57 perusahaan yang memberikan lisensi, berupa paten, merek perdagangan,
merek jasa, maupun lainnya kepada franchise. 2.
Franchisee penerima waralaba, adalah orang perseorangan atau badan usaha
yang diberikan hak oleh pemberi waralaba untuk memanfaatkan danatau menggunakan waralaba yang dimiliki pemberi waralaba. Dengan kata lain,
perusahaan yang menerima lisensi dari Franchisor. 3.
Pihak-pihak yang kena dampaknya dari perjanjian franchise: a.
Franchisee lain dalam system franchisefranchising system yang sama.
b. Konsumen atau klien dari franchisee maupun masyarakat pada umumnya.
E. Perkembangan Franchise di Indonesia
Franchise , walaupun kata tersebut berasal dari bahwa Perancis, namun
sebenarnya secara literatur, franchise lahir di Amerika Serikat kurang lebih satu abad yang lalu. Pada masa itu, Isaac Singer seorang pemilik perusahaan mesin
jahit Singer mulai memperkenalkan konsep franchising sebagai suatu cara untuk mengembangkan produksi dan pendistribusian produk mereka tersebut. Pada
tahun 1851, beliau mulai memasarkan produknya melalui penyalur-penyalur independen dengan memungut royalti.Walaupun demikian, ada pula pandangan
yang menyatakan bahwa jauh sebelum Isaac Singer, telah terdapat seorang pengusaha di Cina telah mempraktikkan kegiatan franchise ini. Dengan demikian
mungkin saja pelopor franchise bukan Amerika Serikat melainkan Cina Pada tahun 1889, Perusahaan General Motorsjuga mulai menjalankan
sistem franchisedalam memasarkan produknya sekaligus dalam pengoperasian
Universitas Sumatera Utara
58 Stasiun Penjualan Bahan Bakar Umum SPBU. Sepuluh tahun kemudian
kegiatan franchiseini mulai diikut i oleh perusahaan minuman soft drink, yakni Coca Cola.Singer, General Motors, Coca Coladapat dikatakan sebagai pelopor
franchise jenis product and trade name franchising. Selain itu, Perusahaan-
perusahaan bir yang terkenal di beberapa tempat Amerika Serikat juga mulai mengikuti jejak pendahulu mereka dengan memberikan lisensi mereka kepada
perusahaan bir kecil sebagai upaya untuk mendistribusikan produk mereka, dan tentu saja berusaha memberikan kesempatan kepada perusahaan bir kecil untuk
lebih berkembang dan maju. Di Indonesia sistem waralaba mulai dikenal pada tahun 1950-an, yaitu
dengan munculnya dealer kendaraan bermotor melalui pembelian lisensi. Perkembangan kedua dimulai pada tahun 1970-an, yaitu dengan dimulainya
sistem pembelian lisensi plus, yaitu franchisee tidak sekedar menjadi penyalur, namun juga memiliki hak untuk memproduksi produknya .Agar waralaba dapat
berkembang dengan pesat, maka persyaratan utama yang harus dimiliki satu teritori adalah kepastian hukum yang mengikat baik bagi franchisor maupun
franchisee. Karenanya, kita dapat melihat bahwa di negara yang memiliki
kepastian hukum yang jelas, waralaba berkembang pesat, misalnya di AS dan Jepang Tonggak kepastian hukum akan format waralaba di Indonesia dimulai
pada tanggal 18 Juni1997, yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan PemerintahPP RI No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba. PP No. 16 tahun 1997 tentang waralaba
ini telah dicabut dan diganti dengan PP no 42 tahun 2007 tentang Waralaba.
Universitas Sumatera Utara
59 Selanjutnya ketentuan-ketentuan lain yang mendukung kepastian hukum dalam
format bisnis waralaba adalah sebagai berikut :
79
1. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No.
259MPPKEP71997 Tanggal 30 Juli 1997 tentang Ketentuan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba.
2. Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 31M-
DAGPER82008 tentang Penyelenggaraan Waralaba 3.
Undang-undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten. 4.
Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek. 5.
Undang-undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang. Banyak orang masih skeptis dengan kepastian hukum terutama dalam
bidang waralaba di Indonesia.Namun saat ini kepastian hukum untuk berusaha dengan format bisnis waralaba jauh lebih baik dari sebelum tahun 1997.Hal ini
terlihat dari semakin banyaknya payung hukum yang dapat melindungi bisnis waralaba tersebut.Perkembangan waralaba di Indonesia, khususnya di bidang
rumah makan siap saji sangat pesat. Hal ini ini dimungkinkan karena para pengusaha yang berkedudukan sebagai penerima waralaba franchisee
diwajibkan mengembangkan bisnisnya melalui master franchise yang diterimanya dengan cara mencari atau menunjuk penerima waralaba lanjutan. Dengan
mempergunakan Sistem Pemerintah atau sistem sel, suatu jaringan format bisnis waralaba akan terus berekspansi.
