Asas-asas Perjanjian Kerjasama TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA

24 santara kedua prestasi itu adalah hubungannya menurut hukum. Contoh: Perjanjian jual-beli, sewa-menyewa, dan lain-lain 28 3 Perjanjian menurut namanya, dibedakan menjadi perjanjian khusus bernama nominaat dan perjanjian umum tidak bernama innominaat perjanjian jenis baru Pasal 1319 KUHPerdata 29 4 Perjanjian khusus bernama nominaat adalah perjanjianyang memiliki nama dan diatur dalam KUHPerdata. 30 Contoh : Perjanjian-perjanjian yang terdapat dalam Buku III Bab V-XVIII KUH Perdata, antara lain perjanjian jual-beli, perjanjian tukar-menukar, perjanjian sewa- menyewa, perjanjian untuk melakukan pekerjaan, perjanjian persekutuan, perjanjian tentang perkumpulan, perjanjian hibah, perjanjian penitipan barang, perjanjian pinjam pakai, perjanjian pinjam-meminjam, perjanjian bunga tetap, atau bunga abadi, perjanjian untung-untungan, perjanjian pemberian kuasa, perjanjian penanggungan, dan perjanjian perdamaian. 31 Perjanjian umum tidak bernamainnominaat perjanjian jenis baru, adalah perjanjian yang timbul, tumbuh, dan hidup dalam masyarakat

D. Asas-asas Perjanjian Kerjasama

Dasar-dasar hukum kontrak adalah prinsip yang harus di pegang bagi para pihak yang mengikatkan diri ke dalam hubungan hukum kontrak. Menurut 28 Ibid. 29 Salim HS, Op.Cit, hal. 18. 30 Djaja S. Milala, Op.Cit, hal. 88. 31 Handri Rahardjo, Op.Cit, hal. 64. Universitas Sumatera Utara 25 Hukum Perdata, sebagai dasar hukum utama dalam berkontrak, dikenal 5 lima asas penting sebagai berikut : 32 1. Asas Kebebasan Berkontrak Freedom of contract Latar belakang lahirnya asas kebebasan berkontrak berkaitan erat dengan lahirnya paham individualisme. Paham individualisme secara embrional lahir pada zaman Yunani yang kemudian diteruskan oleh kaum epicuristen dan berkembang pesat pada zaman renaissance melalui ajaran-ajaran antara lain ajaran Hugo de Groot, Thomas Hobbes, John Locke dan Rousseau. 33 Asas Kebebasan berkontrak terdapat dalam Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata.Kebebasan dalam membuat perjanjian dimana para pihak dapat dengan bebas mengatur hak dan kewajiban dalam perjanjian yang disepakati.Menurut Subekti dalam Bukunya Hukum Perjanjian, Asas Kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang menyatakan bahwa setiap orang pada dasarnya boleh membuat kontrak perjanjian yang berisi dan macam apapun asal tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan keteriban umum. 34 Pendekatan terhadap asas kebebasan berkontrak berdasarkan hukum alam, dikemukakan oleh Hugo de Groot dan Thomas Hobbes.Grotius sebagai Kebebasan berkontrak bukan berarti para pihak dapat membuat kontrak perjanjian secara bebas, akan tetapi tetap mengindahkan syarat-syarat sahnya pernjanjian, baik syarat umum sebagaimana yang ditentukan oleh Pasal 1320 KUHPerdata, maupun syarat khusus untuk perjanjian-perjanjian tertentu. 32 Ibid, hal 9-12 33 Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika Jakarta 2003, Hal. 9. 34 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata,Cet. ke-XXXIII, PT.Intermasa, Jakarta 2005,hal. 13. Universitas Sumatera Utara 26 penganjur terkemuka dari ajaran hukum alam berpendapat bahwa hak untuk mengadakan perjanjian adalah hak asasi manusia. Ia beranggapan, suatu kontrak adalah suatu tindakan sukarela dari seseorang yang berjanji sesuatu kepada orang lain dengan maksud orang lain itu menerimanya. Kontrak lebih dari sekedar janji karena suatu janji tidak dapat memberikan hak kepada pihak lain atas pelaksanaan janji itu. Selanjutnya Hobbes menyatakan bahwa kebebasan berkontrak sebagai kebebasan manusia yang fundamental.Kontrak adalah metode dimana hak-hak fundamental manusia dapat dialihkan. 35 Menurut Munir Fuady, Asas kebebasan berkontrak memberikan kebebasan kepada para pihak untuk membuat atau tidak membuat kontrak, demikian juga kebebasan untuk mengatur sendiri isi kontrak tersebut. 36 Asas ini tersirat dalam Pasal 1338 KUHPerdata, pada intinya menyatakan bahwa terdapat kebebasan membuat kontrak apapun sejauh tidak bertentangan dengan hukum, ketertiban dan kesusilaan. Subekti dalam bukunya Pokok-pokok Hukum Perdata, menyebutkan orang leluasa untuk membuat perjanjian apa saja, asal tidak melanggar ketertiban umum atau kesusilaan, pada umumnya juga boleh mengenyampingkan peraturan-peraturan yang termuat dalam Buku III karena Buku III merupakan “hukum pelengkap”aanvullend recht bukan hukum keras atau hukum yang memaksa. 37 a kebebasan para pihak menutup atau tidak menutup kontrak. Secara Historis kebebasan berkontrak sebenarnya meliputi lima macam kebebasan, yaitu: 35 Sutan Remy Sjahdeni,Op.Cit, hal.18-20. 36 Munir Fuady, Pengatar Hukum Bisnis, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 2002, hal. 12. 37 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata,Cet. ke-XXXIII, PT.Intermasa, Jakarta 2005,hal. 128. Universitas Sumatera Utara 27 b kebebasan menentukan dengan siapa para pihak akan menutup kontrak. c kebebasan para pihak menetukan bentuk kontrak. d kebebasan para pihak menentukan isi kontrak. e kebebasan pada pihak menentukan cara penutupan kontrak. Menurut Felix.O. Soebagjo, dalam penerapan asas kebebasan berkontrak, bukan berarti dapat dilakukan bebas sebebasnya, akan tetapi juga ada pembatasan yang diterapkan oleh pembuat peraturan perundang-undangan, yaitu tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kepatutan dan kesusilaan. 38 Dengan demikian kita melihat bahwa asas kebebasan ini tidak hanya milik KUHPerdata, akan tetapi bersifat universal 39 38 Felix.O.Soebagjo, Perkebangan Asas-Asas Hukum Kontrak Dalam Praktek Bisnis selama 25 Tahun Terakhir ,Disampaikan dalam pertemuan ilmiah “Perkembangan Hukum Kontrak dalam PraktekBisnis di Indonesia”, diseleggarakan oleh Badan Pengkajian Hukum Nasional, Jakarta 18 dan 19 Pebruari 1993. 39 Mariam Darsu Badrulzaman, Op.Cit, hal.108-109. . Sehubungan dengan itu, teori-teori hukum Common Law tertentu membolehkan untuk membatalkan kontrak-kontrak yang bersifat menindas atau adanya unsur ketidakadilan sebagai bentuk adanya pembatasan kebebasan berkontrak.Dorongan pembatasan kebebasan berkontrak ini tampil ke permukaan guna lebih menyediakan ruang dan peluang yang lebih besar pada pengertian- pengertian keadilan, kebenaran, kesusilaan serta ketertiban umum.Karenanya kontrak merupakan dasar dari banyak kegiatan bisnis dan hampir semua kegiatan bisnis diawali oleh adanya kontrak, meskipun kontrak dalam tampilan yang sangat sederhana sekalipun. Universitas Sumatera Utara 28 2. Asas Konsensualisme Asas ini berkaitan dengan lahirnya suatu perjanjian.Kata konsensualisme berasal dari kata consensus yang berarti sepakat.Hal ini berarti bahwa pada asasnya suatu perjanjian timbul sejak saat tercapainya konsensus atau kesepakatan atau kehendak yang bebas antara para pihak yang melakukan perjanjian.Asas konsensualitas ini tercermin dalam unsur pertama.Pasal 1320 KUHPerdata yang menyebutkan “sepakat mereka yang mengikatkan diri”, artinya dari asas ini menurut Subekti adalah “pada dasarnya perjanjian dan perikatan yang timbul karenanya itu sudah dilahirkan sejak detik tercapainya kesepakatan”.Asas konsensualisme mempunyai arti yang terpenting, yaitu bahwa untuk melahirkan perjanjian adalah cukup dengan dicapainya kata sepakat mengenai hal-hal pokok dari perjanjian tersebut, dan bahwa perjanjian sudah lahir pada saat atau detik tercapainya consensus. 40 3. Asas Pacta Sunt Servanda Asas pacta sunt servandaatau disebut juga dengan asas kepastian hukum.Asas ini berhubungan dengan akibat perjanjian.Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat olehpara pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang.Mereka tidakboleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak. Asas pacta sunt servanda dapat disimpulkan dalamPasal 1338 ayat 1 KUH Perdata yang bunyinya : Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang. 40 R. Subekti, Aspek-aspek Hukum Perikatan Nasional, Alumni, Bandung., 2001hal. 5 Universitas Sumatera Utara 29 Asas ini berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang- undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak. Asas pacta sunt servanda dapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata yang bunyinya : Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang. Asas bahwa para pihak harus memenuhi apa yang mereka terima sebagai kewajiban masing-masing karena persetujuan merupakan undang-undang bagi pihak-pihak yang mengadakannya dan kekuatan mengikatnya dianggap sama dengan kekuatan undang-undang, sehigga istilah Pacta Sun Servandaberarti “janji itu mengikat”. Terikatnya para pihak pada perjanjian itu tidak semata-mata terbatas pada apa yang diperjanjikan, akan tetapi juga terhadap beberapa unsur lain sepanjang dikehendaki oleh kebiasaan dan kepatutan secara moral. 41 4. Asas Itikad Baik Goede Trouw Asas itikad baik dalam suatu perjanjian terdapat dalam Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata.Yang menyatakan persetujuan-persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik. Akan tetapi dalam Pasal tersebut tidak disebutkan secara ekplisit apa yang dimaksud dengan “itikad baik”. Akibatnya orang akan menenui kesulitan dalam menafsirkan dari itikad baik itu sendiri. Karena itikat baik merupakan suatu pengertian yang abstrak yang berhubungan dengan apa yang ada dalam alam pikiran manusia. Menurut James Gordley, sebagaimana yang dikutip 41 Mariam Darus Badrulzaman, dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, PT.Citra Adytia Bakti, Bandung, 2001. hal.88. Universitas Sumatera Utara 30 oleh Ridwan Khairandy, memang dalam kenyataannya sangat sulit untuk mendefinisikan itikad baik. 42 Pasal 1338 1 KUHPerdata tersimpul asas kebebasan berkontrak, asas konsensualisme serta daya mengikatnya perjanjian.Pemahaman terhadap Pasal tersebut tidak berdiri dalam kesendiriannya, asas-asas terdapat dalam Pasal tersebut berada dalam satu sistem yang padu dan intergratif dengan ketentuan- ketentuan lainnya. Terkait dengan daya mengikatnya perjanjian berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya pacta sunt servanda, pada situasi tertentu daya berlakunya strekking dibatasi, antara lain dengan iktikad baik. Pasal 1338 3 KUHPerdata menyatakan bahwa, perjanjian-perjanjian harus di laksanakan dengan iktikad baik. Dalam praktek pelaksanan perjanjian sering ditafsirkan sebagai hal yang berhubungan dengan kepatuhan dan kepantasan dalam melaksanakan suatu kontrak. 43 Asas itikad baik dalam suatu perjanjian terdapat dalam Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata.Yang menyatakan persetujuan-persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik. Akan tetapi dalam Pasal tersebut tidak disebutkan secara ekplisit apa yang dimaksud dengan “itikad baik”. Akibatnya orang akan menenui kesulitan dalam menafsirkan dari itikad baik itu sendiri. Karena itikat baik merupakan suatu pengertian yang abstrak yang berhubungan dengan apa yang ada dalam alam pikiran manusia. Menurut James Gordley, sebagaimana yang dikutip oleh Ridwan Khairandy, memang dalam kenyataannya sangat sulit untuk 42 Ridwan Khairandy, Itikad Baik Dalam Kebebasan Berkontrak, Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta 2003, Hal.129-130. 43 Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial , Edisi-1, Cetakan ke2, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2011, hal 13 Universitas Sumatera Utara 31 mendefinisikan itikad baik. 44 Menurut teori klasik hukum kontrak, asas itikad baik dapat diterapkan dalam situasi dimana perjanjian sudah memenuhi syarat hal tertentu, akibat ajaran ini tidak melindungi pihak yang menderita kerugian dalam tahap pra kontrak atau tahap perundingan, karena dalam tahap ini perjanjian belum menenuhi syarat tertentu. Dalam praktek pelaksanan perjanjian sering ditafsirkan sebagai hal yang berhubungan dengan kepatuhan dan kepantasan dalam melaksanakan suatu kontrak. 45 Penerapan asas itikad baik dalam kontrak bisnis, haruslah sangat diperhatikan terutama pada saat melakukan perjanjian pra kontrak atau negosiasi, karena itikad baik baru diakui pada pada saat perjanjian sudah memenuhi syarat syahnya perjanjian atau setelah negosiasi dilakukan. Terhadap kemungkinan timbulnya kerugian terhadap pemberlakukan asas itikad baik ini, Suharnoko menyebutkan bahwa secara implisit Undang undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen sudah mengakui bahwa itikad baik sudah harus ada sebelum ditandatangani perjanjian, sehingga janji-janji pra kontrak dapat diminta pertanggungjawaban berupa ganti rugi, apabila janji tersebut diingkari. 46 Subekti, dalam bukunya Hukum Perjanjian, menyebutkan bahwa itikad baik itu dikatakan sebagai suatu sendi yang terpenting dalam hukum perjanjian. 47 44 Ridwan Khairandy, Itikad Baik Dalam Kebebasan Berkontrak, Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta 2003, hal.129-130. 45 Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, Prenada Media, Jakarta 2004, hal. 5 46 Ibid. , hal. 8-9. 47 Subekti, Op.Cit. hal. 41. Asas itikad baik menjadi salah satu instrument hukum untuk Universitas Sumatera Utara 32 membatasi kebebasan berkontrak dan kekuatan mengikatnya perjanjian.Dalam hukum kontrak itikad baik memiliki tiga fungsi yaitu, fungsi yang pertama, semua kontrak harus ditafsirkan sesuai dengan itikad baik, fungsi kedua adalah fungsi menambah yaitu hakim dapat menambah isi perjanjian dan menambah peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perjanjian itu.Sedangkan fungsi ketiga adalah fungsi membatasi dan meniadakan beperkende en derogerende werking vande geode trouw . 48 Pengertian itikad baik secara defenisi tidak ditemukan, begitu juga dalam KUHPerdata tidak dijelaskan secara terperinci tentang apa yang dimaksud dengan itikad baik, pada Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata hanyalah disebutkan bahwa perjanjian-perjanjian harus dilaksanakan dengan “itikad baik”. Menurut Wirjono Prodjodikoro dan Subekti, itikad baik te goeder trouw yang sering diterjemahkan sebagai kejujuran, dibedakan menjadi dua macam, yaitu; 1 itikad baik pada waktu akan mengadakan hubungan hukum atau perjanjian, dan 2 itikad baik pada waktu melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang timbul dari hubungan hukum tersebut. Dengan fungsi ini hakim dapat mengenyampingkan isi perjanjian yang telah dibuat oleh para pihak. Tidak semua ahli hukum dan pengadilan menyetujui fungsi ini, karena akan banyak hal bersinggungan dengan keadaan memaksa, sehingganya masih dalam perdebatan dalam pelaksanaannya. 49 Sampai sekarang tidak ada makna tunggal itikad baik dalam kontrak, sehingga masih terjadi perdebatan megnenai bagaimana sebenarnya makna dari itikat baik itu.Itikad baik para pihak, haruslah mengacu kepada nilai-nilai yang 48 Ridwan Khairandy, Op.Cit. hal. 33. 49 Riduan Syahrani, .Op.Cit, hal. 260. Universitas Sumatera Utara 33 berkembang ditengah masyarakat, sebab itikad baik merupakan bagian dari masyarakat. 5. Asas Kepribadian Personalitas Asas personalitas dapatdilihat dalam Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdatayang mengatur: “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang- undang bagi mereka yang membuatnya”, pada kalimat “bagi mereka yang membuatnya” menunjukkan asas personalitas.Asas personalitas merupakan asas yang menentukanseseorang yangakan melakukan atau membuat perjanjian hanya untuk kepentingan dirinya saja, kecuali diperjanjikan lain pengecualian terdapat dalam Pasal 1317 KUHPerdata.Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan 1340 KUH Perdata, Pasal ini menerangkan bahwa seseorang yang membuat perjanjian tidak dapat mengatasnamakan orang lain, dalam arti yang yang menanggung kewajiban dan yang memeroleh hak dari perjanjian itu hanyalah pihak yang melakukan perjanjian. Tetapi ketentuan ini dapat dikesampingkan jika ada surat kuasadari orang yang diatasnamakan. 50 6. Asas Perjanjian Berlaku Sebagai Undang-undang Asas yang diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata ini menyatakan bahwa“semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnyapersetujuan-persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau oleh karena alasan-alasan 50 Ahmadi Miru dan Sakka Patti.Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal 1233 sampai Pasal 1456 BW.PT Raja Grafindo Persada. Jakarta, 2008, hal 78 Universitas Sumatera Utara 34 yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itupersetujuan-persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik” Pasal 1338 mengandung suatu asas kebebasan dalam membuat perjanjian atau menganut sistem terbuka. Dengan menekankan pada perkataan semua, maka Pasal tersebut seolah-oleh berisikan suatu pernyataan kepada masyarakat tentang diperbolehkannya membuat perjanjian apa saja asalkan dibuat secara sah dan perjanjian itu akan mengikat mereka yang membuatnya seperti suatu undang- undang 51 Kemudian istilah secara sah menunjukan bahwa perbuatan perjanjian harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.Semua persetujuan yang dibuat menurut hukum atau secara sah Pasal 1320 KUHPerdata adalah mengikat sebagai undang-undang terhadap para pihak merupakan suatu realisasi asas kepastian hukum. Istilah semua dalam ayat 1 mengandung pengertian bahwa perjanjian yang dimaksud bukan hanya perjanjian bernama tetapi juga meliputi perjanjian tidak bernama.Dan dalam istilah semua tersebut terdapat atau terkandung asas partijoutonomie . 52 51 Subekti.Hukum Perjanjian. Intermasa, Jakarta2005, hal 6 52 Ibid , hal 82 Sebagai perikatan yang dibuat dengan sengaja atas kehendak para pihak secara sukarela, maka segala sesuatu yang telah disepakati dan disetujui oleh para pihak harus pula dilaksanakan.Suatu prestasi untuk melaksanakan suatu kewajiban selalu memiliki dua unsur penting. Universitas Sumatera Utara 35 1 Pertama berhubungan dengan tanggung jawab hukum atas pelaksanaan prestasi tersebut oleh debitur schuld, dalam hal ini ditentukan siapa debituryang berkewajiban untuk melaksanakan prestasi tanpa mempersoalkan apakah pemenuhan kewajiban tersebut dapat dituntut oleh kreditur. 2 Hal kedua berkaitan dengan pertanggungjawaban pemenuhan kewajiban tanpa memperhatikan siapa debiturnya haftung. Konteks yang demikian berarti suatu perjanjian tanpa haftung adalah perjanjian yang tidak dapat dipaksakan pelaksanaanya oleh kreditor perikatan alamiah, perjanjian yang dapat dipaksakan pelaksanaannya adalah ibarat pelaksanaan undang-undang oleh negara. Di luar perikatan alamiah setiap kreditur yang tidak memperoleh pelaksanaan kewajiban dapat atau berhak melaksanakan pelaksaannya dengan meminta bantuan pada pejabat negara yang berwenang, yang akan memutuskan dan menentukan sampai berapa jauh wanprestasi telah terjadi, semuanya dengan jaminan harta kekayaan debitur sebagaimana diatur dalam Pasal 1131. 131 7. Asas Kepercayaan Vertrouwensbeginsel Seorang yang mengadakan perjanjian dengan pihak lain, menumbuhkan kepercayaan diantara kedua pihak itu bahwa satu sama lain akan memegang janjinya, dengan kata lain akan memenuhi prestasinya di belakang hari. Tanpa adanya kepercayaan itu maka perjanjian itu tidak mungkin diadakan oleh para pihak.Dengan kepercayaan ini kedua belah pihak mengikatkan dirinya dan untuk keduanya perjanjian itu mempunyai kekuatan mengikat sebagai undang-undang. Universitas Sumatera Utara 36

E. Wanprestasi dan Akibat-akibatnya