PERJANJIAN KERJASAMAFRANCHISE PT. LODAYA MAKMUR

65

BAB IV PERJANJIAN KERJASAMAFRANCHISE PT. LODAYA MAKMUR

PERKASADAN PENERIMA MEREK DAGANGSOP BUAH LODAYA A. Bentuk dan Isi Perjanjian Kerjasama Franchise PT. Lodaya Makmur Perkasa dan Penerima Merek Dagang Sop Buah Lodaya serta Hak dan Kewajiban Yang Harus Dipenuhi Oleh Pihak-Pihak Yang Terkait dalam Perjanjian Kerjasama Franchise Perjanjian atau kontrak waralaba berdasarkan Pasal 2 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007, dibuat dalam bentuk tertulis antara pemberi waralaba dan penerima waralaba.Perjanjian dalam bentuk tertulis memberikan kepastian hukum kepada kedua belah pihak dalam memenuhi kewajiban dan memperoleh hak yang telah disepakati bersama. Suatu kontrak pada dasarnya harus dilaksanakan oleh para pihak berdasarkan itikad baik, tetapi kenyataannya sering kali terjadi sesuatu masalah yang tidak dikehendaki oleh para pihak, sehingga menimbulkan sengketa di antara pihak-pihak tersebut, untuk menyelesaikan sengketa-sengketa yang timbul tersebut tidaklah mudah, karena pihak-pihak yang bersangkutan berasal dari dua negara yang berbeda yang sistem hukumnya sedikit banyak juga berbeda. Terdapatnya dua sistem hukum yang berbeda dalam suatu kontrak, hal ini tentu saja dapat menimbulkan masalah hukum perdata, karena para pihak membawa sistem hukumnya masing-masing dalam suatu kontrak, dalam hal ini mereka dapat memilih hukum nasionalnya atau hukum ncgara lain sepanjang tidak bertentangan dengan ketertiban umum atau kaidah-kaidah yang bersifat memaksa. Selain mengenai hukum yang seharusnya berlaku atau pilihan hukum, permasalahan yang dapat timbul dalam suatu kontrak adalah pilihan pengadilan yang merupakan pilihan yang tidak dapat diabaikan Universitas Sumatera Utara 66 oleh para pihak.Dalam hal ini bagi para pihak dimungkinkan untuk memilih badan arbitrase atau pengadilan nasionalnya, sebagai forum yang akan menyelesaikan sengketanya. Proses pelaksanaan perjanjian waralaba perjanjian kerjasama franchise PT. Lodaya Makmur Perkasa dan penerima merek dagang sop buah lodaya diilalui dengan beberapa tahapan yaitu pengajuan permohonan perjanjian, penilaian terhadap calon penerima waralaba, penandatanganan perjanjian, dan pelaksanaan perjanjian. 85 Para pihak yang terlibat dalam waralaba dijelaskan pada Pasal 1 ayat 2dan 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 42 Tahun 2007 tentang Waralaba menyatakan bahwa pemberi waralaba Franchisor adalah orang perseorangan atau badan usaha yang memberikan hak untuk memanfaatkan atau menggunakan waralaba yang dimilikinyakepada penerima waralaba. Sementaraitupenerima waralaba Franchisee adalah orang perseorangan atau badan usaha yang diberikan hak oleh pemberi waralaba untuk memanfaatkan atau menggunakan waralaba yang dimiliki pemberi waralaba. 86 85 Hasil wawancara dengan Ikhwan Ra’uf selaku pimpinan PT. Lodaya Makmur Perkasa, tanggal 5 Maret 2016. 86 Anki Novairi Dari dan AdityaBayuAji, Kaya Raya dengan Waralaba, Kata Hati, Jakarta, 2011, hal. 107. Suatu perjanjian ada selalu ada dua pihak dimana satu pihak adalah pihak yang wajib berprestasi debitur dan pihak lainnya adalah pihak yang berhak atas prestasi tersebut kreditur.Masing-masing pihak tersebut dapat terdiri dari satu atau lebih orang bahkan dengan berembangnya ilmu hukum, pihak tersebut dapat juga terdiri dari satu atau lebih badan hukum.Selanjutnya dalam Pasal 1314 KUHPerdata, tampak Universitas Sumatera Utara 67 bahwa rumusan yang diberikan dalam Pasal 1314 KUHPerdata mengembangkan lebih jauh pengertianyang diberikan dalam rumusan Pasal 1313 KUH Perdata. Pasal 1314 KUH Perdata lebih jauh menyatakan bahwa atas prestasi yang wajib diakukan olehdebitur dalam perjanjian tersebut, debitur yang berkewajiban tersebut dapat meminta dilakukannya kontra-prestasi dari lawan pihaknya tersebut.Hal ini berarti, pada dasarnya perjanjian dapat melahirkan perikatan yang bersifat sepihak dimana hanya satu pihak yang wajib berprestasi dan perikatan yang bertimbal balikdengan kedua belah pihak saling berprestasi. Hak dan kewajiban pihak pertama, antara lain : 87 a. Hak Pihak Pertama: 1. Pihak pertama berhak untuk menerima pembayaran atas pengunaan Merek dagang sop duren lodaya dari pihak kedua. 2. Pihak pertama berhak untuk melakukan kerjasama dan atau menggunakan Merek dagang sop duren lodaya di kotakabupatenwilayah yang sama dengan pihak kedua. b. Kewajiban pihak pertama: 1. Pihak Pertama berkewajiban untuk memberikan merek dagang sop duren lodaya kepada pihak kedua sampai batas waktu yang telah disepakati didalam perjanjian ini. 2. Pihak pertama atau wakil pihak pertama apabila diperlukan akan memberikan informasi kepada pihak kedua mengenai pengelolaan usaha. 87 Isi Perjanjian KerjasamaFranchise PT. Lodaya Makmur Perkasadan Penerima Merek Dagangsop Buah Lodaya . Universitas Sumatera Utara 68 Hak dan kewajiban pihak kedua, antara lain : 88 a. Hakpihak kedua: 1. Pihak kedua berhak menggunakan merek dagang “sop duren lodaya” ditempat usaha yang ditentukan dalam perjanjian ini dan sesuai dengan jangka waktu sebagaimana dimaksuda dalam Pasal 2. 2. Pihak kedua berhak mengelola, mengubah dan menyesuaikan sistem manajemen dan strategi marketingpenjualan“sop duren lodaya”. 3. Pihak kedua berhak mendapatkanmenerimamenarik kembali dana sebesar Rp. 200.000.000,- dua ratus juta yang telah dibayarkan kepada pihak pertama dikarenakan alasan tempat usaha yang ditetapkan para pihak tidak bisa digunakan sebagaimana mestinya. 4. Bahwa terhadap alasan sebagaimana disebut ayat 3, pihak kedua wajib mencari tempat usaha baru dalam jangka waktu 2 dua bulan, apabila melewati batas waktu tersebut dan masih belum ada kejelasan tempat, maka pihak pertama akan mengembalikan biaya franchise sejak selambat-lambatnya 30 tiga puluh hari sejak permintaan pembatalan dari kedua diterima secara tertulis oleh pihak pertama. b. Kewajiban pihak kedua: 1. Pihak kedua berkewajiban untuk membayar biaya pengunaan merek dagang sop duren lodaya kepada pihak pertama sesuai dengan ketentuan yang terdapat didalam Pasal 3 diatas; 88 Ibid. Universitas Sumatera Utara 69 2. Pihak kedua wajib mematuhi aturan yang diberikan pihak pertama yang meliputi, namun tidak terbatas pada penggunaan bahan baku, perubahan logo dan penempatannya, serta mematuhi larangan- larangan yang ditetapkan oleh pihak pertama. Dalam hal terjadi perubahan seperti tersebut di atas, pihak pertama akan memberitahukannya terlebih dahulu kepada pihak kedua melalui surat elektronik atau pesan singkat. 3. Pihak kedua tidak diperkenankan memindahkan hak pengelolaan dan pemakaian merek sop duren lodaya kepada pihak lain. 4. Pihak kedua wajib membeli bahan mentahmatangjadi dari pihak pertama dalam rangka menunjang usaha, dan dilarang membeli bahan mentaholahanjadi dari pihak lain kecuali atas sepengetahuan dan seizin pihak pertama. Pasal8 Tempat Usaha 1. Pihak kedua berhak memiliki lebih dari 1 tempat usaha di kota yang sama selama memperoleh izin dari pihak pertama dengan ketentuan dan perjanjian baru; 2. Pihak kedua berhak untuk mengusulkan tempat usaha tersebut dan meminta saran kepada pihak pertama; 3. Bahwa terhadap tempat usaha yang telah disepakati para pihak ternyata dikemudian hari tidak mendapatkan izin usaha atau tidak dapat Universitas Sumatera Utara 70 dipergunakan sebagaimana mestinya, maka pihak kedua wajib mencari tempat usaha baru dalam jangka waktu 30 tiga puluh hari. 4. Tempat usaha sebagaimana dimaksud diatas, harus memenuhi tetapi tidak terbatas pada syarat-syarat sebagai berikut; a. Berada ditempat yang strategis dengan luas tempat usaha tidak kurang dari 50 m2 lima puluh meter persegi. b. Tempat tersebut didapat oleh pihak kedua dengan cara yang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku yang dibuktikan dengan kepemilikan sertifikat hak milik atau Hak Guna Bangunan dan atau Perjanjian sewa menyewa kepada pihak pertama; c. Memenuhi standar kebersihan tempat yang ditentukan oleh pihak pertama; d. Memenuhi standar Pelayanan yang ditentukan oleh pihak pertama; e. Tempat usaha tersebut dilengkapi degan Booth yang berukuran dan jumlah yang akan disesuaikan