan ditutup oleh ketua Pengadilan atau MARI.24

23

Dirjen Badilag MARI, Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama Buku II, h. 31.

24

Abdul Manan dan Ahmad Kamil, Penerapan dan Pelaksanaan Pola Pembinaan dan Pengendalian Administrasi Kepaniteraan Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama, h. 65-66.


(39)

5. Pola Tentang Laporan Perkara

Dasar hukum laporan perkara adalah Pasal 10 ayat (4) Undang-Undang No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman,25 sebagaimana telah diubah dengan Undang- undang No. 48 tahun 2009 pasal 39 ayat (1) tentang Kekuasaan Kehakiman.26 Juga terdapat dalam pasal 32 ayat (1) Undang-undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 3 tahun 2009 tentang Mahkamah Agung,27 bahwa Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi atas perbuatan Pengadilan yang lain yaitu terhadap penyelenggaraan peradilan dan tingkah laku serta perbuatan para hakim di semua lingkungan badan peradilan dalam menjalankan kekuasaan kehakiman.

Tata cara pengawasan terhadap badan Peradilan dapat dilaksanakan dengan cara memeriksa pekerjaan dan meneliti proses kerja, meneliti dan menilai hasil kerja, inspeksi rutin dan inspeksi mendadak, dan juga dengan meneliti laporan-laporan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam pola Bindalmin. 28

25

Pasal 10 ayat (4) Undang- undang No. 14 tahun 1970 ; “ Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi atas perbuatan Pengadilan yang lain, menurut ketentuan yang ditetapkan dengan Undang-undang”.

26

Pasal 39 ayat (1) Undang- undang No. 48 tahun 2009 ; Pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan pada semua badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung dalam menyelenggarakan kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung.

27

Pasal 32 ayat (1) Undang- undang No. 3 tahun 2009 ; Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan pada semua badan peradilan yang berada di bawahnya dalam menyelenggarakan kekuasaan kehakiman.

28

Abdul Manan dan Ahmad Kamil, Penerapan dan Pelaksanaan Pola Pembinaan dan Pengendalian Administrasi Kepaniteraan Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama, h. 54.


(40)

30

Pelaporan perkara merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan rangkaian dari tugas yang diemban oleh Peradilan di dalam melaksanakan amanah Undang-undang untuk menerima, memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara yang diajukan kepadanya.29

Sekalipun pelaporan tidak menjadi tugas pokok yang secara langsung melekat pada lembaga Peradilan dan tersurat di dalam Undang-undang, namun laporan perkara dapat menjadi instrumen penting yang dapat menentukan dan menilai kinerja aparat Peradilan mulai dari ketua, hakim, panitera, maupun para panitera pengganti yang melaksanakan tugas menyelesaikan suatu perkara yang ditangani. Melalui laporan perkara yang disajikan, tercermin proses penanganan suatu perkara oleh suatu majelis, intensitas waktu yang dibutuhkan, sampai bagaimana mekanisme penanganan perkara berjalan efektif dan memenuhi aturan yang ditentukan.30

Laporan tentang keadaan perkara, keuangan perkara, dan kegiatan hakim, dituangkan dalam bentuk-bentuk laporan sebagai berikut:31

a) LI- PA1 : Laporan keadaan perkara

b) LI- PA2 : Laporan perkara yang dimohonkan banding

29

Yang menjadi kewenangan Peradilan Agama diatur dalam Pasal 49 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009.

30

Pada Pengadilan Agama dikenal dengan LIPA 1 (laporan keadaan perkara), pada Pengadilan Tinggi Agama dikenal dengan RK-1.

31

Dirjen Badilag MARI, Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama Buku II, h. 49.


