47
B. Penggolongan Franchise
Beberapa jenis-jenis franchiseyang terdapat di dunia. Penggolongan franchise
menurut East Asian Executive Report. East Asian Executive Report telah menggolongkan franchisedalam tiga golongan yakni sebagai berikut:
1. Product franchisee
Franchise jenis ini, seorang atau badan usaha penerima franchisehanya
bertindak mendistribusikan produk dari rekannya dengan pembatasan areal, seperti : pengecer bahan bakar Shellyang telah dibagi jaringan atau divisi
wilayah pendistribusiannya. 2.
Processing franchisee or manufacturing franchisee. Franchise
jenis ini, seorang atau badan usaha pemberi franchisefranchisor hanya memegang peranan memberi know-how, dari suatu proses produksi,
seperti : Minuman ringan Coca Cola 3.
Business formal system franchisee Franchise
jenis ini, seorang atau badan usaha pemberi franchisefranchisor sudah memiliki cara yang unik dalam menyajikan produk dalam satu paket
kepada konsumen, seperti :Dunkin Donutsdan Kentucky Fried Chicken. Dari penggolongan yang telah dikemukakan oleh East Asian Executive
Reporttentang penggolongan franchise, ternyata terdapat adanya kesamaandengan penggolongan yang dikemukakan oleh Bryce Webster.Bryce Webster
mengemukakan 3 tiga bentuk franchise:
67
67
Bryce Webster, The Insider’s Guide to Franchising, AMACON, 1986, hal.6
Universitas Sumatera Utara
48 1.
Product franchising, yaitu sebagai berikut :
Product franchising adalah suatu franchiseyang franchisornya memberikan
lisensi kepada franchiseuntuk menjual barang hasil produksinya, sedangkan franchise
hanya berfungsi sebagai distributor dari produk franchisor. Sering kali terjadi franchisediberi hak eksklusif untuk memasarkan produk tersebut di
suatu wilayah tertentu. 2.
Manufacturing franchises Manufacturing franchises
adalah suatu franchisedi mana franchisor memberikan resep atau rahasia dari suatu proses produksi.
Franchise memasarkan barang-barang itu dengan standar produksi dan merek
yang sama dengan yang dimiliki oleh franchisor. Bentuk franchisesemacam ini banyak digunakan dalam produksi dan distribusi minuman soft drink
3. Business format franchising
Business format franchising adalah suatu franchiseyang franchisenya
mengoperasikan suatu kegiatan bisnis dengan memakai namafranchisor. Franchisetetap diakui sebagai anggota kelompok yang berusaha dalam bisnis
ini dan sebagai imbalan dari penggunaan nama franchisor, maka franchise
harus mengikuti metode-metode standar pengoperasian dan berada di bawah pengawasan franchisordalam hal bahan-bahan yang digunakan, pilihan
tempat usaha, desain tempat usaha, jam penjualan, persyaratan karyawan.Stephen Fox, seorang ahli franchise dari Amerika Serikat juga
mempunyai penggolongan franchise yang hampir sama dengan pendapat
Universitas Sumatera Utara
49 sebelumnya, perbedaannya kalau menurut Stephen Fox penggolongan
franchise hanya dua jenis, antara lain :
68
1. Franchise
produk Franchise
jenis ini diidentifikasikan dengan produk atau nama dagang franchisor
. Dalam franchise jenis ini franchisoradalah pembuat produk. Franchise
jenis ini merumuskan ketentuan bahwa pihak franchisor selain mendapatkan biaya penyewaan merek dagang juga mendapatkan pembagian
dari hasil penjualan produk sesuai dengan ketentuan dalam kontrak franchise
.Misalnya :franchiseotomotif dan minuman ringan. 2.
Franchise format bisnis
Franchise jenis ini menjalankan penjualan barang dan jasa berdasarkan kepada
sistem penjualan yang dirancang oleh franchisor. Franchisejenis ini memungkinkan franchisorhanya mendapatkan keuntungan dari uang royalti
yang biasanya berlanjut atas penggunaan nama atau merek dagang beserta sistem bisnisnya.
69
Bryce Webster dan Gladys Glickmanmemberikan pengelompokan franchise
produk sebagaimana yang dimaksud oleh Stephen Foxdi atas pada franchise
produk atau distributorshipyang di dalamnya pihak penyewa sama sekali tidak terlibat dalam pembuatan produk dan hanya menjual produk franchisor
sehingga peranan pihak penyewa hampir sama dengan fungsi sebagai distributor dan manufacturing franchise atau processing plantyang di dalamnya pihak
68
Stephen Fox, Membeli dan Menjual Bisnis dan Franchise, Elex Media Konputindo, Jakarta, 1993, hal. 218.
69
Ibid
Universitas Sumatera Utara
50 penyewa di sampingmenjual produk juga terlibat dalam proses pembuatan produk
franchisor.
70
Metode-metode yang dioperasikan oleh penyewa harus sesuai dan di bawah pengawasanfranchisor. Sering juga pihak franchisormelengkapi bantuan
bagi pengoperasian bisnis franchisemenyebutkan bidang-bidang usaha restoran fast food
dan jasa perhotelan merupakan bidang usaha yang banyak menggunakan metode ini.
Pada franchise format bisnis, pihak penyewa menjalankan penjualan barang atau jasa berdasarkan sistem penjualan yang dirancang oleh franchisor.
Pada umumnya, pada franchisejenis ini pihak franchisorbukanlah pembuat produk walaupun mungkinfranchisormembuat satu atau beberapa komponen dari
produk yang dijual penyewa. Pada franchisejenis ini, franchisorselain menerima biayafranchise, juga akan menerima uang melalui royalti dan berlanjut atas
penggunaan nama atau merek dagang beserta sistem bisnisnya yang dijalankan oleh pihak penyewa.Sekarang franchisejenis ini banyak dijadikan
sebagai pilihan oleh para franchisordi Indonesia. Pada franchiseini pihakfranchisormemberikan lisensi kepada penyewa untuk membuka toko eceran,
store atau jaringan penjualan atasberbagai produk dan pelayanan di bawah nama franchisor. Business FormatFranchisee
merupakan kegiatan-kegiatan bisnis eceran yang paling nyata untuk memahami pengertian franchise.Di sini phak
franchisor memberikan lisensi atas metode-metode yang telah ditetapkan dan
diidentifikasi dengan merek dagangnya.
71
70
Bryce Webster, Op. Cit, hal 23
71
Rocco M Angelo dan Andrew N. Vladimir, Business Law, South West, Cincinnati, 1990.Hal. 403
Sekalipun terdapat perbedaan-perbedaan antara franchiseproduk dan franchise format business, namun pada keduanya terdapat persamaan pokok,
Universitas Sumatera Utara
51 yakni franchisormerupakan pemilik dari nama dan merek dagang dari produk
yang dijual oleh franchisedan pada keduanya pihak franchisormenerima sejumlah pembayaran berupa biaya franchise.
Empat tipe subyek dalam melakukan hubungan franchise, yaitu :
72
1. Franchise Systems : The manufacturer-retailer system
. Tipe ini pada umumnya dipergunakan untuk mengatur hubungan-hubungan
antara pengusaha otomotif dan pengusaha minyak dengan para dealer-nya. 2.
Franchise Systems : The manufacturer-wholesaler system. Tipe ini banyak digunakan bagi pembotolan minum-minuman ringan seperti :
Coca-colaatau Pepsi. 3.
Franchise Systems : Wholesaler-retailer franchises .
Tipe ini banyak dipilih untuk mengatur hubungan-hubungan Franchise
jaringan pertokoan dan automotive aftermarket 4.
Franchise Systems : The trademark trade name licensor Tipe ini, franchisorpada umumnya bukan pengusahamanufacturingataupun
pengusaha yang berurusan dengan penjualan skala besar melainkan pengusaha-pengusaha pemilik merek dagang terkenal dan metode-metode
standar bagi keberhasilan kegiatan bisnis ecerannya, miaslnya : bidang-bidang jaringan perhotelan, restoran serta usaha penyewaan mobil dan truk. Tipe ini
berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir di Eropa dan Asia. Selain ketiga bentuk atau golongan franchiseyang juga berkembang di Indonesia,
pada masa sekarang ini juga telah mulai berkembang suatu franchisejenis baru
72
Ibid , hal 23
Universitas Sumatera Utara
52 yang dikenal dengan group trading franchise, yang menunjuk pada pemberian
hak toko grosir maupun pengecer, seperti yang telah dilakukan oleh toko Seven Eleven, Indo Maretmaupun Econ Minimart. Bahkan toko grosir Indo
Maret dapat dikatakan telah merajai perkembangan franchisejenis ini.Di Kota Medan saja disinyalir telah berkembang lebih dari 25 toko Indo Maret dan
lebih dari 1.000 toko Indo Maret di seluruh Indonesia.Jika kita berasumsi setiap toko mempunyai omset Rp 100 juta saja, maka dapat disimpulkan
bahwa seluruh toko Indo Maret mempunyai omset lebih dari Rp 100 Milyar. Hal ini tentu saja memberikan sinyal bahwa usaha franchisejenis ini ternyata
sangat diminati oleh masyarakat dan dapat memberikan nilai positif bagi Usaha Kecil dan Menengah dalam mengembangkan dunia bisnis di
Indonesia.Dalam mengembangkan suatu franchisedi Indonesia, ada beberapa faktor-faktor tertentu yang harus diperhatikan terutama bagi franchiseyang
franchisor- nya terdapat di luar negeri, di antaranya :
1. Jarak geografis antara Negara franchisordengan negara penyewa
franchise .
2. Sistem ko munikasi yang menghubungkan Negara franchisor dan negara
penyewafranchise 3.
Perbedaan sistem hukum, adat, kebiasaan, budaya serta praktik-praktik komersial negara franchisor dengan negara penyewa franchise
4. Kebijaksanaan perpajakan dari negara penerima franchise
5. Pengaturan hukum perniagaan di negara penerima franchise. Dalam
kaitannya dengan faktor-faktor tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
53 pengaturan master franchisedan perjanjian pengembangan area into a
development agreement relative mempunyai banyak kelebihan
dibandingkan dengan metode franchiselainnya. Pengaturan master franchisesendiri adalah perjanjian yang di dalamnya
Franchisor memberikan franchisesecara langsung dengan suatu perusahaan
sebagai sub-franchisor, biasanya perusahaan dari negara penerima franchise
.Menurut perjanjian tersebut sub-franchisorakan mengembangkan dan mendapatkan sendiri outlet-outlet franchisemelalui perjanjian dengan penyewa di
negara penerima.
C. Perjanjian Franchise sebagai Perjanjian Innominat