36
E. Wanprestasi dan Akibat-akibatnya
Apabila salah seorang debitur tidak memenuhi kewajibannya dalam suatu perjanjian, maka ia dikatakan ingkar janji atau wanprestasi.
53
1. Karena kesalahan debitur, baik dengan sengaja tidak dipenuhi kewajiban
maupun karena kelalaian. 2.
Karena keadaan memaksa overmacht, force majeure, jadi di luar kemampuan debitur.
Mariam Darus menyebutkan wujud dari tidak memenuhi perikatan wanprestasi terbagi tigayaitu:
54
1. Debitur sama sekali tidak memenuhi perikatan,
2. Debitur terlambat memenuhi perikatan,
3. Debitur keliru atau tidak pantas memenuhi perikatan.
Sama halnya dengan Mariam Darus, Abdulkadir Muhammad juga menyatakan adanya tiga keadaan wanprestasi, yaitu:
1. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali,
2. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak baik atau keliru
Dalam hal ini, debitur yang memenuhi prestasi tetapi keliru jika ia tidak memperbaiki kekeliruannya maka ia dianggap tidak memenuhi prestasi sama
sekali.
55
53
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010, hal.201.
54
Mariam Darus, KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan dengan Penjelasan, PT. Alumni Bandung, 2005, hal. 23
55
www.yogiikhwan.wordpr ess.com, diakses tanggal 18 Maret 2016.
Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat waktunya atau
Universitas Sumatera Utara
37 terlambat.Sementara itu, R. Subekti menyebutkan wanprestasi kelalaian atau
kealpaan seorang debitur dapat berupa empat macam:
56
a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;
b. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana
dijanjikan; c.
Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat; d.
Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya. Untuk mengetahui sejak kapan debitur dalam keadaan wanprestasi, perlu
diperhatikan apakah dalam perikatan itu ditentukan tenggang waktu pelaksaanaan pemenuhan prestasi atau tidak. Dalam hak tenggang waktu pelaksanaan
pemenuhan prestasi “tidak ditentukan”, perlu memperingatkan debitur supaya ia memenuhi prestasi. Tetapi dalam haltelah ditentukan tenggang waktunya, menurut
ketentuan Pasal 1238 KUH Perdata debitur dianggap lalai dengan lewatnya tenggang waktu yang telah ditetapkan dalam perikatan.Kreditur dapat menuntut
debitur yang telah melakukan wanprestasi hal-hal sebagai berikut :
57
a. Kreditur dapat meminta pemenuhan prestasi saja dari debitur;
b. Kreditur dapat menuntut prestasi disertai ganti rugi kepada debitur Pasal
1267 KUH Perdata c.
Kreditur dapat menuntut dan meminta ganti rugi, hanya mungkin kerugian karena keterlambatan HR 1 November 1918;
d. Kreditur dapat menuntut pembatalan perjanjian;
56
R. Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2010, hal. 1
57
Salim HS, Hukum Kontrak, Teori Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal.99
Universitas Sumatera Utara
38 e.
Kreditur dapat menuntut pembatalan disertai ganti rugi kepada debitur. Ganti rugi itu berupa pembayaran uang denda.
Seorang debitur yang dituduh lalai dan dituntut hukuman kepadanya, ia dapat melakukan pembelaan terhadap dirinya dari hukuman yang akan diberikan
dengan mengajukan beberapa alasan.Pembelaan tersebut ada tiga macam, yaitu:
58
a. Keadaan Memaksa Overmachtatau Forcemajeur
Bahwa debitur tidak dapat melaksanakan apa yang telah diperjanjikan karena adanya hal-hal yang tidak terduga, dimana ia tidak dapat berbuat sesuatu terhadap
peristiwa yang terjadi di luar dugaan tersebut. Misalnya, bencana alam yang menyebabkan musnahnya objek yang diperjanjikan.Seiring dengan
perkembangannya, keadaan memaksaitu tidak hanya bersifat mutlak tetapi ada juga yang bersifat tidak mutlak yaitu debitur masih dapat melaksanakan perjanjian
tetapi dengan pengorbanan yang sangat besar sehingga tidak sepantasnya pihak kreditur menuntut debitur untuk melaksanakan perjanjian. Misalnya, setelah
diadakannya suatu perjanjian, keluar suatu Peraturan Pemerintah yang melarang dikeluarkannya suatu jenis barang yang merupakan objek perjanjian, dari suatu
daerah dengan ancaman hukuman berat bagi si pelanggar sehingga, kreditur tidakdapat menuntut pemenuhan hak pelaksanaan perjanjian
b. Mengajukan bahwa kreditur sendiri juga telah lalai
Exceptiononadimpleticontractus Debitur yang dituduh telah lalai dan dituntut untuk membayar ganti rugi, dapat
mengajukan di depan Hakim bahwa kreditur sendiri juga telah lalai dalam
58
R. Subekti, Op.Cit, hal 55
Universitas Sumatera Utara
39 menepati janjinya. Misalnya, si pembeli menuduh si penjual terlambat
menyerahkan barangnya padahal si pembeli sendiri terlambat membayar uang muka.Tentang Exceptiononadimpleticontractusini tidak diatur di dalam Undang-
undang dan merupakan suatu hukum yurisprudensi yaitu hukum yang diciptakan para hakim.
c. Pelepasan hak rechstverwerking
Alasan terakhir ini merupakan suatu sikap pihak kreditur yang membuat pihak debitur menyimpulkan bahwa kreditur tidak akan lagi menuntut ganti rugi.
Misalnya, si pembeli telah membeli suatu barang dan ia mengetahui adanya suatu cacat tersembunyi atau tidak berkualitas bagus, tetapi ia tidak menegur si penjual
dan tetap memakai barang tersebut sehingga dari sikapnya tersebut ia telah puas akan barang tersebut maka, dalam hal ini sudah selayaknya tuntutannya tidak
diterima oleh hakim. Ada empat akibat adanya wanprestasi, yaitu sebagai berikut:
a. Perikatan tetap ada.
b. Debitur harus membayar ganti rugi kepada kreditur Pasal 1243 KUH
Perdata. c.
Beban resiko beralih untuk kerugian debitur, jika halangan itu timbul setelah debitur wanprestasi, kecuali bila ada kesenjangan atau kesalahan
besar dari pihak kreditur. Oleh karena itu, debitur tidak dibenarkan untuk berpegang pada keadaan memaksa.
Universitas Sumatera Utara
40 d.
Jika perikatan lahir dari perjanjian timbal balik, kreditur dapat membebaskan diri dari kewajibannya memberikan kontra prestasi dengan
menggunakan Pasal 1266 KUH Perdata. Terjadinya wanprestasi mengakibatkan pihak lain lawan dari pihak yang
wanprestasi dirugikan. Oleh karena pihak lain dirugikan akibat wanprestasi tersebut, maka pihak yang telah melakukan wanprestasi harus menanggung akibat
dari tuntutan pihak lawan yang dapat berupa: a.
Pembatalan perjanjian saja b.
Pembatalan perjanjian disertai tuntutan ganti rugi, berupa: biaya, rugi dan bunga.
c. Pemenuhan kontrak saja, dimana kreditur hanya meminta pemenuhan prestasi
saja dari debitur. d.
Pemenuhan kontrak disertai tuntutan ganti rugi. Kreditur menuntut selain pemenuhan prestasi juga harus disertai ganti rugi oleh debitu Pasal 1267 KUH
Perdata. e.
Menuntut penggantian kerugian saja. Kesemua persoalan di atas akanmembawa konsekuensi yuridis yaitu pihak yang telah melakukan
wanprestasi haruslah menanggung akibat atau hukuman berupa:
1 Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perjanjian. Dengan demikian pada dasarnya, ganti-kerugian itu adalah
ganti-kerugian yang timbul karena debitur melakukan wanprestasi. Menurut ketentuan Pasal 1246 KUHPerdata, ganti-kerugian itu terdiri atas
3 unsur, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
41 a
Biaya, yaitu segala pengeluaran atau ongkos-ongkos yang nyata-nyata telah dikeluarkan.
b Rugi, yaitu kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan
kreditur yang diakibatkan oleh kelalaian debitur. c
Bunga, yaitu keuntungan yang seharusnya diperoleh atau diharapkan oleh kreditur apabila debitur tidak lalai.
2 Mengenai ganti rugi akibat wanprestasi mempunyai batasan-batasan.
Undang-undang menentukan, bahwa kerugian yang harus dibayarkan oleh debitur kepada kreditur sebagai akibat dari wanprestasi adalah sebagai
berikut : a
Kerugian yang dapat diduga ketika perjanjian dibuat. Menurut Pasal 1247 KUH Perdata, debitur hanya diwajibkan membayar ganti-
kerugian yang nyata telah atau sedianya harus dapat diduganya sewaktu perjanjian dibuat, kecuali jika hal tidak dipenuhinya
perjanjian itu disebabkan oleh tipu daya yang dilakukan olehnya. b
Kerugian sebagai akibat langsung dari wanprestasi. Menurut Pasal 1248 KUH Perdata, jika tidak dipenuhinya perjanjian itu disebabkan
oleh tipu daya debitur, pembayaran ganti-kerugian sekedar mengenai kerugian yang diderita oleh kreditur dan keuntungan yang hilang
baginya, hanyalah terdiri atas apa
Universitas Sumatera Utara
42 c
Berdasarkan prinsip Exceptio Non Adimpleti Contractus ini,
maka pihakyang dirugikan akibat adanya suatu wanprestasi dapat yang merupakanakibat
langsung dari tidak dipenuhinya perjanjian. 3 Pembatalan perjanjian atau pemecahan perjanjian. Pembatalan perjanjian
atau pemecahan perjanjian bertujuan membawa kedua belah pihak kembali pada keadaan sebelum perjanjian diadakan.
4 Peralihan Risiko risiko adalah kewajiban untuk memikul kerugian jika terjadi suatu peristiwa di luar kesalahan salah satu pihak yang menimpa
barang dan menjadi obyek perjanjian sesuai dengan Pasal 1237 KUH perdata
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN