Hakikat Folklor Kajian tentang Cerita Rakyat

xxiv

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN,

DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori

Agar penelitian ini mempunyai pijakan yang kuat dalam mengungkapkan isi yang dikaji, maka diperlukan beberapa teori sebagai berikut:

1. Kajian tentang Cerita Rakyat

a. Hakikat Folklor

James Danandjaja 1997: 5 mengungkapkan bahwa folklor merupakan bagian kebudayaan yang penyebarannya melalui tutur kata atau lisan. Oleh karena itu, ada yang menyebut folklor sebagai tradisi lisan oral traditional. Senada dengan pernyataan tersebut, Suhendra Yusuf 1995: 93 mengartikan folklor sebagai bagian dari kebudayaan masyarakat yang tersebar dan diwariskan secara turun temurun dan biasanya dilakukan secara lisan. Folklor secara etimologi merupakan pengindonesiaan istilah dari kata Inggris folklore. Kata itu merupakan kata majemuk yang terdiri dari dua kata dasar yaitu folk dan lore. Alan Dundes dalam James Danandjaja, 1997: 1-2 menjelaskan bahwa folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok- kelompok lainnya. Maksud dari lore adalah tradisi folk yang berarti sebagian kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat mnemonic device. Paduan serupa juga sejalan dengan paduan istilah folklore yang terdapat dalam Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 1 Dendy Sugono, 2005: 165 yang memaparkan bahwa istilah folklore terbentuk dari paduan kata asal folk dan lore. Folk dapat diartikan “rakyat”, “bangsa”, atau “ kelompok orang yang memiliki ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan”, sedangkan lore adalah adat dan khasanah pengetahuan yang diwariskan turun-temurun lewat tutur kata, melalui contoh, atau perbuatan. James Danandjaja lebih lanjut menjelaskan: xxv In Indonesia, Folklore is defin as: “those meterials in culture that circulate traditionally among members of any group in different versions, whether in oral form, or by means of customary example”. Thus folk in Indonesia means: “any group, native or immigrant, as long as they have lived in Indonesia for generations; urban as well as rural; literate or illiterate; noble or commoner.” And lore: “is the part of Indonesian cultures that is disseminated though oral traditiona 1995: 205. Purwadi 2009: 3 mengungkapkan bahwa hakikat folklor merupakan identitas lokal yang terdapat dalam kehidupan masyarakat tradisional. Folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan turun- temurun, diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk tulisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat James Danandjaja, 1997: 2. Wininck dalam Purwadi, 2009: 1 folklor adalah ”the common orally transmitted traditions, myths, festival, songs, superstition and of all peoples, folklore has come to mean all kind of oral artistic expression. It may be found in societies. Originally folklore was the study of the curiousities”. Folklor meliputi dongeng, cerita, hikayat, kepahlawanan, adat-istiadat, lagu, tata cara, kesusastraan, kesenian, dan budaya daerah. Folklor merupakan milik masyarakat tradisional secara kolektif. Perkembangan folklor mengutamakan jalur lisan dari waktu ke waktu bersifat inovatif atau jarang mengalami perkembangan. Folklor bermula dari sebuah pola kehidupan masyarakat yang pada awalnya menekankan budaya lisan. Budaya lisan sebagai alat pertukaran informasi memberi keleluasaan seseorang untuk menggunakannya. Dalam hal ini, budaya lisan memberi ruang eksistensi folklor untuk dapat berkembang di masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat Ingemark 2007: 281 yang menyatakan ”taking the oral traditions constituting ancient folklore as a point of departure, it is also possible to aproach the social reality and mentality of the period from a slightly different angle, which is why we chose to emphasise these aspects in the present course”. Berdasarkan definisi-definisi di atas, disimpulkan bahwa folklor merupakan bagian dari kebudayaan rakyat baik dongeng, cerita, hikayat, kepahlawanan, adat-istiadat, lagu, tata cara, kesusastraan, dan kesenian yang xxvi disebarkan dan diwariskan secara turun-temurun dengan variasi yang berbeda- beda baik lisan maupun tertulis dari satu generasi ke generasi berikutnya, dengan tujuan tertentu untuk menjadi suatu ciri khas kelompok masyarakat pendukungnya. Agar dapat membedakan folklor dari kebudayaan lainnya, harus diketahui ciri-ciri pengenal utama folklor. James Danandjaja 1997: 3-4 mengemukakan ciri-ciri pengenal folklor sebagai berikut: a penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yakni melalui tutur kata dari mulut ke mulut, dari satu generasi ke generasi berikutnya; b folklor bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar, dan juga di antara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama paling sedikit dua generasi; c folklor ada exist dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda. Hal ini diakibatkan oleh cara penyebarannya dari mulut ke mulut lisan, sehingga oleh proses lupa diri manusia atau proses interpolasi interpolation folklor dengan mudah dapat mengalami perubahan. Walaupun demikian perbedaannya hanya terletak pada bagian karyanya saja sedangkan bentuk dasarnya dapat tetap bertahan; d folklor bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui oleh orang lagi; e folklor biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola. Cerita rakyat biasanya selalu menggunakan kata-kata klise seperti ”bulan empat belas hari” untuk menggambarkan seorang gadis ”seperti ular berbelit-belit” untuk menggambarkan kemarahan seseorang, atau ungkapan- ungkapan tradisional, ulangan-ulangan, dan kalimat-kalimat atau kata-kata pembukaan dan penutup yang baku; f folklor mempunyai kegunaan function dalam kehidupan bersama suatu kolektif. Cerita rakyat misalnya mempunyai kegunaan sebagai alat pendidik atau pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam; g folklor bersifat prologis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sama dengan logika umum; h folklor menjadi milik bersama collective dari kolektif tertentu. Hal ini sudah tentu diakibatkan karena penciptaan pertama sudah tidak diketahui lagi sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya; i folklor pada umumnya bersifat polos dan lugu sehingga seringkali kelihatan kasar dan terlalu spontan. Hal ini dapat xxvii dimengerti apabila mengingat banyak folklor merupakan proyeksi emosi manusia yang paling jujur manifestasinya. Jenis-jenis folklor menurut Harold Brunvard dalam James Danandjaja, 1997: 21 berdasarkan tipenya digolongkan menjadi 3 tiga kelompok besar, yakni: 1 folklor lisan verbal folklore , 2 folklor sebagian lisan partly verbal folklore, dan 3 folklor bukan lisan non verbal folklore. Istilah masing- masingnya adalah mentifacts, sociofacts, dan artifacts. Folklor lisan verbal folklore adalah folklor yang bentuknya memang murni lisan. Bentuk-bentuk genre folklore yang termasuk ke dalam kelompok ini antara lain: a bahasa rakyat folk speech seperti logat, julukan, pangkat tradisional, dan titel kebangsawanan, b ungkapan tradisional seperti peribahasa, pepatah, dan pemeo, c pertanyaan tradisional seperti teka-teki, d puisi rakyat seperti pantun, gurindam, dan syair, e cerita prosa rakyat seperti mite, legenda, dan dongeng, dan f nyanyian rakyat. Folklor sebagian lisan partly verbal folklore adalah folklor yang bentuknya campuran antara lisan dan unsur bukan lisan. Bentuk-bentuk folklor yang tergolong dalam kelompok ini selain kepercayaan rakyat adalah permainan rakyat, teater rakyat, tari rakyat, adat istiadat, upacara, pesta rakyat dan lain-lain. Folklor bukan lisan non verbal folklore adalah folklor yang bentuknya bukan lisan, walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Folklor jenis ini dibagi menjadi dua sub kelompok, yakni folklor yang material dan folklor yang bukan material. Bentuk-bentuk folklor yang tergolong yang material antara lain: arsitektur rakyat, kerajinan tangan rakyat, pakaian adat dan perhiasan tubuh, makanan dan minuman rakyat, dan obat-obatan tradisional. Folklor yang bukan material antara lain: gerak isyarat tradisional gesture, bunyi isyarat untuk komunikasi rakyat, dan musik rakyat. Bertolak dari pengertian di atas tidak dijelaskan atau dibedakan antara folklor lisan dengan folklor tertulisfolklor tulisan. Hal ini dapat dimengerti karena pada dasarnya folklor yang berbentuk tulisan adalah jenis folklor lisan, sebagian lisan, maupun folklor bukan lisan yang ditrasnkripsi dalam bentuk tulis. Jenis xxviii folklor yang diteliti dalam penelitian ini dispesifikasikan pada jenis folklor yang berbentuk cerita rakyat.

b. Hakikat Cerita Rakyat