Pengertian dan Dasar Hukum Franchise

43

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG FRANCHISE

A. Pengertian dan Dasar Hukum Franchise

Kata franchise berasal dari bahasa Prancis affranchir yang artinya tofree membebaskan. Dengan istilah franchise di dalamnya terkandung seseorang memberikan kebebasan dari ikatan yang menghalangi kepada orang lain untuk menggunakan atau membuat atau menjual sesuatu. 59 Menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1997 tentang tata cara pelaksanaan pendaftaran waralaba, pengertian waralaba franchiseadalah:Perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan danatau mengggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan danatau penjualan barang atau jasa”. 60 Franchise adalah kontrak perjanjian pemakaian nama, merk dagang, dan logo perusahaan tertentudari pemberi waralabafranchisoryang didalamnya dicantumkan ikhtisar peraturan pengoperasiannya oleh perusahaan yangmenggunakan franchise,jasa yang disediakan oleh pemberi waralaba franchisor, dan persyaratan keuangan. 61 Waralaba adalah suatu istilah yang dipergunakan sebagai pengganti dari kata franchise. Pengertian waralaba seperti yang yang terdapat didalam Peraturan 59 Moch. Basarah dan M. Faiz Mufidin, Bisnis Franchise dan Aspek-Aspek Hukumnya, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008, hal. 3 60 Burhanuddin S, Hukum Kontrak Syariah, BPFE, Yogyakarta, 2009, hal. 241. 61 Lantip Susilowati, Bisnis Kewirausahaan, Teras, Yogyakarta, 2013, hal. 49. Universitas Sumatera Utara 44 Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 tahun 1997 dan diperbaharui dengan PP Nomor 42 tahun 2007, adalah: Perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut, dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan atau jasa. Waralaba adalah suatu caramelakukan kegiatan usaha yang didasarkan pada hubungan yang berkesinambungan antara pemberi waralaba franchisor dengan penerima waralaba franchisee.Hubungan ini meliputi sistem distribusi, dimana seorang penerima waralaba diperkenankan mengelola usahanya sendiri supaya dapat memanfaatkan sistem distribusi milik pemberi waralaba 62 Waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hakuntuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektualatau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut, dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan atau jasa. 63 Dalam bidang bisnis franchise berarti kebebasan yang diperoleh seorang wirausaha untuk menjalankan sendiri suatu usaha tertentu di wilayah tertentu. 64 62 Sutrisno Iwantono, Kiat Sukses Berwirausaha, PT Grasindo, Jakarta, 2006, hal. 197 63 Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 tentang Waralaba. 64 Richard BurtonSimatupang.Aspek Hukum Dalam Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta, hal 2003, 56 Franchise ini merupakan suatu metode untuk melakukan bisnis, yaitu suatu metode untuk memasarkan produk atau jasa ke masyarakat. Selanjutnya disebutkan pula bahwa franchise dapat didefinisikan sebagai suatu sistem pemasaran atau distribusi barang dan jasa, di Universitas Sumatera Utara 45 mana sebuah perusahaan induk franchisor memberikan kepada individu atau perusahaan lain yang berskala kecil dan menengah franchisee, hak-hak istimewa untuk melaksanakan suatu sistem usaha tertentu dengan cara yang sudah ditentukan, selama waktu tertentu, di suatu tempat tertentu. 65 Pada intinya waralaba itu adalah sebuah sistem pendistribusian barang ataupun jasa konsumen untuk menggunakan merek dagang, dan sistem yang harus diterapkan oleh pemberi waralaba. Pada dasarnya Franchiseadalah sebuah perjanjian mengenai metode pendistribusian barang dan jasa kepada konsumen 66 Dasar hukum dari penyelenggaraan waralaba adalah perjanjian atau kontrak antara penerima waralaba dengan pemberi waralaba.Kontrak waralaba dapat diakomodasi oleh asas kebebasan berkontrak dengan sistem terbuka, walaupun masih dalam klasifikasi ketentuan hukum yang bersifat umum, artinya bahwa perjanjian itu hanya bersifat mengatur regelend dan bukan bidang hukum yang bersifat memaksa dwingend. Para pihak yang membuat perjanjian bebas untuk menentukan syarat-syarat perjanjian yang diinginkan asal saja tidak bertentangan dengan undang-undang dan rasa keadilan, selain itu perjanjian tersebut harus dilaksanakan dengan itikad baik, oleh karena itu untuk hal-hal yang berhubungan dengan isi perjanjian waralaba, para pihak pemberi waralaba dan penerima waralaba dapat mengacu kepada Pasal 1338 ayat 1 KUPerdata Juncto Pasal 1320 KUHPerdata. Juncto Pasal 1319 KUHPerdata tentang asas kebebasan berkontrak dan syarat sahnyaperjanjian serta tennasuk dalam golongan perjanjian tidak bernama.Sifat hukum perjanjian bisnis waralaba adalah hukum 65 Ibid. 66 Jurnal Akuntansi Manajemen Vol 7 No.2Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 113- 120, diakses pada 19 Maret 2016. Universitas Sumatera Utara 46 perdata.Prestasi yang dilakukan adalah memberi dan menerimasuatu hak keloia dari suatu produk berupa barang dan jasa yang nama dan mutunya sudah dikenal dan diakui, tetapi apabila para pihak dalam perjanjian waralaba tersebut berasal dari negara yang berbeda, maka sifat hukumnya adalah hukum perdata internasional, karenaterdapat unsur asing di dalamnya. Secara khusus belum ada aturan yang mengaturnya, namun peraturan perundang-undangan yang memiliki hubungan dengan franchiseadalah: 1. Pasal 1338 dan Pasal 1320 KUHPerdata; 2. Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang; 3. Undang-Undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten; 4. Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek; 5. Peraturan Pemeritah Nomor 42Tahun 2007 tentang Waralaba; 6. Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 376kep XI1988 tentang Kegiatan Perdagangan; 7. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 259MPPKEP71997 Tanggal 30 Juli 1997 tentang Ketentuan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba. Di Indonesia pengaturan waralaba diatur dalam Peraturan Pemerintah RI No. 42 Tahun 2007 tanggal 23 Juli 2007 tentang waralaba di Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No. 12M-DAF32006 tanggal 29 Maret 2006 tentang ketentuan oleh Tatacara Penerbitan surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba. Universitas Sumatera Utara 47

B. Penggolongan Franchise