pimpinan partai politik dan kadernya yang memilki keinginan untuk menjadi menteri, serta terhadap setiap orang yang ingin menjadi calon presiden, agar
mengetahui bagaimana kedudukan dan kewenangan Kementerian Negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia setelah perubahan UUD NRI Tahun
1945.
E. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi ini merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi
ini berjudul “Kementerian Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945” belum pernah dibahas oleh mahasiswa lain di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan skripsi ini asli serta bukan plagiat ataupun diambil dari skripsi
orang lain. Kemudian, permasalahan yang dimunculkan dalam penulisan ini merupakan hasil olah pikir dari penulis sendiri. Semua ini merupakan implikasi
etis dari sebuah proses penemuan kebenaran ilmiah. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Apabila ada skripsi yang
sama, maka akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya.
F. Tinjauan Kepustakaan
1. Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua istilah, yaitu “sistem” dan “pemerintahan”. Menurut Carl J. Friedrich, sistem adalah suatu keseluruhan,
Universitas Sumatera Utara
terdiri dari beberapa bagian yang mempunyai hubungan fungsional baik antara bagian-bagian maupun hubungan fungsionil terhadap keseluruhannya, sehingga
hubungan itu menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian-bagian yang akibatnya jika salah satu bagian tidak bekerja dengan baik akan mempengaruhi
keseluruhannya itu.
6
Sedangkan pemerintahan dalam arti luas adalah segala urusan yang dilakukan oleh negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan
kepentingan negara sendiri, jadi tidak diartikan sebagai pemerintah yang menjalankan tugas eksekutif saja, melainkan juga meliputi tugas-tugas lainnya
termasuk legislatif dan yudikatif. Karena itu membicarakan sistem pemerintahan adalah membicarakan bagaimana pembagian kekuasaan serta hubungan antara
lembaga-lembaga negara yang menjalankan kekuasaan negara itu, dalam rangka menyelenggarakan kepentingan rakyat.
7
Sri Soemantri memaknai sistem pemerintahan berkenaan dengan hubungan antara eksekutif dan legislatif. Adanya dan tidak adanya hubungan
antara eksekutif dan legislatif ini melahirkan adanya sistem pemerintahan parlementer cabinet government system dan sistem pemerintahan presidensial
presidential government system atau the fixed executive system.
8
Menurut Mahfud MD, cara bekerja dan berhubungan ketiga poros kekuasaan, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif, dapat disebut sebagai sistem
pemerintahan negara. Dengan demikian yang dimaksud dengan sistem
6
Carl J. Friedrich dalam Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara, Sinar
Bakti, Jakarta, 1983, hlm. 171.
7
Ibid.
8
Sri Soemantri dalam Titi Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen
UUD NRI TAHUN 1945, Kencana, Jakarta, 2010, hlm. 148
Universitas Sumatera Utara
pemerintahan negara adalah sistem hubungan dan tata kerja antara lembaga- lembaga negara.
9
Secara umum, dikenal adanya dua sistem pemerintahan yakni sistem pemerintahan presidensial dan sistem pemerintahan parlementer. Selain itu ada
pula sistem pemerintahan yang merupakan campuran dari kedua sistem itu, yang mengandung beberapa unsur dari sistem pemerintahan presidensial dan juga
parlementer. Pada garis besarnya, sistem pemerintahan yang dilakukan pada negara-
negara demokrasi menganut sistem parlementer atau sistem presidensial. Tentu saja di antara kedua sistem tersebut masih terdapat beberapa variasi yang
disebabkan oleh situasi dan kondisi yang berbeda yang melahirkan bentuk-bentuk semua quasi, karena jika dilihat dari salah satu sistem di atas, dia bukan
merupakan bentuk yang sebenarnya, misalnya quasi parlementer atau quasi presidensial.
10
Menurut Mahfud MD, di dalam studi ilmu negara dan ilmu politik dikenal adanya tiga sistem pemerintahan negara, yaitu :
a Sistem Pemerintahan Parlementer
Sistem Pemerintahan Parlementer merupakan sistem pemerintahan di mana hubungan antara badan eksekutif dan badan legislatif sangat erat. Hal ini
disebabkan karena adanya pertanggungjawaban para menteri terhadap parlemen.
9
Moh. Mahfud MD, Dasar…Op.cit., hlm. 74
10
Moh. Kusnardi dan Hermaily Ibrahim. Pengantar…,loc.cit
Universitas Sumatera Utara
Di dalam sistem pemerintahan ini, parlemen memiliki peranan yang sangat penting dalam pemerintahan karena parlemen memiliki wewenang dalam
mengangkat perdana menteri, dan parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan yakni dengan mengeluarkan mosi tidak percaya. Karena pentingnya peranan
parlemen dalam pemerintahan, maka setiap kabinet atau pemerintahan yang dibentuk harus memperoleh dukungan kepercayaan dengan suara terbanyak dari
parlemen. Dengan demikian kebijakan pemerintah atau kabinet tidak boleh menyimpang dari apa yang dikehendaki oleh parlemen. Adapun ciri-ciri umum
dari sistem pemerintahan parlementer antara lain : 1
Kepala negara tidak berkedudukan sebagai kepala pemerintahan eksekutif karena ia lebih bersifat simbol nasional pemersatu bangsa. Oleh karena itu
kepala negara tidak bertanggung jawab atas segala kebijaksanaan yang diambil oleh kabinet;
2 Pemerintahan dilakukan oleh sebuah kabinet yang dipimpin oleh perdana
menteri dibentuk oleh atau atas dasar kekuatan danatau kekuatan yang menguasai parlemen;
3 Seluruh anggota kabinet mungkin saja merupakan anggota parlemen, atau
mungkin saja tidak seluruhnya anggota parlemen, dan mungkin pula seluruhnya bukan anggota parlemen;
4 Kabinet, melalui ketuanya eksekutif bertanggung jawab kepada parlemen
legislatif. Apabila kabinet atau seseorang atau beberapa orang anggotanya mendapatkan mosi tidak percaya dari parlemen, maka kabinet atau seseorang
Universitas Sumatera Utara
atau beberapa orang anggota kabinet harus mengembalikan mandatnya kepada kepala negara atau dengan kata lain ia harus mengundurkan diri;
5 Sebagai imbangan dapat dijatuhkannya kabinet, maka kepala negara dapat
membubarkan parlemen dengan saran atau nasihat dari perdana menteri; 6
Parlemen dipilih melalui pemilihan umum yang waktunya bervariasi, ditentukan oleh kepala negara berdasarkan masukan dari perdana menteri;
7 Kekuasaan Kehakiman pada dasarnya tidak digantungkan kepada lembaga
eksekutif dan legislatif, hal ini untuk mencegah intimidasi dan intervensi lembaga lain.
Pada dasarnya, sistem pemerintahan parlementer dapat dijalankan baik pada negara yang berbentuk republik maupun kerajaan. Singapura, India,
Pakistan, Bangladesh, dan Israel merupakan beberapa negara berbentuk republik yang menerapkan sistem pemerintahan parlementer. Sedangkan, Malaysia,
Jepang, Belanda, Inggris, Belgia, dan Swedia merupakan beberapa negara yang berbentuk kerajaan yang menerapkan sistem pemerintahan parlementer. Selai itu
ada pula beberapa negara yang menerapkan sistem pemerintahan parlementer yang tidak secara resmi berbentuk kerajaan atau republik, seperti Australia,
Kanada, dan Selandia Baru. Ketiga negara ini merupakan bagian dari sistem commonwealth dengan Inggris sebagai negara induk.
11
b Sistem Pemerintahan Presidensial
Sistem pemerintahan presidensial adalah suatu sistem pemerintahan dimana kedudukan eksekutif tidak bertanggung jawab terhadap parlemen badan
11
Bagir Manan, Lembaga Kepresidenan, FH UII Press, Yogyakarta, 2006, hlm 15
Universitas Sumatera Utara
perwakilan rakyat, dengan kata lain kekuasaan eksekutif berada di luar pengawasan langsung parlemen badan perwakilan rakyat. Adapun ciri-ciri
umum dari sistem pemerintahan presidensial antara lain : 1
Presiden berkedudukan sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, yang masa jabatannya telah ditentukan dengan pasti oleh Undang-Undang Dasar;