dengan kebutuhan pihak kedua yang disetujui oleh pihak pertama f. Tempat Usaha terdapat Mesin pendingin geser Freezer sliding dengan jumlah dan kapasitas sesuai kebutuhan. g. Tempat Usaha terdapat Mesin pendingin boks Freezer box dengan jumlah dan kapasitas sesuai kebutuhan. h. Pendingin ruangan AC dengan jumlah dan kapasitas sesuai kebutuhan. Universitas Sumatera Utara 71 Pasal9 Perubahan Sistem Pihak Pertama berhak mengubah dan menyesuaikan tanda dagang, Merek, tanda pelayanan, identifikasi baru, produk dan menu-menu baru, dan wajib dipatuhi serta diikuti oleh pihak kedua. B. Tanggung Jawab Hukum dari Para Pihak Jika Terjadi Wanprestasi Permasalahan mengenai wanprestasi tidak bias terlepas dari masalah “pernyataan lalai” ingebrekke stelling dan “kelalaian” verzuim. Adapun menurut M. Yahya Harahap pengertian yang umum tentang “wanprestasi” adalah pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya. 89 Perjanjian waralaba merupakan perjanjian innominaat.Perjanjian innominaat diatur dalam Pasal 1319 KUHPerdata.Oleh karena itu perjanjian waralaba juga harus mematuhi ketentuan-ketentuan hukum yang terdapat di dalam KUHPerdata, sehingga perjanjian yang mematuhi ketentuan-ketentuan hukum merupakan produk hukum.Sebagai sebuah produk hukum, maka isi di dalam Perlindungan hukum terhadap perbuatan melawan hukum secara umum dapat digunakan Pasal 1365 KUH perdata. Di dalam Pasal tersebut dinyatakan bahwa tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena sahnya menerbitkan kerugia itu, mengganti kerugian tersebut. 89 M. Yahya Harahap. Segi-segi Hukum Perjanjian. Alumni, Bandung,.1996, hal 60 Universitas Sumatera Utara 72 perjanjian waralaba merupakan hukum yang harus ditaati oleh para pihak yang membuat perjanjian waralaba tersebut.Tanggung jawab hukum dalam perjanjian waralaba ada dua yaitu tanggung jawab hukum antara para pihak yang terikat dalam perjanjian dan tanggung jawab hukum para pihak terhadap hukum yang berlaku. Suatu perbuatan dikategorikan sebagi melawan hukum apabila memenuhi unsur-unsur Pasal 1365 KUH Perdata sebagai berikut : 1. Dilakukan dengan cara melawan hukum 2. Menimbulkan kerugian bagi pelaku usaha pesaing 3. Dilakukan dengan kesalahan sengaja atau lalai 4. Ada hubungan kausal antara perbuatan dan kerugian Wanprestasi diatur dalam Pasal 1239 KUHPerdata yang menyatakan: “Tiap-tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu, apabila si berutang tidak memenuhi kewajibannya, mendapatkan penyelesaiannya dalam kewajiban memberikan penggantian biaya, rugi dan bunga”. Berdasarkan Pasal diatas maka pihak yang melakukan wanprestasi akan memperoleh akibat hukum berupa membayar ganti rugi. Ganti rugi dapat diperinci menjadi tiga unsur, yaitu a. Biaya konsten, ialah segala pengeluaran atau perongkosan yang nyata- nyata sudah dikeluarkan oleh pihak yang dirugikan. b. Rugi schaden, ialah kerusakan barang-barang milik salah satu pihak yang diakibatkan kelalaian pihak lain yang terikat dalam perjanjian. Universitas Sumatera Utara 73 c. Bunga interesten, ialah kerugian yang berupa kehilangan keuntungan yang nyata-nyata sudah dibayangkan atau dihitung oleh pihak yang dirugikan Tidak terpenuhinya perjanjian selain karena wanprestasi dapat juga terjadi karena overmacht atau force majeure keadaan memaksa.Keadaan memaksa adalah suatu peristiwa yang terjadi diluar dugaan dan tidak dapat dipertanggungjawabkan yang mengakibatkan suatu perjanjian tidak dapat dilaksanakan. 90 Kemudian dalam hal tanggung jawab hukum para pihak terhadap peraturan pemerintah, jika ada pihak yang melanggar syarat-syarat yang telah ditentukan dalam peraturan pemerintah maka konsekuensi hukum yang terjadi Mengenai overmacht atau force majeure diatur dalam Pasal 1245 KUHPerdata yang menyatakan: “Tidaklah biaya rugi dan bunga, harus digantinya, apabila lataran keadaan memaksa atau lataran suatu kejadian tak disengajasi berutang beralangan memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau lataran hal-hal yang sama telah melakukan perbuatan yang terlarang”. Berdasarkan Pasal 1245 KUHPerdata maka apabila terjadi overmacht atau force majeure pihak yang tidak dapat memenuhi kewajibannya dibebaskan dari ganti rugi dan bunga.Tanggung jawab hukum para pihak terhadap hukum yang berlaku terjadi apabila perjanjian yang dibuat oleh para pihak sudah memenuhi ketentuan- ketentuan yang disyaratkan dalam peraturan pemerintah yang mengatur mengenai waralaba.Sehingga perjanjian waralaba sebagai sebuah produk hukum memenuhi ketentuan-ketentuan hukum yang disyaratkan oleh peraturan pemerintah. 90 Sri Soesilowati Mahdi, Surini Ahlan Sjarif dan Akhmad Budi Cahyono, Hukum Perdata Suatu Pengantar Jakarta: Gitama Jaya Jakarta, 2005, hal 154 Universitas Sumatera Utara 74 diatur dalam Pasal 16 ayat 1 PP No. 42 Tahun 2007 yang menyatakan: “Menterì, Gubernur, BupatiWalikota sesuai kewenangannya masing-masing dapat mengenakan sanksi administratif bagi Pemberi waralaba dan Penerima waralaba yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 10, danatau Pasal 11”. Sanksi yang dimaksud dalam Pasal ini adalah peringatan tertulis, denda dan atau pencabutan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba.Saksi tersebut diatur dalam Pasal 16 ayat 2 PP No 42 Tahun 2007. Bentuk perbuatan melawan hukum yang biasa terjadi dalam perjanjian waralaba di PT. Lodaya Makmur Perkasa adalah Penerima Waralaba memalsukan data-data danatau keterangan danatau informasi lainnya mengenai dirinya sendiri yang mungkin mempengaruhi Pemberi Waralaba dalam memberikan persetujuan kepada Penerima Waralaba untuk menggunakan danatau memanfaatkan Hak Eksklusif Waralaba. Pertanggung jawab merupakan hal yang penting, karena memuat mengenai sampai sejauh mana tanggung jawab yang dipikul baik oleh franchisor maupun franchisee.Pertanggung jawab para pihak harus dirumuskan secara jelas dan terperinci agar masing–masing pihak mengetahui dengan tepat hal apa saja yang menjadi hal apa saja merupakan tanggung jawabnya. Perumusan secara jelas dan terperinci akan memudahkan untuk menentukan bahwa suatu aktivitas merupakan tanggungjawab dari pihak yang mana. Tanggung jawab hukum merupakan tanggung jawab para pihak dalam suatu perjanjian untuk mematuhi hukum yang berlaku. Dalam perjanjian waralaba PT. Lodaya Makmur Perkasa dan penerima merek dagang sop buah Universitas Sumatera Utara 75 lodayamempunyai tanggung jawab untuk membuat suatu perjanjian waralaba yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku dan isi perjanjian yang mereka buat tidak boleh melanggar ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku. Selain tanggung jawab tersebut PT. Lodaya Makmur Perkasa dan penerima merek dagang sop buah lodaya memiliki tanggung jawab untuk memenuhi prestasi yang diperjanjikan seperti hak dan kewajiban masing-masing pihak yang terikat dalam perjanjian tersebut. Berdasarkan prestasi yang diperjanjikan, menurut Pasal 1234 KUHPerdata ada tiga macam perikatan, yaitu: 1. Perikatan untuk berbuat sesuatu; 2. Perikatan untuk menyerahkan sesuatu; dan 3. Perikatan untuk tidak berbuat sesuatu Perjanjian waralaba PT. Lodaya Makmur Perkasa dan penerima merek dagang sop buah lodaya para pihak mempunyai kewajiban untuk memenuhi prestasi yang sudah diperjanjikan dalam perjanjian waralaba mereka. Kewajiban tersebut disebut sebagai tanggung jawab hukum.Dalam perjanjian waralaba tersebut telah diatur dengan jelas hak-hak serta kewajiban-kewajiban dari masing- masing pihak sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui oleh para pihak.Namun hal yang telah disepakati tidak tertutup kemungkinan dapat menimbulkan sengketa apabila pihak yang mempunyai kewajiban tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana yang diwajibkan.Apabila salah satu pihak tidak memenuhi prestasi yang sudah diperjanjikan maka dianggap telah melakukan wanprestasi. Pihak yang merasa dirugikan akan melakukan upaya- Universitas Sumatera Utara 76 upaya untuk mendapatkan hak tersebut. Upaya untuk mendapatkan haknya disebut upaya hukum. Upaya hukum yang dapat ditempuh ada 2 dua yaitu: 91 1. melalui pengadilan litigasi; dan 2. tidak melalui pengadilan non litigasi