33
Posisi yang memungkinkan mereka memerintah anggota
Kecakapan dalam seni politik. Mereka jauh lebih mahir dibanding dengan orang yang
tidak professional dalam berpidato, menulis artikel, dan mengorganisasikan kegiatan kelompok Michels, 1984 : 29.
Menurut David Jarry dan Julia Jarry 1991, asumsi teori elite yang membagi kaum elite dan rakyat jelata merupakan ciri yang tidak terelakkan dalam masyarakat modern yang
kompleks dimana pun juga Jarry Jarry, 1991:188. Dalam setiap kelompok kehadiran elite pemimpin merupakan sebuah kebutuhan yang mendesak kelompoknya karena setiap
warga masyarakat membutuhkan pemimpin yang menjadi panutan bagi mereka dalam proses penciptaan keteraturan dan pola interaksi dalam kelompoknya.
2.5.1 Konsep Elite Politik Dalam Masyarakat
Elite politik dalam masyarakat modern merupakan hal yang kompleks. Respons masyarakat terhadap kegagalan relatif dari berbagai gerakan demokrasi dalam masyarakat
modern hanya dinilai dari tujuan-tujuan yang tertinggi, sehingga Jarry dan Jarry mengatakan bahwa munculnya demokrasi dalam masyarakat modern bukannya memberi kekuasaan pada
rakyat, melainkan meletakkan dasar baru bagi keanggotaan kelompok elite. Namun demikian, di antara kaum elite yang sementara berkuasa terdapat suatu sikap dan perilaku yang arif
dalam merespons berbagai persoalan , sebagaimana dikatakan oleh Hungtington dan Nelson dalam Syarifuddin, 2004:22 bahwa ada sikap “elitisme” yang bijak di kalangan kelompok
yang berkuasa. Sikap elite politik tehadap partisipasi politik mungkin merupakan faktor tunggal yang paling efektif dalam mempengaruhi sifat partisipasi politik di masyarakat.
Berkaitan dengan konsep elite, muncul anggapan yang mengatakan bahwa kelas menengah merupakan bagian dari komunitas elite karena memiliki akses pada sumber-
sumber ekonomi dan politik dalam masyarakat. Namun Mills dalam Syarifuddin, 2004:22 melihat bahwa elite kekuasaan power elite adalah mereka yang berbeda jauh dengan kelas
menengah yang berada dalam posisi yang sangat penting untuk mengambil keputusan. Bahkan, varian elite yang ada dalam masyarakat modern dianggapnya sebagai sebuah
komponen sosial yang memiliki asal usul yang sama sehingga sulit untuk disamakan dengan kelas menengah yang secara umum muncul dari berbagai kelompok sosial politik yang
beragam dalam masyarakat. Di kalangan elite yang memerintah dituntut adanya kearifan dalam bersikap, yang
akan berimplikasi langsung pada orientasi mereka terhadap kelompok dan anggotanya, dan
34
adanya perhatian elite terhadap nasib dan permasalahan yang dihadapi oleh massa rakyat. Huntington dan Nelson mengatakan bahwa suatu elite berprivilese mendistribusikan manfaat-
manfaat yang diperoleh dari pertumbuhan ekonomi yang dicapai melalui persekutuan. Sebab, setiap persekutuan di kalangan elite tidak hanya dapat dirasakan oleh para elite saja, tetapi
juga dapat dirasakan manfaatnya oleh anggota dan masyarakatnya. Lebih lanjut Vilfredo Pareto dalam Syarifuddin, 2004:23 merinci kalsifikasi elite
yang kemudian dibaginya menjadi dua : pertama, elite yang memerintah, yakni elite yang terlibat langsung atau tidak langsung dalam kekuasaaan. Kedua, elite yang tidak memerintah,
yakni merupakan sisa yang besar dari seluruh elite. Kendati demikian dalam berbagai tulisannya Pareto menyadari adanya berbagai macam bentuk elite, setidaknya ada dua macam
dalam kelompok besarnya, tetapi fokus perhatiannya hanya pada elite politik atau elite yang memerintah saja.
Keller juga mengemukakan konsep mengenai elite. Pertama-tama elite menunjuk kepada suatu minoritas pribadi-pribadi yang diangkat untuk melayani suatu kolektivitas
dengan cara yang bernilai sosial. Kaum elite adalah minoritas yang efektif dan bertanggung jawab efektif melihat pelaksanaan kepentingan dengan perhatian kepada orang lain, tempat
golongan elite itu memberikan tanggapannya. Elite merupakan posisi di dalam masyarakat yang berada di puncak kekuasaan, untuk mempengaruhi proses politik dan memformulasikan
kepentingannya.
2.5.2 Aspek Perilaku Politik Elite