lxxi terdapat 4 empat buah makam, yang konon katanya di dalam makam itu tidak
dikuburkan jenazah, namun pakaian dan pusaka yang dulu dipakai oleh Joko Tarub. Tempat atau makam ini dipercaya sebagian masyarakat sebagai tempat
pembawa berkah. Selain itu, tidak jauh dari lokasi makam terdapat sendang atau belik yang konon merupakan tempat pemandian Nawangwulan yang berada di
sebelah Timur jembatan. Sebagian masyarakat di Desa Sambirejo Ngunut, Kakum, Kecamatan
Jumantono masih menganut kepercayaan terhadap hal-hal gaib. Kepercayaan terhadap arwah leluhur dan nenek moyang diwujudkan dengan mengeramatkan
tempat-tempat yang dianggap sebagai petilasan dari leluhur dan nenek moyang. Petilasan Joko Tarub hingga sekarang masih dikunjungi para peziarah.
Terutama pada hari-hari tertentu seperti hari Jumat Kliwon atau bulan-bulan tertentu seperti bulan Sura. Kebanyakan peziarah yang datang berasal dari luar
daerah, namun begitu warga sekitar daerah juga ada yang berziarah. Biasanya orang-orang yang berkunjung, selain untuk berziarah juga mempunyai tujuan
tertentu karena tempat ini dipercaya membawa berkah bagi mereka yang mempercayainya.
B. Deskripsi Data
1. Cerita Rakyat Sapta Tirta
Cerita Sapta Tirta merupakan legenda asal usul sebuah tempat di Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar yang masih sangat kental dengan
unsur mistis seperti kepercayaan animisme dan dinamisme. Tradisi memberi sesaji, bersemedi atau tirakat kalau orang Jawa mengatakan, dan memanfaatkan
air untuk keperluan tertentu hingga sampai saat ini masih dilakukan oleh penduduk sekitar dan para pendatang dari berbagai penjuru daerah yang
mempercayai bahwa air dari sumber mata air Sapta Tirta memiliki berbagai khasiat.
lxxii Khasiat dari air Sapta Tirta menurut kepercayaan penduduk setempat
antara lain dapat membuat awet muda, dapat menyembuhkan penyakit seperti penyakit kulit, sakit perut, dan lain-lain. Khusus untuk Air Bleng yang berasa asin
dapat digunakan sebagai adonan membuat karak. Selain itu, air Sapta Tirta juga digunakan untuk membersihkan diri atau bersuci ketika pengunjung hendak
bersemedi di bukit Argotiloso. Asal usul Sapta Tirta tidak dapat dilepaskan dari pengaruh keberadaan
raja Mangkunegaran yaitu Raden Mas Said atau lebih dikenal dengan Pangeran Samber Nyowo. Menurut juru kunci dan penduduk setempat, Sapta Tirta
merupakan petilasan Raden Mas Said ketika ia melakukan semedi di bukit Argotiloso untuk mendapatkan wangsit agar mendapat pusaka-pusaka sakti.
Berdasarkan hal tersebut masyarakat percaya bahwa sumber air Sapta Tirta juga memiliki khasiat yang sama.
Semenjak Raden Mas Said wafat dan disemayamkan di Astana Girilayu, kompleks sumber air Sapta Tirta tidak pernah digunakan lagi. Kerabat keraton
pun tidak ada yang menyambangi. Pada masa Mangkunegara III kompleks ini seolah diketemukan kembali, sekitar ± tahun 1840. Pada masa Mangkunegara IV,
± tahun 1856 kompleks Sapta Tirta dibangun kembali. Dibuat bangunan- bangunan seperti penginapan, taman-taman, dan tempat pemandian yang hanya
digunakan untuk kerabat keraton serta relasi-relasinya. Sapta Tirta atau pesanggrahan Raden Mas Said dulu dijaga oleh seorang
juru kunci. Juru kunci itu bernama Eyang Tirtoyoso atau Tumenggung Tirto Winoto yang masih merupakan kerabat dari Mangkunegara. Setelah wafat, Eyang
Tirtoyoso di makamkan di Bukit Argotiloso. Sekarang juru kunci dipegang oleh Mbah Darso Sumadi.
Bukit Argotiloso terletak di atas sumber air Sapta Tirta. Luasnya ± 2 ha dan ditumbuhi pohon pinus. Di bukit tersebut terdapat dua makam, yaitu makam
Tumenggung Tirto Winoto atau Eyang Tirtoyoso juru kunci dan makam Raden Ayu Kusumo Banowarti yang merupakam garwa Ampeyan atau selir Raden Mas
Said.
lxxiii Di dalam kompleks sumber air Sapta Tirta selain terdapat tujuh sumber
mata air juga terdapat sebuah bangunan peninggalan Raja Mangkunegara VI. Bangunan tersebut merupakan bangunan yang sakral. Bangunan itu disebut
dengan Bak Enem atau pemandian keputren. Bak Enem atau pemandian keputren, yaitu enam kamar mandi yang dibuat melingkar menjadi satu. Di sekeliling
dindingnya juga terdapat enam relief, yaitu: 1
Relief pertama menggambarkan Raja Mangkuneraga VI yang sedang melakukan meditasi dan dikelilingi oleh setan-setan yang mencoba
mengganggu. 2
Relief kedua menggambarkan Raja Mangkuneraga VI melihat tujuh sumber air setelah diganggu oleh setan.
3 Relief ketiga menggambarkan kompleks sumber air Sapta Tirta yang
dijadikan padepokan oleh Raden Mas Said. 4
Relief keempat menggambarkan seorang wanita yang bersama ikan, yaitu menceritakan bahwa permaisuri Raden Mas Said mempunyai bintang
pisces. 5
Relief kelima berupa gambar manusia yang sedang membawa sesaji, artinya Raja Mangkunegara sudah memperkirakan bahwa kompleks
sumber air Sapta Tirta nantinya akan ramai dikunjungi oleh orang-orang yang membawa sesaji.
6 Relief keenam menggambarkan Raja Mangkuneraga VI yang sedang
menunggui putrinya mandi dan duduk di atas batu.
2. Cerita Rakyat Makam Joko Tarub