Melalui pengadilan maka pihak yang dirugikan penggugat mengajukan gugatan terhadap pihak yang merugikan tergugat ke pengadilan di wilayah hukum tergugat berada atau pengadilan yang telah ditunjuk oleh para pihak dalam perjanjian. Sedangkan upaya hukum tanpa melalui pengadilan dapat dilakukan melalui cara mediasi atau arbitrase. Dalam setiap perjanjian umumnya para pihak telah menetapkan pilihan badan peradilan yang akan menangani dan menyelesaikan perselisihan yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang. Dalam perjanjian waralaba, PT. Lodaya Makmur Perkasa dan penerima merek dagang Sop buah lodaya telah menetapkan pilihan badan peradilan yang akan menangani dan menyelesaikan apabila terjadi perselisihan. Mengenai penyelesaian wanprestasi, dalam isi perjanjian waralaba mereka sepakat apabila terjadi wanprestasi terhadap isi dari Pasal-Pasal dalam perjanjian waralaba yang mereka buat maka mereka sepakat untuk menempuh jalur musyawarah mufakat; apabila dalam kurun waktu 90 sembilan puluh hari tidak dihasilkan kesepakatan mufakat mengenai penyelesaian, mereka sepakat untuk menunjuk Badan Arbitase Nasional Indonesia yang berkedudukan di Jakarta sebagai satu-satunya tempat penyelesaian perselisihan, dan sepakat menganggap keputusan yang dihasilkan 91 Hasil wawancara Ikhwan Ra’uf selaku pimpinan PT. Lodaya Makmur Perkasa, tanggal 5 Maret 2016. Universitas Sumatera Utara 77 adalah keputusan yang final dan mengikat para pihak untuk melaksanakan isi putusan tersebut. Segala biaya yang timbul dari penyelesaian melalui Badan Arbitrase Nasional Indonesia dibebankan kepada pihak yang kalah dan menunjuk kepada keputusan final dari badan tersebut. Selain pengaturan tersebut diatas, di dalam perjanjian waralaba PT. Lodaya Makmur Perkasa dan penerima merek dagang Sop buah lodaya juga terdapat beberapa pengaturan yang mengatur mengenai tanggung jawab para pihak secara khusus mengenai hal-hal tertentu didalam perjanjian ini. Dalam bab non kompetisi Pasal 8, disebutkan bahwa pihak kedua secara langsung maupun tidak langsung dilarang memiliki, memberikan petunjuk atau konsultasi, dan atau mengoperasikan usaha yang mirip dan berpotensi menjadi pesaing terhadap bisnis selama jangka waktu waralaba dan setelah berakhirnya hubungan waralaba dalam kurun waktu 3 tiga tahun. Bila pihak kedua melanggar ketentuan tersebut, maka pihak kedua wajib dan menyatakan sanggup untuk membayar ganti kerugian kepada pihak kesatu sebesar 4 kali biaya awal waralaba. Pedoman operasional Pasal 11 ayat 7, disebutkan bahwa pihak kedua wajib menjaga kerahasiaan pedoman operasional dan tidak boleh diakses oleh pihak-pihak yang bukan pelaksana bisnis di outlet milik pihak kedua. Pelanggaran atas kerahasiaan dan hak cipta pedoman operasional ini akan dikenakan tuntutan menurut undang-undang hak cipta yang berlaku di Indonesia. Pasal 12 ayat 2 mengenai biaya-biaya, tata cara pembayaran dan denda, menyatakan biaya royalty selama berlangsungnya perjanjian ini yaitu sebesar 5 persen per bulan. Biaya royalty setiap bulan pembukuan tidak boleh kurang dari Universitas Sumatera Utara 78 Rp. 10.000.000. Apabila royalty pada bulan tertentu kurang dari Rp.10.000.000 maka pihak pertama akan memasukan kekurangan tersbut kedalam invoice royalty pada bulan yang dimaksud sebagai kekurangan royalty yan harus dibayar oleh pihak kedua. Penyesuaian pembayaran biaya royalty dilakukan pada setiap akhir bulan pembukuan. 92 Pasal 22 ayat 8 mengenai konsekuensi akibat pencabutan hak menyatakan pihak kedua dilarang untuk mengadakan hubungan kerjasama, dalam bentuk apapun, baik langsung atau tidak langsung, baik secara individual atau sebagai anggota dari suatu badan usaha yang berhubungan dengan produksi dan penjualan secara retail atau bentuk usaha makanan yang menyerupai produk yang dijual di lokasi atau yang memiliki hubungan ketenagakerjaan atau Batas waktu pembayaran paling lambat 5 lima hari berdasarkan tanggal invoice royalty yg dikirimkan oleh pihak kesatu. Berkaitan dengan keterlambatan pembayaran royalty maka pihak kedua akan dikenakan