(41)

c) LI- PA3 : Laporan perkara yang dimohonkan kasasi

d) LI- PA4 : Laporan perkara yang dimohonkan peninjauan kembali e) LI- PA5 : Laporan perkara yang dimohonkanm eksekusi

f) LI- PA6 : Laporan tentang kegiatan hakim. g) LI- PA7 : Laporan keuangan perkara h) LI- PA8 : Laporan jenis perkara

6. Pola Tentang Kearsipan Perkara

Sebagaimana dirumuskan oleh pasal 1 Undang- undang No.7 Tahun 1971 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kearsipan, yang dimaksud dengan arsip adalah sebagai berikut :32

a) Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh lembaga-1embaga negara dan badan-badan pemerintahan dalam bentuk corak apapun, baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok, dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan.

b) Naskah-nasakah yang dibuat dan diterima oleh badan-badan swasta dan/ atau perorangan dalam bentuk corak apapun baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok, dalam rangka pelaksanaan kehidupan kebangsaan.

Yang menjadi pijakan hukum pola kearsipan perkara di Pengadilan Agama secara khusus sebagai berikut :

32

Abdul Manan dan Ahmad Kamil, Penerapan dan Pelaksanaan Pola Pembinaan dan Pengendalian Administrasi Kepaniteraan Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama, h. 81.


(42)

32

a. RBg pasal 711/ HIR pasal 383, yang menyatakan bahwa segala putusan harus selalu tersimpan pada arsip Pengadilan dan tidak boleh dipindahkan, terkecuali dalam keadaan dan dengan cara yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.

b. UU.No.7 Tahun1989 pasal 101, yang pada pokoknya menyatakan bahwa panitera bertanggungjawab terhadap kearsipan perkara yang harus tersimpan di ruang kepaniteraan, serta tidak dapat dipindahkan kecuali atas izin ketua Pengadilan Agama.

c. Keputusan ketua Mahkamah Agung RI. No. KMA/004/II/1992, antara lain menyatakan bahwa kepaniteraan Pengadilan Agama mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis di bidang administrasi perkara dan administrasi peradilan lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Administrasi kearsipan harus diselenggarakan sedemikian rupa, karena arsip mempunyai nilai sebagai berikut : administratif value (nilai administrasi),

legal value (nilai hukum), fiskal value (nilai keuangan), researcht value (nilai penelitian), dan educational value (nilai dokumentasi).33 Dilihat dari segi kearsipan, berkas perkara dikelompokkan kepada dua macam, yakni: berkas perkara yang masih berjalan dan arsip berkas perkara.34

33

Ibid, h. 85.

34


(43)

B. Manajemen Administrasi Perkara Pengadilan Agama Berbasis Sistem Informasi

Menurut kamus besar bahas Indonesia, Manajemen memiliki dua arti yakni (1). Penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran; (2). Pejabat pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan dan organisasi.35 Sedangkan kata Administrasi memiliki empat arti yakni; (1). Usaha dan kegiatan yang meliputi penetapan tujuan serta penetapan cara-cara penyelenggaraan pembinaan organisasi; (2). Usaha dan kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan kebijakan untuk mencapai tujuan; (3). Kegiatan yangg berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan; dan (4). Kegiatan kantor dan tata usaha.36

Dalam hukum acara perdata dalam hal ini perdata agama maupun umum, dikenal adanya dua tuntutan hak (perkara), yaitu permohonan merupakan perkara yang tidak ada perselisihan (voluntair), dan gugatan merupakan perkara yang ada perselisihan (contentiosa).37

Peradilan atau Rechtspraak dalam bahasa Belanda, dan Judiciary dalam bahasa Inggris adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tugas negara dalam menegakan hukum dan keadilan. Pengadilan atau Rechtbank dalam bahasa Belanda dan Court dalam bahasa Inggris adalah badan yang melakukan peradilan, yaitu

35

Tim Penyusun Kamus Pusat dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. I, h. 553.

36

Ibid, h. 7.

37

M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), Cet. VI, h. 29. Lihat juga Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia, Tanggal 13 Desember 1958, Nomor 4 k/Sip/1958.


