Hakikat Nilai Kajian tentang Nilai Pendidikan dalam Cerita Rakyat

xlviii waktu terjadinya peristiwa dalam cerita, dan latar belakang sosial tokoh maupun lingkungan masyarakat dalam cerita. 5 Amanat Seorang pengarang tidak sekadar ingin menyampaikan cerita saja. Ada sesuatu yang dibungkus dalam cerita. Ada sesuatu konsep sentral yang dikembangkan dalam cerita. Pengarang menampilkan suatu karya berupa cerita bertujuan untuk menyampaikan gagasan. Gagasan yang termuat di dalam sebuah karya sastra tersebut sebenarnya merupakan penafsiran atau pemikiran tentang kehidupan. Suatu cerita dapat diambil ajaran moral atau pesan yang hendak disampaikan oleh pengarangnya yang disebut sebagai amanat. Apabila permasalahan yang diangkat juga diberi pemecahan, maka pemecahan atau jalan keluar tersebut yang dinamakan amanat Panuti Sudjiman, 1988: 57. Karya sastra tidak hanya bersifat menghibur saja, namun juga mampu memberikan manfaat berupa pesan yang dapat digali dari dalam karya sastra tersebut. Burhan Nurgiyantoro 2005: 336 menjelaskan bahwa dalam sebuah karya sastra sering ditemukan adanya pesan yang tersembunyi, namun ada juga yang disampaikan langsung dan terkesan ditonjolkan pengarang. Bentuk penyampaian pesan moral yang bersifat langsung identik dengan cara pelukisan watak tokoh yang bersifat uraian, telling, atau penjelasan expository.

3. Kajian tentang Nilai Pendidikan dalam Cerita Rakyat

a. Hakikat Nilai

Nilai adalah terjemahan dari value, berasal dari bahasa Latin valere atau bahasa Prancis kuno, yakni Valoir yang dapat dimaknai sebagai harga. Kurt Baier dalam Rohmat Mulyana, 2004: 8 menafsirkan nilai adalah keinginan, kebutuhan dan kesenangan seseorang. Sementara itu ahli lain menafsirkan nilai sebagai suatu kecenderungan perilaku yang berawal dari gejala psikologis Rohmat Mulyana, 2004: 8 seperti hasrat, motif, sikap, kebutuhan, dan keyakinan yang dimiliki secara individual. Scheler dalam Dudung Andriyono, 2006: 38-39 mengatakan: xlix Nilai adalah kualitas atau sifat yang membuat apa yang bernilai. Misalnya nilai ”jujur” adalah sifat atau tindakan yang jujur. Jadi, nilai weit, value tidak sama dengan apa yang bernilai gutter, goods. Oleh karena itu, nilai selalu menjadi ukuran dalam menentukan kebenaran dan keadilan sehingga tidak akan pernah lepas dari sumber asalnya, yaitu berupa agama, logika, dan norma0norma yang berlaku dalam masyarakat. Scheler dalam Dudung Andriyono, 2006: 39 menyatakan bahwa ”kita menangkap nilai dengan menggunakan pengalaman emosional tentang persepsi sentimental”. Urutan Hierarkies nilai, sebaliknya diungkapkan melalui ”kesenangan” atau ”penolakan”. Scheler dalam Dudung Andriyono, 2006: 39 menegaskan bahwa nilai yang terendah dari semua nilai sekaligus merupakan nilai yang ada pada dasarnya ”fana”, nilai yang lebih tinggi daripada semua nilai yang lain sekaligus merupakan nilai yang abadi. Di sisi lain seorang antropolog dalam Rohmat Mulyana, 2004: 8-9 melihat nilai sebagai ”harga” yang melekat pada budaya masyarakat seperti dalam bahasa, kebiasaan, kayakinan, hukum, dan bentuk-bentuk organisasi sosial yang dikembangkan manusia. Rohmat Mulyana 2004: 9 mengemukakan empat definisi nilai yaitu: 1 nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. 2 nilai adalah patokan normatif yang mempengarui manusia dalam menentukan pilihannya di antara cara-cara tindakan alternatif. 3 nilai adalah alamat sebuah kata ”ya” value is address of a yes, atau secara kontekstual, nilai adalah sesuatuyang ditunjukan dengan kata ”ya”. 4 nilai adalah konsepsi tersirat atau tersurat, yang sifatnya membedakan individu atau ciri-ciri kelompok dari apa yang diinginkan, yang memengaruhi pilihan terhadap cara, tujuan antara, dan tujuan akhir tindakan. Nilai mempunyai bermacam-macam arti karena adanya bermacam- macam kalimat di atas yang menggunakan kata ”nilai”. Dalam kenyataannya manusia memiliki unsur cipta, rasa dan karsa yang kesemuanya itu selalu tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, pertumbuhan dan perkembangannya tersebut diperlukan adanya bermacam-macam nilai bagi setiap unsur atau komponen. Mudji Sutrisno dalam Dudung Andriyono, 2006: 40 menyatakan: Nilai-nilai dari sebuah karya sastra dapat tergambar melalui tema-tema besar mengenai siapa manusia, keberadaannya di dunia dan dalam l masyarakat; apa itu kebudayaannya dan proses pendidikannya; semua ini dipigurakan dalam refleksi konkret fenomenal–berdasar fenomena eksistensi manusia–dan direfleksi sebagai rentangan perjalanan bereksistensi–berada di masyarakat sampai kepulangannya ke Yang menciptakan. Cerita rakyat yang menjadi salah satu bentuk karya sastra dapat memberikan gambaran yang jelas tentang sistem nilai atau sistem budaya masyarakat pada suatu tempat dalam suatu massa. Nilai-nilai itu mengungkapkan perbuatan apa yang dipuji dan dicela, pandangan hidup mana yang dianut dan dijauhi dan hal-hal apa yang dijunjung tinggi.

b. Hakikat Nilai Pendidikan