denda sebesar 5 lima persen per bulan keterlambatan ditambah biaya administrasi sebesar US50.00 lima puluh dollar Amerika Serikat per bulan. Selain itu pihak kesatu akan memberikan 1satu lembar surat teguran kepada pihak kedua mengenai keterlambatan tersebut dan pihak kedua harus menanggapi surat teguran tersebut secara tertulis. Apabila selama 3 tiga bulan berturut-turut pihak kedua tetap tidak berkeinginan untuk membayar dan belum membayar royalty padahal telah diberikan surat pemberitahuan keterlambatan pembayaran maka pihak kesatu berhak secara sepihak mencabut hak pihak kedua sebagai penerima waralaba. 92 Isi Perjanjian KerjasamaFranchise PT. Lodaya Makmur Perkasadan Penerima Merek Dagangsop Buah Lodaya Universitas Sumatera Utara 79 kepentingantertentu di dalam suatu perusahaan yang berhubungan dalam produksi dan penjualan yang sama dimiliki oleh pihak kesatu didalam menjalankan konsep usaha restorannya. Apabila pihak kedua melanggar ketentuan tersebut diatas maka pihak kedua wajib memberikan ganti rugi kepada pihak kesatu sebesar Rp. 1.000.000.000,00 Satu milyar rupiah. Selain wanprestasi penyebab tidak terpenuhinya prestasi yang diperjanjikan adalah force majeure 93 1. perang dalam bentuk apapun, aksi militer atau pemberontakan . Didalam perjanjian waralaba antara PT. Lodaya Makmur Perkasa dengan penerima merek dagang Sop buah lodaya, force majeure diatur dalam Pasal 27 yang berbunyi force majeure atau keadaan memaksa adalah setiap tindakan, peristiwa ataukeadaan yang berada diluar pengendalian yang wajar dari pihak yang bersangkutan dan yang tidak dapat dicegah, dihindarkan, atau dijauhi dengan tindakan ketekunan yang wajar oleh pihak tersebut yang menimbulkan dampak secara material terhadap pemenuhan kewajiban salah satu pihak. keadaan memaksa meliputi namun tidak terbatas pada keadaan: 2. keributan umum, kerusakan, sabotase, kerusuhan, gangguan sipil atau unjuk rasa dengan kekerasan; 3. adanya perubahan, pencabutan atau pemberlakuan peraturan perundang- undangan oleh pemerintah danatau pemerintah daerah; 4. peledakan, kebakaran, gempa bumi, kekeringan, badai, letusan gunung berapi atau bencana alam lain atau act of god; 93 Hasil wawancara Ikhwan Ra’uf selaku pimpinan PT. Lodaya Makmur Perkasa, tanggal 5 Maret 2016 Universitas Sumatera Utara 80 5. Pemogokan buruh dalam skala besar. Pihak yang akibat terjadinya hal-hal yang sebagaimana disepakati di atas apabila tidak dapat melaksanakan perjanjian ini, wajib untuk memberitahukan pihak lainnya, selambat-lambatnya dalam waktu 14 empat belas hari kerja setelah kejadian-kejadian sebagaimana di atas terjadi, dan kelalaian atau keterlambatan pihak yang terkena force majeure dalam memberitahukan kepada pihak lainnya akan mengakibatkan tidak diakuinya peristiwa dimaksud sebagai force majeure . Bila kondisi force majeure berlangsung terus menerus hinggamempengaruhi operasional bisnis lebih dari 3 tiga bulan kalender, maka masing-masing pihak memiliki opsi untuk membatalkan atau menyatakan pemutusanhubungan waralaba dengan pemberitahuan tertulis lebih dahulu, paling lambat 30 hari kalender sebelum pemutusan hubungan waralaba tersebut berlaku efektif Tanggungjawab hukum dan ganti kerugian apabila penerima waralaba PT. Lodaya Makmur Perkasa melakuaknwanprestasi, antara lain : 1. Pihak penerimamerek dagang sop buah lodayaterlambat dalam menyetorkan hasil penjualan kotor tiap bulannya. Apabila penerima merek dagang sop buah lodaya tidak menyetorkan hasil penjualan kotor dalam waktu 7 hari berturut – turut maka penerima merek dagang sop buah lodaya dianggap telah melakukan wanprestasi. 2. Bentuk ganti rugi yang harus dibayarkan oleh pihak yang melakukan wanprestasi penerima merek dagang sop buah lodaya adalah diberikan sanksiberupa membayar denda sesuai yang diperjanjikan maka Universitas Sumatera Utara 81 prosesperdamaian terjadi tetapi apabila sampai jangka waktu keterlambatan juga tidak dilakukan pembayaran beserta denda maka pemberi waralaba dapat mengajukan gugatan ke Badan Arbitrase Nasional Indonesiadengan pemberi waralaba memintakan ganti kerugiansesuai tuntutan. 