(44)

34

memeriksa, mengadili, dan memutus perkara- perkara.38 Peradilan Agama menurut pasal 1 Undang- undang No. 50 tahun 2009 tentang perubahan kedua atas Undang- undang No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama adalah peradilan bagi orang-orang yang beragama Islam. Pengertian yang diberikan oleh Undang- undang tersebut menggambarkan bahwa seolah-olah Peradilan Agama sebagai peradilan Islam yang bersifat universal.39

Kata “Berbasis” berasal dari kata “Basis” yang artinya asas atau dasar.40

Sedangkan kata “Sistem Informasi” itu terdiri dari dua kata, pertama kata “Sistem” yang berarti suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen atau variabel-variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain dan terpadu.41 Definisi yang lain tentang sistem adalah jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan.42 Sedangkan kata “Informasi” memiliki arti data yang telah diklasifikasikan atau diolah atau diinterpretasikan untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan.43 Pengertian lain tentang informasi

38

Subekti, Kamus Hukum, (Jakarta: Pradnya Pramita, 1978), h. 91. Lihat juga Gemala Dewi, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2005), h. 3.

39

Raihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta: Rajawali, 1990), h. 6. Lihat juga Bustanul Arifin, Pelembagaan Hukum Islam di Indonesia (akar sejarah, hambatan dan prospeknya), (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h. 94.

40

Tim Penyusun Kamus Pusat dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 83.

41

Tata Sutabri, Analisa Sistem Informasi, (Jakarta: Andi Publisher, 2005), h. 6.

42

Jogiyanto HM, Analisis dan Desain Sistem Informasi, (Yogyakarta: Andi Offset, 2005), h. 12.

43


(45)

adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.44

Jadi, Sistem Informasi adalah kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat teknologi, media, prosedur dan pengendalian yang bermaksud menata jaringan komunikasi yang penting, proses atas transaksi- transaksi tertentu dan rutin, membantu manajemen dan pemakai intern dan ekstern dan menyediakan dasar pengambilan keputusan yang tepat.45

Manajemen perkara di Pengadilan Agama tumbuh begitu pesat, bahkan Pengadilan Agama di seluruh Indonesia sudah tidak asing lagi dengan teknologi informasi, manajemen administrasi perkara yang merupakan serangkaian kegiatan yang dibutuhkan dalam menangani perkara dalam rangka penertiban dokumen data perkara semenjak pendaftaran perkara, persidangan, pengajuan upaya hukum sampai dengan pelaksanaan putusan pengadilan juga merupakan satu kesatuan proses mulai dari terjadinya peristiwa hukum dalam masyarakat sampai terwujudnya keadaan atau terpulihkannya kembali keadilan dalam masyarakat,46 sebelumnya dilakukan dengan manual (Pola Bindalmin) diganti dengan berbasis teknologi

informasi (SIADPA), inilah esensi dari pengertian daripada “manajemen

administrasi perkara Pengadilan Agama berbasis sistem informasi”.

44

Jogiyanto, Analisis dan Desain Sistem Informasi, h. 13.

45

Nash, John F., Terjm: La Midjan, Sistem Informasi Akuntansi I Pendekatan Manual Praktika Penyusunan Metode dan Prosedur, (Bandung : Lembaga Informasi Akuntansi, 2000), h.8.

46

Jimly Asshiddiqie, Reformasi Tata Kelola Peradilan, artikel diakses pada tanggal 26 Juli 2013 pada http://www.jimly.com/makalah/namafile/63/REFORMASI_TATA_KELOLA_ MANAJEMEN_ PERADILAN.pdf.


(46)

36

C. Sistem Informasi Administrasi Perkara Pengadilan Agama (SIADPA) 1. Pengertian Aplikasi SIADPA

Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, pengadilan mempunyai tugas utama, yaitu: memberikan perlakuan yang adil dan manusiawi kepada pencari keadilan, memberi pelayanan yang simpatik dan bantuan yang diperlukan bagi pencari keadilan, serta memberikan penyelesaian perkara secara efektif, efesien, tuntas dan final sehingga memuaskan kepada para pihak dan masyarakat.47

Pemanfaatan teknologi informasi dikemas dalam bentuk aplikasi Sistem Informasi Administrasi Perkara Peradilan Agama yang selanjutnya disebut Aplikasi SIADPA. Aplikasi SIADPA digambarkan sebagai otomasi Pola Bindalmin yang dirancang sedemikian rupa secara elektronik sehingga memberikan kemudahan dan percepatan dalam proses administrasi perkara.48

SIADPA ini merupakan aplikasi pengolah dokumen-dokumen keperkaraan yang bekerja berdasarkan dokumen blanko (formulir). Prinsip kerja SIADPA mirip dengan Mail Merge yang dikenal dalam program Microsoft Word. Prinsip kerja dari SIADPA adalah dengan menggabungkan data-data perkara dengan dokumen (blanko). Data-data perkara di dalam dokumen blanko disebut dengan variebel. Variabel-variabel ini ditunjukan dengan angka atau nomor. Nantinya ketika hendak mencetak suatu dokumen variable-variabel di

47

A. Mukti Arto, Mencari Keadilan, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001), h. 12

48

Dirjen Badilag MARI, Sejarah Perkembangan Implementasi SIADPA PLUS; Membangun Administrasi Peradilan Berbasis Teknologi Informasi, (Jakarta : Dirjen Badilag MARI, 2012), h. 1


(47)

dalam dokumen blanko akan diganti dengan data-data keperkaraan yang telah diisikan oleh operator di SIADPA yang sesuai dengan variable tersebut.

Jadi dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa, aplikasi SIADPA adalah pengembangan dari sistem administrasi kepaniteraan berdasar Pola Bindalmin dalam mengolah dokumen-dokumen perkara baik pada tingkat pertama maupun pada tingkat banding yang dirancang ulang (redesign) dengan sistem otomatisasi dan integrasi menggunakan alat bantu komputer berbasis windows, dengan tidak mengurangi substansi yustisial yang bertujuan untuk mempercepat proses penyelesaian administrasi perkara di lingkungan Peradilan Agama.

Sedangkan SIADPA Plus adalah aplikasi hasil sinkronisasi menu-menu dan template/ dokumen pada aplikasi SIADPA dengan Pola Bindalmin (KMA 001/SK/1991 dan Buku II MA tentang Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan) yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama MA RI.

2. Latar Belakang Munculnya Aplikasi SIADPA

Peradilan Agama sebagai salah satu lembaga peradilan di bawah Mahkamah Agung mempunyai kewenangan dalam bidang hukum perdata tertentu khusus untuk umat Islam. Kompetensi absolut adalah wewenang badan pengadilan dalam memeriksa jenis perkara tertentu yang secara mutlak tidak


(48)

38

dapat diperiksa oleh badan pengadilan lain, baik dalam lingkungan peradilan yang sama maupun dalam dalam lingkungan peradilan yang lain.49

Seiring dengan perkembangan dan perubahan situasi masyarakat Islam di Indonesia, dengan meningkatnya kesadaran akan penyelesaian perkara-perkara tersebut di bawa ke Pengadilan Agama, maka untuk mengelola perkara-perkara tersebut memerlukan manajemen perkara yang dapat diandalkan dan efisien. pola Bindalmin yang selama ini menjadi pedoman proses penyelesaian administrasi perkara di Pengadilan Agama sepertinya yang sudah sangat lengkap dan mengakomodir semua administrasi penyelesaian perkara, namun timbul masalah ketika masyarakat membutuhkan informasi seputar perkara yang sedang ditangani oleh pengadilan sudah sampai dimana prosesnya, juga dalam hal pembuatan pelaporan perkara yang menjadi kewajiban pengadilan.

Atas dasar permasalahan yang timbul tersebut dengan keragaman perkara yang ditangani oleh Pengadilan Agama, sudah sangat tentu akan semakin beragam pula permasalahan yang nantinya akan dihadapi. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka dimulailah pemanfaatan teknologi informasi sebagai sarana atau alat bantu merekam semua proses administrasi perkara di Pengadilan Agama.50

49

Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Liberty, 2002), h. 78. Lihat juga A. Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 6. Lihat juga Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, (Jakarta: Yayasan al-Hikmah, 2000), h. 8. Lihat juga Erfaniah Zuhriah,, Peradilan Agama di Indonesia Dalam Rentang Sejarah Pasang Surut, h. 204- 215.

50

Dirjen Badilag MARI, Sejarah Perkembangan Implementasi SIADPA PLUS; Membangun Administrasi Peradilan Berbasis Teknologi Informasi, h. 10


(49)

3. Sejarah Lahirnya Aplikasi SIADPA

Ide-ide cerdas muncul ketika menghadapi permasalahan dan dalam keadaan terdesak yang mengharuskan orang berpikir keras untuk mencari solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi. Jumlah perkara yang masuk ke Pengadilan Agama Malang rata-rata 400 setiap bulan tidak sebanding dengan jumlah SDM yang terbatas, hal ini menjadi masalah jika semua proses penyelesaian perkara dijalankan secara manual tanpa memanfaatkan teknologi informasi. Bekerja di luar jam kantor bagi pegawai Pengadilan Agama Malang pada tahun 1990-an tidak dapat dihindarkan, hal ini dilakukan untuk mengurangi penumpukan perkara.

Reformasi di tahun 1998 memberikan inspirasi kepada Alm. Yugo Hari Satriyo, SH. yang saat itu menjabat sebagai panitera/ sekretaris Pengadilan Agama Malang untuk membenahi sistem administrasi perkara dalam rangka meningkatkan percepatan penyelesaian perkara, akuntabilitas, transparansi dan pelayanan kepada para pencari keadilan di Pengadilan Agama Malang. Jumlah perkara yang tinggi, keterbatasan sumber daya manusia yang tersedia dan penerapan sistem manual tidak bisa menyelesaikan perkara tepat waktu. Hal ini semakin mendorong untuk mempercepat pembenahan administrasi perkara dengan memanfaatkan perangkat komputer.51 Memang sebelumnya Alm. Yugo Hari Satriyo, SH sempat bertemu dengan seseorang yang bergerak di bidang pemrograman komputer yaitu Irfan dari Sysolusindo.

51


(50)

40

Usulan Alm. Yugo Hari Satriyo, SH tersebut akhirnya disetujui dan ditindak lanjuti melalui pembicaraan dengan pihak Sysolusindo. Kemudian kepaniteraan yang dikomandani oleh Yugo Hari Satriyo, SH, menyiapkan konsep surat-surat administrasi, setelah konsep itu jadi kemudian diketik dengan komputer oleh tenaga honorer yang terdiri dari saudara Hadijah Hasanuddin, Ainur Rofiq, Farid Dzikrullah, Erik Handini dan lain-lain, hasil pengetikan konsep tersebut diserahkan kepada pihak Sysolusindo untuk dibuat dalam bentuk program komputer.52

Setelah pembuatan program administrasi perkara ini selesai, dilakukan uji coba untuk proses penyelenggaraan administrasi perkara sejak dari penerimaan sampai dengan putusan perkara. Ternyata hasilnya luar biasa. Untuk proses pendaftaran perkara yang semula dalam sehari melayani 20 s/d 30 perkara baru selesai pada pukul 16.00 setelah menggunakan program ini dapat diselesaikan pada sekitar pukul 13.00 s/d pukul 14.00.

Sesudah uji coba dirasa cukup, dengan perbaikan dan penyempurnaan di sana sini, program administrasi perkara ini mulai dioperasikan dengan diberi nama Sistem Administrasi Perkara Pengadilan Agama disingkat SIADPA 1. Pemberian nama SIADPA 1 dimaksud untuk membedakan dengan program lainnya yang direncanakan, yaitu SIADPA 2 untuk Register Perkara, SIADPA 3 untuk Keuangan Perkara, SIADPA 4 untuk Laporan Perkara dan seterusnya. Namun sampai dengan saat Yugo Hari Satriyo, SH diangkat sebagai Panitera

52

Abu Amar (Ketua PTA Jayapura), Sejarah Awal SIADPA, artikel diakses pada tanggal 24 Juli 2013 pada http://www.pa- manokwari.go.id/ index.php/artikel/161-sejarah-awal-siadpa.


(51)

Pengadilan Tinggi Agama Surabaya pada tahun 2000, SIADPA 2 dan SIADPA lainnya belum dapat direalisasikan.53

Perubahan luar biasa di Pengadilan Agama Malang Kelas II dengan program SIADPA 1 ini rupanya menarik perhatian pimpinan PTA Surabaya, sehingga diperintahkan kepada Pengadilan Agama Malang Kelas II untuk menularkan kepada Pengadilan Agama lainnya di Jawa timur, terutama kepada Pengadilan Agama Kelas I A yang jumlah perkaranya relatif banyak.

Beberapa waktu kemudian rupanya para ketua Pengadilan Agama di Jawa Timur setelah melihat manfaat SIADPA, mulai tertarik dengan program ini dan meminta kepada pihak Sysolusindo untuk membuatkan program bagi Pengadilan Agama masing-masing,54 sehingga program SIADPA dalam waktu singkat telah merata dipergunakan oleh Pengadilan Agama di seluruh wilayah Pengadilan Tinggi Agama Surabaya.

Pada sebuah acara di Malang, Direktur Pembinaan Badan Peradilan Agama Bapak Drs, H. Syamsuhadi Irsyad, SH., MHum berkenan singgah di Pengadilan Agama Malang Kelas II, beliau melihat dan tertarik dengan program SIADPA 1 ini dan mengatakan alangkah baiknya jika program ini bisa ditiru oleh Pengadilan Agama yang lainnya.

53

Ibid.

54

Yudhi Wijaya, Pola Kerja Efektif Pelayanan Perkara dengan aplikasi SIADPA/SIADPTA, artikel diakses pada tanggal 27 Juli 2013 pada http://www.pta-kendari.go.id/pakdi/media.php?module= detailartikel &id=93.


(1)

Aplikasi SIADPA Plus sangat berperan sekali, karena dengan aplikasi SIADPA Plus yang merupakan otomatisasi sangat mempermudah dan mempercepat pembuatan relaas- relaas di Pengadilan Agama Tangerang, sehingga petugas jurusita atau jurusita pengganti tinggal memilih menu relaas dan langsung mengeprint, tidak perlu mengetik ulang kembali karena semua perjalanan perkara sudah terekam dalam aplikasi SIADPA Plus.

9. Bagaimana peran Implementasi SIADPA Plus pada pembuatan Berita Acara

Persidangan? Jawaban :

Pembuatan berita acara persidangan dengan meggunakan aplikasi SIADPA Plus sama saja seperti pembuatan relaas- relaas, tinggal memasukan nomor perkaranya saja, dari mulai awal sampai perjalanan terakhir perkara sudah terekam dalam aplikasi SIADPA Plus, semua opsi (pilihan) sudah ada dalam aplikasi SIADPA Plus, dengan aplikasi SIADPA Plus pembautan BAP sangat mudah dan tidak membutuhkan waktu yang lama.

10. Bagaimana peran implementasi SIADPA Plus pada proses mediasi, seperti

penunjukan mediator dan pembuatan Laporan hasil mediasi? Jawaban :

Mediator terbagi kepada dua bagian, pertama mediator yang disediakan oleh pengadilan dengan catatan bahwa hakim tersebut tidak sedang menangani perkara yang akan dimediasi serta dapat izin dari ketua, kedua mediator dari luar pengadilan yang sudah mendapatkan tanda lulus atau serifikat dari lembaga yang berwenang. Penunjukan mediator sudah tersedia formnya dalam aplikasi SIADPA Plus, tinggal memilih menu yang berkaitan dan isi yang perlu kemudian tinggal print, sama halnya juga dengan pembuatan laporan hasil mediasi,dengan aplikasi SIADPA Plus sangat memudahkan dalam penunjukan mediator maupun pembuatan laporan hasil mediasi.

11. Bagaiamana peran Implementasi SIADPA Plus pada pembuatan Akta Cerai?

Jawaban :

Sampai sejauh ini, di PA Tangerang belum menggunakan aplikasi SIADPA Plus dalam mengelola Akta Cerai, masih menggunakan blanko dari Mahkamh Agung RI. Kedepan mudah- mudahan untuk pembuatan Akta Cerai bisa diotomatisasi dengan aplikasi SIADPA Plus.


(2)

12. Bagaimana peran implementasi SIADPA Plus pada pembuatan pelaporan perkara (mingguan, bulanan, dan tahunan)?

Jawaban :

Terkait dengan pelaporan perkara, input terakhir aplikasi SIADPA Plus adalah pelaporan, namun aplikasi SIADPA Plus merupakan sistem administrasi buatan manusia oleh karena itu harus terus dikontrol, juga harus terus juga didukung dengan data manual, karena namanya buatan manusia ada saja trouble (masalah) kalau ini terjadi data yang selama ini tersimpan dan terekam oleh aplikasi SIADPA yang dijadikan bahan pelaporan bisa saja hilang, oleh karenanya di butuhkan seorang admint. Dengan aplikasi SIADPA Plus, PA Tangerang dalam membuat laporan sangat di mudahkan, tidak memerlukan waktu yang lama, mulai dari pelaporan keadaan perkara, pelaporan perkara dimohonkan banding, pelaporan perkara dimohonkan kasasi, pelaporan perkara dimohonkan peninjauan kembali, laporan kegiatan hakim, dan laporan Perkara diterima dan diputus, semua pelaporan tersebut tinggal klik saja dalam aplikasi SIADPA Plus, disinilah peran penting aplikasi SIADPA Plus dapat digunakan untuk menilai kinerja Pengadilan Agama Tangerang.

13. Bagaimana peran implementasi SIADPA Plus pada penggunaan KIPA?

Jawaban :

Dengan menggunakan SIADPA KIPA, yang tiada lain merupakan bagian dari aplikasi SIADPA yang berfungsi membantu petugas terkait dengan pencatatan, pengendalian dan pencetakan laporan keuangan perkara. Dengan menggunakan SIADPA KIPA, sangat berperan penting membantu kinerja petugas sebagai sumber otomatis dari pembuatan buku-buku keuangan dan pelaporan.

14. Bagaimana peran implementasi pada pengarsipan perkara?

Jawaban :

Untuk pengelolaan arsip dengan menggunakan aplikasi SIADPA Plus di PA Tangerang belum menggunakan SIADPA Plus, karena berbagai kendala terutama terkait dengan perangkat computer dan sumber daya manusianya, walaupun PA Tangerang sudah merancang untuk kedepannya pengelolaan arsip perkara sudah dapat direalisasikan implementasinya di PA Tangerang, karena sesungguhnya aplikasi SIADPA Plus sudah menyediakan formnya.

15. Menurut anda, apakah pola Bindalmin dan aplikasi SIADPA Plus sudah berjalan beriringan (sinkron)?


(3)

Jawaban :

Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama di Jakarta merupakan pakar Bindalmin, juga bapak SIADPA Plus beliau adalah pak Wahyu Widyana, dan sekarang sudah pensiun dan dilanjutkan oleh penerusnya yang juga ahli dalam SIADPA Plus juga ahli dalam Bindalmin. Aplikasi SIADPA Plus adalah sistem online, sedangkan pola Bindalmin adalah sistem manual, dengan adanya aplikasi SIADPA Plus yang diterapkan di PA Tangerang, kedua sistem tersebut sudah berjalan beriringan, karena setiap blanko yang ada dalam aplikasi SIADPA Plus sudah berstandar Nasional.

Tangerang, 18 September 2013


(4)

Pertanyaan dan Hasil Jawaban Wawancara Implementasi SIADPA Plus Administrator SIADPA Pengadilan Agama Tangerang

Nama : Irvan Yunan, SH NIP : 198106302006041002

Jabatan : Administrator SIADPA/Jurusita Pengganti Waktu : 13 September 2013

1. Bagaimana apresiasi bapak terhadap implementasi SIADPA Plus di PA Tangerang?

Jawaban :

Implementasi SIADPA Plus perannya sangat penting bagi Pengadilan Agama Tangerang, karena dari mulai pendaftaran akan terkait dengan elemen lainnya, misalnya terkait dengan pemanggilan para pihak, juga memberikan efektifitas bagi para pegawai dalam menjalankan tugasnya.

2. Apa saja tugas administrator di Pengadilan Agama Tangerang ini? Jawaban :

Tugas seorang administrator antara lain; Stabilitas jaringan agar tidak ada gangguan dalam aplikasi SIADPA Plus, kalau terjadi gangguan terhadap jaringan yang diakibatkan oleh virus, hack, trouble network dan lain-lain, maka tugas Administrator adalah menganalisis permasalahan tersebut agar bisa cepat diatasi. Seorang administrator juga bertugas menjaga kelangsungan server, menjaga koneksitas komputer operator dengan server, juga untuk memvalidasi perkara agar sesuai dengan yang aslinya.

3. Menurut bapak setelah sekian lama implementasi SIADPA Plus berjalan, apa saja peran SIADPA Plus yang bapak rasakan terhadap Tupoksi bapak sebagai Administrator di Pengadilan Agama Tangerang ini?

Seorang administrator sebagai panglima dalam implementasi aplikasi SIADPA di PA Tangerang, oleh karena itu tugas Administrator sangat vital bagi kelangsungan dan terjaminnya stabilitas jaringan aplikasi SIADPA Plus, oleh karenanya ketika terjadi masalah pada aplikasi SIADPA Plus, user cukup melaporkan masalahnya apa, kemudian


(5)

Admininistrator akan menganalisanya kemudian Admint akan memecahkan masalah tersebut.

4. Dalam menjalankan tugas, apa saja hambatan yang bapak temui dan bagaimana cara

mengatasinya? Jawaban :

Masalah tidak begitu besar seperti trouble network, gangguan jaringan dari virus dan malwer, namun permasalahan tersebut akan segera di tindak lanjuti, hal ini sebagai bentuk tugas administrator membimbing dan menjaga secara tekhnis agar aplikasi SIADPA Plus berjalan dengan baik, dari segi koneksi jaringan, kondisi server dan lain sebagainya.

5. Selain adanya aplikasi SIADPA Plus, pemanfaatan IT di PA Tangerang dalam bidang

apa lagi? Jawaban :

Tentunya pemanfaatan IT selain implementasi aplikasi SIADPA Plus, di Pengadilan Agama Tangerang pemanfaatan IT digunakan dalam pengelolaan website sebagai pusat informasi tentang PA Tangerang, publikasi putusan, publikasi laporan-laporan, juga sebagai informasi pekara. Selain website, pemanfaatan IT juga di implementasikan dengan SMS perkara yang terintegrasi dengan aplikasi SIADPA Plus.

6. Menurut bapak, apakah pola Bindalmin dan Aplikasi SIADPA Plus sudah berjalan beriringan (sinkron)?

Jawaban :

Untuk saat ini pola Bindalmin sudah disempurnakan dan SIADPA Plus juga telah disempurnakan, sehingga pola Bindalmin dan aplikasi SIADPA Plus sudah berjalan beriringan (sinkron), jadi tidak ada dalam aplikasi SIADPA Plus menyalahi pola Bindalmin. SIADPA Plus akan menyalahi pola Bindalmin jika user atau operator tidak melaksanakan sesuai dengan fungsinyan masing-masing.

7. Untuk masa yang akan datang, apa program bapak kedepan dalam rangka

mendorong dan mengembangkan peran IT di PA Tangerang? Jawaban :

Sumber daya manusia harus terus ditingkatkan kemampuannya, agar senatiasa mampu menghadapi era perubahan yang begitu pesat ini, sehingga pemanfaatan IT dapat diarahkan kepada bidang lainnya, hal ini dalam rangka menunjang tugas dan fungsi pegawai


(6)

Pengadilan Agama. Misalnya saja pemanfaatan IT bisa seperti apa yang telah di implementasikan di Mahkamah Konstitusi.

Tangerang, 18 September 2013