79
Zehanwidiastuti.Perkembangan- Waralaba-di-Indonesia
wordpress.com20140409diakses tanggal 11 Maret 2016.
Universitas Sumatera Utara
60 Namun sejak krisi moneter tahun 1997, jumlah perusahaan waralaba asing
mengalami penurunan pertumbuhan sebesar -9.78 dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2001. hal ini disebabkan karena terpuruknya nilai rupiah sehingga
biaya untuk franchise fee dan royalti fee serta biaya bahan baku, peralatan dan perlengkapan yang dalam dollar menjadi meningkat. Hal tersebut mempengaruhi
perhitungan harga jual produk atau jasanya di Indonesia.Sebaliknya waralaba lokal mengalami peningkatan pertumbuhan rata-rata sebesar 30. Pada tahun
2001 jumlah waralaba asing tumbuh kembali sebesar 8.5 sedangkan waralaba lokal meningkat 7.69 dari tahun 2000.
80
Di Indonesia sendiri, pelopor franchisepertama sekali adalah Pertamina.Pertamina menjual produk minyak bumi bensin melalui pompa-
pompa bensin SPBU.Kemudian, perusahaan jamu Nyonya Meneer.Namun perusahaan jamu Nyonya Meneer tidak pernah menyatakan bahwa sistem
Ada beberapa asosiasi waralaba di Indonesia antara lain APWINDO Asosiasi Pengusaha Waralaba Indonesia, WALI Waralaba License
Indonesia, AFI Asosiasi Franchise Indonesia. Ada beberapa konsultan waralaba di Indonesia antara lain IFBM, The Bridge, Hans Consulting, FT Consulting, Ben
WarG Consulting, JSI dan lain-lain. Ada beberapa pameran Waralaba di Indonesia yang secara berkala mengadakan roadshow diberbagai daerah dan
jangkauannya nasional antara lain International Franchise and Business Concept Expo Dyandra,Franchise License Expo Indonesia Panorama convex, Info
Franchise Expo Neo dan Majalah Franchise Indonesia.
80
Yuliana0208.blogspot.co.id201304perkembangan-waralaba-di-indonesia.html diakses tanggal 1 April 2016.
Universitas Sumatera Utara
61 pemasaran produk mereka dilakukan dengan sistem franchise. Dengan masuk dan
berkembangnya sistem perdagangan franchisedi Indonesia, ternyata telah membawa pengaruh yang cukup besar bagi dunia usaha. Pengaruh utama yang
dapat kita lihat dalah dengan adanya franchisedi Indonesia, perusahaan swasta lokal yang bergerak dalam bidang barang dan jasa yang sangat banyak di
Indonesia akan mendapat kesempatan untuk mengembangkan usahanya, seperti : Salon Rudi Hadi Suwarno, Rental Film DiscTarra, dan English Course
Tumbletooth yang menerima lisensi dari Singapura. Perkembangan lebih lanjut adalah pada tanggal 22 Nopember 1991 di
Jakarta, telah dibentuk Asosiasi FranchiseIndonesia AFI. Asosiasi ini didirikan oleh perusahaan-perusahaan franchise nasional, dengan mendapat bantuan dari
International Labour Organization ILO dan pemerintah Indonesia melalui
Departemen Perndustrian dan Perdagangan Depperindag. Pemerintah merasa berkepentingan untuk mengembangkan franchise dalam mendorong kemitraan
usaha dan pembinaan pengusaha kecil. Bagi swasta, franchise dianggap sebagai metode bisnis yang baru dengan tingkat keberhasilan yang tinggi. Sekarang ini,
para anggota AFI terdiri dari franchise dan master franchise, yaitu perusahaan nasional yang memperoleh lisensi untuk melakukan sub franchise dari franchise
asing di Indonesia. Namun sayangnya, peranan AFI sebagai pendorong perkembangan bisnis franchise di Indonesia belum memperlihatkan peranan yang
signifikan sebagai organisasi profesi.
81
81
Amir Karamoy, Sukses Lewat Usaha Waralaba, Bisnis Indonesia, Jakarta,1996. hal.5- 11
Universitas Sumatera Utara
62 Selain AFI, pada akhir tahun 1995, juga telah terbentuk Asosiasi Restoran
Waralaba Indonesia ARWI. Salah satu alasan dibentuknya ARWI adalah untuk mempersatukan restoran franchise asing dan nasionallokal agar dapat
memperjuangkan aspirasidan kepentingan mereka dalam kancah bisnis makanan dan minuman yang semakin ketat.
Persaingan yang ingin ditumbuhkan oleh ARWI adalah pelayanan demi kepuasan pelanggan total customer satisfaction.ARWI juga dapat dijadikan
sebagai sarana untuk saling tukar menukar informasi dan berbagi pengalaman di antara para anggotanya. Tujuan utama dari ARWI adalah mengembangkan
sumber daya manusia yang berkualitas dalam bidang usaha jasa restoran franchise
, selain menumbuhkan informasi dan inovasi teknologi di bidang restoran, misalnya : teknologi makanan, peralatan masak, kesehatan dan gizi.
Perbedaan utama antara AFI dengan ARWI adalah jika AFI merupakan asosiasi franchise
pada umumnya, maka ARWI merupakan asosiasi franchise yang mengkhususkan diri dalam bidang restoran.
82
Terdapat kiat-kiat tertentu dalam memilih waralaba yang baik bagi seseorang yang ingin terjun dalam dunia bisnis, tetapi tidak memiliki pengalaman
dalam berbisnis. Waralaba yang baik adalah usaha yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti makan,minum, pendidikan, salon, dan lain-lain.
Terdapat dua hal yang penting dalam menentukan waralaba, yaitu keteraturan zona wilayah persebaran unit waralaba di setiap daerah.Apakah pihak pemberi
waralaba membatasi para pelaku yang bermain di wilayah tertentu atau
82
Bryce Webster, The Insider’s Guide to Franchising, AMACON, 1986. hal.6
Universitas Sumatera Utara
63 tidak.Sehingga tidak terjadi persaingan antar perwaralaba.Selain itu berhati-hati
dalam menjalani bisnis waralaba, karena sering terjadi kerancauan antara waralaba dan Business Opportunity BO. Ada beberapa cara dalam memilih
usaha waralaba, diantaranya yaitu:
83
1. Produk yang dijual harus disukai semua orang.
2. Merek dagang produk harus sudah dikenal.
3. Harus standar dalam segala aspek produk, manajemen, tata ruang, dan lain-
lain. Jenis-jenis usaha yang potensial diwaralabakan di Indonesia, antara lain :
84
1. Produk dan Jenis Otomotif
Pemasok Otomotif, ban, peralatan, komponen, jasa parkir, Pemasangan kaca film, perawatan mesin, pelapisan anti karat, penyewaan mobil, dan lain-lain.
2. Bantuan dan Jasa Bisnis
Jasa akuntansi, hukum, administrasi, fotografi, komunikasi, periklanan, biro informasi, perantara bisnis, penasihat bisnis, rekrutmen tenaga kerja, dan lain-
lain. 3.
Produk dan Jasa Konstruksi Perawatan dan perbaikan rumah, jasa AC Air Conditioning, perawatan dan
kebersihan kamar mandi, perawatan kebersihan dinding rumah, dan lian-lain. 4.
Jasa Pendidikan
83
Utamiwijayanti12.blogspot.co.id201412perkembangan-franchising-di-indonesia.html diakses tanggal 1 April 2016
84
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
64 Bimbingan belajar, Taman kanak-kanak, pelatihan ketrampilan, manajemen,
kesekretariatan, bahasa, musik, tarian, dan lain-lain. 5.
Rekreasi dan hiburan Hotel, kolam renang, permainan dalam ruang, permainan ruang terbuka, dan
lain-lain. 6.
Fastfood dan Take Away Makanan Siap Saji
Ayam gorengbakarkecap, sate, soto, aneka makanan tradisional, aneka minuman, aneka gorengan, aneka jajanan, warung kopi, dan lain-lain.
7. Stan Makanan Food Stalls
Toko aneka makanan kecil, asinan , manisan, buah-buahan, toko obat, toko hasil ternak, toko makanan kesehatan, dan lain-lain.
8. Perawatan Kesehatan, Medis, dan Kecantikan
Jasa akupuntur, ambulance, salon kecantikan, pusat kebugaran, toko peralatan kacamata optik, perawatan kulit, pemasok peralatan kebugaran, dan lain-
lain. 9.
Jasa Pembersihan karpet, pemasangan gorden,kebersihan rumah, perawatan, perbaikan furniture, perawatan barang-barang manufaktur, dan lian-lain.
10. Eceran atau Retailing
Pusat penjualan yang berhibungan dengan air aquatic center, toko tas dan koper, baterai, pakaian pengantin, perlengkapan bayi, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
65
BAB IV PERJANJIAN KERJASAMAFRANCHISE PT. LODAYA MAKMUR