94 C. Penyelesaian Jika Perselisihan dan Perjanjian Kerjasama Franchise antara PT. Lodaya Makmur Perkasa dengan Penerima Merek Dagang Sop Buah Lodaya Dunia bisnis, seringkali ditemukan adanya sengketa yang dilakukan oleh para usahawan, sengketa dalam bisnisini bagaimanapun juga harus diselesaikan dengan segera, agar bisnis yang dijalankan tidak mengalami kerugian besar. Dalamsuatu transaksi bisnis, kontrak yang telah disepakati bersama telah ditandatangani para pihak biasanya selalu disebutkan dalam suatu Pasal tersendiri yang menyatakan cara bagaimana melakukan suatu penyelesaian atas suatu perselisihan atau sengketa yang timbul. Permasalahan dalam kontrak waralaba sering terjadi ketika waralaba itu sudah berjalan.Hal ini memerlukan perhatian khusus, karena dasar sebuah waralaba adalah memberikan keuntungan bagi para pihak.Jika terjadi permasalahan maka yang menjadi rujukan pertama adalah isi dari klausul kontrak yang telah ditanda tangani oleh kedua belah pihak, yaitu pemberi waralaba dan penerima waralaba.erbagai permasalahan yang timbul harus dicari jalan keluar yang terbaik agar didapatkan penyelesaian yang saling menguntungkan. 94 Hasil wawancara dengan Ikhwan Ra’uf selaku pimpinan PT. Lodaya Makmur Perkasa, tanggal 5 Maret 2016 Universitas Sumatera Utara 82 Perjanjian Waralaba dari segi isinya terdapatketidakseimbangan hak dan kewajiban para pihak yangartinya salah satu pihak cenderung melindungikepentingannya sedemikian rupa dengan menetapkansejumlah hak sekaligus membatasi hak-hak pihak lawannya,namun sebaliknya meminimalkan kewajibannya sendiri danmengatur sebanyak mungkin kewajiban pihak lawan, dapatdikatakan bahwa kedudukan para pihak tidak seimbangdalam perjanjian baku Suatu perjanjiankontrakperikatanyang dibuat oleh para pihak dapat memiliki akibat hukum.Akibat hukum dari suatu perjanjian berdasarkan Pasal 133KUHPerdata meliputi tiga macam,yaitu : 95 1. Perjanjian bersifat mengikat para pihak. Hal ini senadadengan isi Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata yang menyatakan “semua perjanjianyang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undangbagi mereka yang membuatnya”. Ketentuan inimengisyaratkan betapa kuatnya kedudukan hukum suatuperjanjian meskipun perjanjian tersebut dibuat oleh parapihak yang bukan tergolong pejabat publik. Perjanjianberlaku sebagai undang-undang Asas Pacta SuntServanda dengan rumusan Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata, sebagai kreditur yangtidak memperoleh pelaksanaan kewajiban oleh debiturdapat atau berhak memaksakan pelaksanaannya denganmeminta bantuan kepada pejabat negara yang berwenangyang akan memutuskan dan menentukan sampai seberapajauh suatu prestasi yang telah gagal, tidak 95 Iswi Hariyani, FRANCHISE AGREEMENT AND ITS LEGAL CONSEQUENCES IN THE EVENT OF DEFAULT, Jurnal Jurusan Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Jember UNEJ, 2013, hal 86 Universitas Sumatera Utara 83 sepenuhnyaatau tidak sama sekali dilaksanakan, atau dilaksanakantidak sesuai dengan yang diperjanjikan masih dapatdilaksanakan. 96 2. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali kecualiberdasarkan alasan-alasan yang dibenarkan oleh undang-undang. Ketentuan ini dimaksudkan agar setiap orangyang membuat perjanjian harus berkomitmen penuhuntuk melaksanakan semua isi perjanjian dan tidakmudah mempermainkan sebuah perjanjian. 3. Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.Perjanjian yang tidak didasari itikad baik, misalnya didasari motif penipuan dan atau penggelapan, dapatberpotensi untuk dinyatakan batal demi hukum karenamelanggar salah satu asas perjanjian. Jika unsur penipuandan penggelapan tersebut dapat dibuktikan makapelakunya dapat dikenai sanksi pidana penjara sesuaiaturan Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Mengenai masalah penyelesaian sengketa dalam perjanjian waralaba antara PT. Lodaya Makmur Perkasa dengan penerima merek dagang sop buah lodaya diatur dalam Pasal16 yang menyatakan apabila terjadi perbedaan pendapat, perselisihan, pelanggaran