2 Presiden merupakan kepala pemerintahan eksekutif yang memimpin kabinet.
Semua anggota kabinet diangkat, diberhentikan serta bertanggung jawab kepada presiden;
3 Presiden tidak dipilih oleh badan legislatif, tetapi dipilih oleh sejumah pemilih
dipilih langsung oleh rakyat. Sehingga ia bukan merupakan bagian dari anggota legislatif seperti pada sistem pemerintahan parlementer;
4 Presiden tidak bertanggung jawab pada badan legislatif, dan tidak dapat pula
dijatuhkan oleh badan legislatif, kecuali melalui mekanisme pemakzulan atau impeachment;
5 Sebagai imbangannya, presiden juga tidak dapat atau tidak memiliki
kewenangan untuk membubarkan badan legislatif; 6
Kedudukan badan legisltaif dan eksekutif sejajar dan sama-sama kuat. Sistem pemerintahan presidensial hanya mengenal adanya satu macam
eksekutif. Fungsi kepala pemerintahan chief executive dan kepala negara head of state ada paa satu tangan dan tunggal single executive. Pemegang kekuasaan
eksekutif tunggal dalam sistem presidensial tidak bertanggung jawab kepada badan perwakilan rakyat legislatif, tetapi langsung kepada rakyat pemilih karena
dipilih langsung atau dipilih melalui badan pemilih electoral college. Sistem
Universitas Sumatera Utara
pemerintahan presidensial dapat dikatakan sebagai subsistem pemerintahan republik, karena hanya dijalankan dalam negara yang berbentuk republik sesuai
dengan sebutannya sebagai sistem presidensial atau sistem pemerintahan kepresidenan.
12
c Sistem Pemerintahan Quasi
Sistem pemerintahan quasi pada dasarnya merupakan bentuk variasi dari sistem pemerintahan parlementer dan presidensial. Hal ini disebabkan karena
situasi dan kondisi yang berbeda sehingga melahirkan bentuk-bentuk semuanya. Dalam sistem quasi ini dikenal adanya bentuk quasi parlementer dan quasi
presidensial. Pada sistem pemerintahan quasi presidensial, presiden merupakan kepala
pemerintahan dengan dibantu oleh kabinet ciri presidensial, tetapi ia bertanggng jawab kepada lembaga dimana dia bertanggung jawab, sehingga lembaga ini
legislatif dapat menjatuhkan presideneksekutif ciri sistem parlementer.
13
d Sistem Pemerintahan Referendum
Sistem pemerintahan referendum merupakan bentuk variasi dari sistem quasi quasi presidensial dan sistem presidensial murni. Di dalam sistem ini,
badan eksekutif merupakan bagian dari badan legislatif. Badan eksekutif yang merupakan bagian dari badan legislatif adalah badan pekerja legislatif. Jadi, dalam
sistem ini badan legislatif membentuk sub badan di dalamnya sebagai pelaksana
12
Ibid, hlm 14
13
Titik Triwulan Tutik, Konstruksi… Op.cit, hlm 153
Universitas Sumatera Utara
tugas pemerintah. Pengawasan terhadap badan legislatif dilakukan langsung oleh rakyat yang mempunyai hak pilih yang dilakukan dalam bentuk referendum.
Berkenaan dengan pengawasan rakyat dalam bentuk referendum, dikenal adanya dua macam mekanisme, yakni :
1 Referendum Obligatoir, yakni referendum untuk menentukan apakah rakyat
menyetujui atau tidak berlakunya suatu peraturan atau undang-undang yang mengikat rakyat seluruhnya. Referendum ini bersifat mutlak atau wajib
diberikan oleh rakyat karena peraturan atau undang-undang tersebut sangat penting. Contohnya persetujuan yang diberikan rakyat terhadap pembuatan
Undang-Undang Dasar. 2
Referendum Fakultatif, yakni referendum untuk menentukan apakah suatu peraturan atau undang-undang yang telah ada dapat terus diberlakukan
ataukah harus dicabut. Referendum ini merupakan referendum yang tidak wajib karena diberikan terhadap undang-undang biasa yang kurang pentingnya
yang dilakukan setelah suatu undang-undang itu diumumkan dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
2. Lembaga Kepresidenan di Indonesia