28
Dengan demikian, interaksionisme simbolik dapat didefinisikan sebagai “cara kita menginterpretasikan dan memberi makna pada lingkungan di sekitar kita melalui cara kita
berinteraksi dengan orang lain. Teori ini berfokus pada cara orang berinteraksi melalui simbol yang berupa kata, gerak tubuh, peraturan, dan peran.
Perspektif interaksionisme simbolik mendasarkan pandangannya pada asumsi bahwa manusia mengembangkan satu set simbol yang kompleks untuk memberi makna terhadap
dunia. Karenanya makna muncul melalui interaksi manusia dengan lingkungannya. Teori interaksi simbolik menggunakan paradigma individu sebagai subjek utama
dalam percaturan sosial, meletakkan individu sebagai pelaku aktif dan proaktif. Pada dasarnya teori interaksi simbolik mengetengahkan soal diri sendiri the self dengan segala
atribut dunia luarnya. Cooley dalam Mulyana, 2007 :35menyebunya sebagai looking glass self.
Artinya seiap interaksi manusia selalu dipenuhi dengan simbol-simbol, baik dalam kehidupan sosial maupun kehidupan diri sendiri.
Dalam hal ini diri yang dimaksud adalah definisi yang diciptakan orang melalui interaksi dengan yang lainnya di tempat ia berada. Dalam mengkonstruk atau
mendefinisikan aku, manusia mencoba melihat dirinya sebagai orang lain, melihatnya dengan jalan menafsirkan tindakan dan isyarat yang diarahkan kepada mereka dan dengan jalan
menempatkan dirinya dalam peranan orang lain Moleong, 2001 : 13. Teori interaksionisme simbolik dikembangkan oleh kelompok The Chicago School
dengan tokoh-tokohnya George Herbert Mead dan George Herbert Blumer. Demi mengenal lebih dalam konsep teori interaksionisme simbolik, penting untuk mengetahui konsep
pemikiran kedua tokoh tersebut seraya membandingkannya secara komprehensif, yang akan dipaparkan berikut ini.
2.4.1 Interaksionisme Simbolik Menurut George Herbert Mead
George Herbert Mead lahir di Massacusettes, Amerika Serikat, pada tahun 1863, yakni pada era perang sipil. Ayahnya merupakan seorang menteri, namun kakeknya
merupakan seorang petani miskin. Mead dianggap sebagai bapak interaksionisme simbolik, karena pemikirannya yang luar biasa. Pemikiran Mead terangkum dalam konsep pokok
mengenai “mind”, “self” dan “society” sebagaimana dijelaskan berikut ini Mufid, 2009:160.
Dia mengatakan bahwa pikiran manusia mengartikan dan menafsirkan benda-benda dan peristiwa yang dialaminya, menerangkan asal muasalnya dan meramalkannya. Pikiran
29
manusia menerobos dunia luar, seolah-olah mengenalnya dari balik penampilannya. Ia juga menerobos dirinya sendiri dan membuat hidupnya sendiri menjadi objek pengenalannya yang
disebut self yang dapat kita terjemahkan menjadi aku atau diri. Self dikatakan Mead memiliki ciri-ciri dan status tertentu. Manusia yang ditanya siapa dia, akan menjawab namanya, status
sosialnya, dan lain sebagainya. Cara manusia mengartikan dunia dan dirinya sendiri berkaitan erat dengan
masyarakatnya. Mead dalam Mufid, 2009:161-165 melihat pikiran dan diri menjadi bagian dari perilaku manusia, yaitu bagian interaksinya dengan orang lain. Interaksi itu membuat dia
mengenal dunia dan dia sendiri. Mead mengatakan bahwa, pikiran mind dan diri self berasal dari masyarakat society atau aksi sosial social act.
a. Konsep Mead tentang “Mind”
Mead mendefinisikan “mind” pikiran sebagai fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang dalam proses sosial sebagai hasil dari interaksi. Mind dalam hal ini mirip dengan
simbol, yakni sebagai hasil dari interaksi sosial. Hanya, mind terbentuk setelah terjadinya percakapan diri self-conversation, yakni ketika seseorang melakukan percakapan diri yang
juga disebut sebagai berpikir. Karenanya bagi Mead, berpikir tidak mungkin terjadi jika tidak menggunakan bahasa.
Konsepsi “mind”lebih merupakan proses daripada sebuah produk. Hal ini berarti bahwa kesadaran bukanlah hasil tangkapan dari luar, melainkan secara aktif selalu berubah
dan berkembang. Mead mengatakan bahwa, “consciousness mind is not given, it is emergent”.
Kesadaran mind tidak diberi, tapi dicari. b.
Konsep Mead tentang “Self” Self,
menurut Mead adalah proses yang tumbuh dalam keseharian sosial yang membentuk identitas diri. Perkembangan self tergantung pada bagaimana seseorang
melakukan role taking pengambilan peran dari orang lain. Dalam role taking kita mengimajinasikan tingkah laku kita dari sudut pandang orang lain.
Esensi self bagi Meadadalah reflexivity. Yakni bagaimana kita merenung ulang relasi dengan orang lain untuk kemudian memunculkan adopsi nilai dari orang lain.
c. Konsep Mead tentang “Society”
“Society” menurut Mead adalah kumpulan self yang melakukan interaksi dalam
lingkungan yang lebih luas yang berupa hubungan personal, kelompok intim, dan komunitas.
30
Institusi society karenanya terdiri dari respon yang sama. “Society” dipelihara oleh kemampuan individu untuk melakukan role taking dan generalized others.
2.4.2 Interaksionisme Simbolik Menurut George Herbert Blumer