satu atau beberapa isi dari Pasal-Pasal dalam perjanjian ini, maka para pihak sepakat untuk menempuh jalur musyawarah mufakat. Apabila dalam kurun waktu 90 hari tidak dihasilkan kesepakatan mufakat mengenai penyelesaian akibat perbedaan pendapat, perselisihan, pelanggaran satu atau beberapa isi dari Pasal-Pasal dalam perjanjian ini, maka para pihak sepakat menunjuk Badan Arbitase Nasional Indonesia yang berkedudukan di Jakarta sebagai satu-satunya tempat penyelesaian perselisihan, dan sepakat untuk 96 Gunawan Widjaja, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, hal 281 Universitas Sumatera Utara 84 mengangap keputusan yang dihasilkan adalah keputusan yang final dan mengikat para pihak untuk melaksanakannya. Segala biaya yang timbul dari penyelesaian melalui Badan Arbitrase Nasional Indonesia dibebankan kepada pihak yang kalah dan menunjuk kepada keputusan final dari badan tersebut. Tata cara perpanjangan, pengakhiran, pemutusan perjanjian. Mengenai pengakhiran perjanjian diatur Pasal 3 ayat 1 dimana apabila jangka waktu perjanjian sudah berakhir dan pihak kedua tidak mengajukan permohonan perpanjangan masa waralaba. Sedangkan mengenai pemutusan perjanjian diatur dalam Pasal 3 ayat 2 yang menyatakan jangka waktu waralaba dapat berakhir lebih cepat dari tanggal yang tercantum dari Pasal 3 ayat 1 apabila pihak kedua memutuskan hubungan waralaba karena terjadi pelanggaran oleh pihak kedua terhadap perjanjian ini. Selain itu dalam membuat perjanjian waralaba harus memperhatikan Pasal 8 Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 yang menyatakan “Pemberi waralaba wajib memberikan pembinaan dalam bentuk pelatihan, bimbingan operasional manajemen, pemasaran, penelitian, dan pengembangan kepada Penerima waralabasecara berkesinambungan”. Mengenai hal ini juga sudah diatur di dalam perjanjian waralaba antara PT. Lodaya Makmur Perkasa dengan penerima merek dagang sop buah lodaya yaitu tentang kewajiban pihak pertama terhadap pihak kedua yang isinya antara lain: a. Pihak pertama akan menyediakan dukungan pelatihan untuk pegawai baru yang direkrut oleh pihak kedua Universitas Sumatera Utara 85 b. Pihak pertama akan menyediakan dukungan konsultasi operasional yang berkesinambungan bagi pihak kedua melalui komunikasi telepon, surat, fax, dan email, dalam hal manajemen umum, operasional sehari-hari, serta strategi pemasaran dan promosi lokal. c. Pihak pertama akan mengkomunikasikan secara tertulis kepada pihak kedua mengenai setiap perubahan yang dilakukan terhadap sistem waralabanya d. Pihak pertama akan memberikan petunjuk dan informasi tentang hargabarang dan cara negosisasi dengan supplier langsung, agar pihak kedua dapat mendapatkan harga yang kompetitif. Dalam Pasal 11 ayat 1 Peraturan Pemerintah No.42 Tahun 2007 dinyatakan “Penerima waralaba wajib mendaftarkan perjanjian waralaba”. Dalam perjanjian waralaba antara PT. Lodaya Makmur Perkasa dengan penerima merek dagang sop buah lodaya sebagai penerima waralaba telah mendaftarkan perjanjian waralabanya. Berdasarkan analisa diatas dapat dilihat bahwa perjanjian waralaba antara PT. Lodaya Makmur Perkasa dan penerima merek dagang sop buah lodaya telah sesuai dengan PP No.42 tahun 2007 tentang Waralaba. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pembuatan perjanjian waralaba PT. Lodaya Makmur Perkasa dan penerima merek dagang sop buah lodaya telah dilaksanakan sesiau dengan peraturan yang berlaku. Apabila timbul perbedaan pendapat atau perselisihan antara kedua belah pihak sedapat mungkin diselesaikan secara kekeluargaan dan musyawarah untuk Universitas Sumatera Utara 86 mufakat.Namun apabila cara musyawarah mufakat tidak dapat menyelesaikan sengketa atau konflik yang dimaksud maka dapat diselesaikan dengan alternatif penyelesaian sengketa diluar pengadilan non litigasi ataupun dengan lembaga peradilan pada umumnya litigasi. 97 97 Hasil wawancara dengan Ikhwan Ra’uf selaku pimpinan PT. Lodaya Makmur Perkasa, tanggal 5 Maret 2016 Universitas Sumatera Utara 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN