BAB III KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN KEMENTERIAN NEGARA
SETELAH PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
A. Kementerian Negara Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 Setelah Perubahan Perdebatan mengenai perubahan bab tentang kementerian negara yang
terdiri atas satu pasal, yakni Pasal 17 Undang-Undang Dasar UUD 1945, dimulai sejak perubahan pertama sampai dengan perubahan ketiga. Hal ini sejalan
dengan salah satu tujuan dari perubahan atau amandemen UUD RI 1945 yakni untuk mengurangi dominasi kekuasaan presiden yang terlalu besar.
Pada perubahan pertama tahun 1999, pembicaraan tentang kementerian negara pertama kali muncul pada Rapat Badan Pekerja Majelis Permusyawaratan
Rakyat ke-2 BP MPR, yang selanjutnya dibahas kembali pada rapat-rapat lainnya yakni pada rapat-rapat Panitia Ad Hoc III PAH III Badan Pekerja MPR,
Rapat Tim Perumus Panitia Ad Hoc III Badan Pekerja MPR, Rapat Komisi C MPR RI, baik rapat pleno maupun rapat lobi.
65
Dalam rapat pembahasan perubahan pertama mengenai materi perubahan kementerian negara, beberapa fraksi menyampaikan pandangan-pandanganya.
Usulan-usulan yang masuk terkait perubahan mengenai kementerian negara diantaranya adalah usulan agar dilibatkannya DPR dalam pengangkatan dan
pemberhentian menteri yang dilakukan oleh Presiden, usulan mengenai jumlah Departemen Pemerintahan yang harus disetujui oleh DPR terlebih dahulu sebelum
dibentuk, usulan mengenai penggantian judul Kementerian Negara menjadi
65
Naskah Komprehensif… Op.cit, hlm 920
Universitas Sumatera Utara
Departemen Pemerintahan atau Kementerian Pemerintahan, usulan agar dimasukkannya Kepala-Kepala Badan dan Sekretaris Negara dalam rumusan
pasal 17, dan lain sebagainya. Kesemua usulan-usuan ini dibahas dalam rapat- rapat BP MPR, PAH III BP MPR maupun Rapat Komisi C MPR RI.
Pembahasan perubahan pertama tahun 1999 terhadap Pasal 17 menghasilkan kesepakatan untuk merubah ayat 2 dan ayat 3. Pasal 17 Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 setelah perubahan tahun 1999 selengkapnya berbunyi sebagai berikut :
1 Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.
2 Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
3 Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
Perubahan terhadap Pasal 17 mengenai kementerian negara juga dibahas kembali pada perubahan kedua UUD NRI Tahun 1945. Tetapi dalam perubahan
kedua tahun 2000 tidak terjadi penambahan materi atau ayat. Hal ini dikarenkan tidak tercapai kesepakatan oleh peserta rapat sehingga pembahasannya akan
dilanjutkan pada masa perubahan ketiga UUD NRI Tahun 1945. Pembahasan kementerian negara kembali dibahas pada perubahan ketiga
tahun 2001 oleh Panita Adhoc PAH I BP MPR. Pada perubahan ketiga ini materi-materi yang dibahas adalah berkaitan dengan keterlibatan atau persetujuan
DPR dalam hal rekruitmen menteri yang dilakukan oleh Presiden, usulan mengenai pembentukan, perubahan susunan dan perbaikan organisasi departemen
pemerintahan ditetapkan dengan Undang-Undang, dan sebagainya. Pembahasan perubahan ketiga tahun 2001 terhadap Pasal 17 menghasilkan
kesepakatan untuk menambah satu ayat, yakni ayat 4. Pasal 17 Undang-Undang
Universitas Sumatera Utara
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 setelah perubahan ketiga tahun 2001 selengkapnya berbunyi sebagai berikut :
1 Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.
2 Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
3 Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
4 Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara
diatur dalam Undang-Undang. Setelah perubahan pertama dan ketiga, Pasal 17 mengalami sedikit
perubahan. Jika sebelum perubahan Presiden bebas melakukan pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara, maka setelah perubahan ketiga
UUD NRI Tahun 1945 hal tersebut tidak dapat dilakukan secara serta merta, karena semua itu diatur dengan undang-undang. Itu artinya, untuk melakukan
pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara, Presiden memerlukan persetujuan DPR. Namun dalam urusan pengangkatan dan
pemberhentian menteri-menteri, Presiden bebas melakukan kapan saja tanpa harus meminta persetujuan atau pertimbangan dari lembaga negara lainnya.
66
Dengan adanya ketentuan pada ayat 4 ini pada dasarnya merupakan sebuah jawaban atau penyelesaian dari perdebatan yang panjang pada saat
pembahasan perubahan UUD NRI Tahun 1945 mengenai perlu tidaknya keterlibatan DPR dalam rekrutmen menteri-menteri. Pihak yang sepakat akan hal
ini menyatakan bahwa DPR perlu dilibatkan agar tercipta good governance atau penyelenggaran pemerintahan yang baik. Dengan dilibatkan DPR, maka
pembubaran Kementerian atau pada saat itu disebut dengan Departemen pembubaran Departemen Sosial dan Departemen Penerangan, seperti yang
pernah terjadi pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid diharapkan
66
Abdul Ghoffar, perbandingan… Op.cit., hlm 119‐120
Universitas Sumatera Utara
tidak terjadi lagi. Dengan adanya ketentuan pasal ini terlihat bahwa DPR tetap dapat melakukan check and balances terhadap Presiden terkait pembentukan,
pengubahan, pembubaran Kementerian Negara, karena undang-undang itu sendiri merupakan produk dari DPR. Ketentuan ini juga tidak sedikit pun menghilangkan
ataupun mengurangi hak prerogatif presiden untuk mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri yang pada dasarnya merupakan ciri khas dari
sistem presidensial itu sendiri. Sejak Indonesia mengadakan perubahan terhadap Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dilakukan pertama kali pada tahun 1999 hingga sampai saat ini telah terbentuk beberapa kabinet dengan
kekhususannya masing-masing, diantaranya
67
: 1.
Kabinet Persatuan Nasional. Kabinet ini dipimpin oleh Abdurrahman Wahid sebagai Presiden, dan terdiri dari 36 orang. Kabinet ini dibentuk tanggal 26
Oktober 1999 dan harus berakhir pada tanggal 9 Agustus 2001; 2.
Kabinet Gotong Royong. Kabinet ini dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden, dan terdiri dari 33 orang. Kabinet ini dibentuk tanggal 9
Agustus Maret 2001 dan harus berakhir pada tanggal 21 Oktober 2004; 3.
Kabinet Indonesia Bersatu Jilid I. Kabinet ini dipimpin oleh Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden, dan terdiri dari 37 orang. Kabinet ini dibentuk
tanggal 21 Okober 2004 dan harus berakhir pada tanggal 22 Oktober 2009; 4.
Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II. Kabinet ini dipimpin oleh Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden, dan terdiri dari 37 orang. Kabinet ini dibentuk
67
Miftah Thoha, Birokrasi… Op.cit., hlm 31‐34. http:id.wikipedia.orgwikiDaftar_kabinet_Indonesia
, diakses pada tanggal 29 Mei 2013
Universitas Sumatera Utara
tanggal 22 Okober 2009 dan akan berakhir pada tahun 2014 yang akan datang, bersamaan dengan habisnya masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono. Saat ini, yakni pada masa kabinet Indonesia Bersatu Jilid II yang dipimpin
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, terdapat 34 Kementerian yang ada di Indonesia
68
, yakni : 1.
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; 2.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian; 3.
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat; 4.
Kementerian Sekretariat Negara; 5.
Kementerian Dalam Negeri; 6.
Kementerian Luar Negeri; 7.
Kementerian Pertahanan; 8.
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; 9.
Kementerian Keuangan; 10.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral; 11.
Kementerian Perindustrian; 12.
Kementerian Perdagangan; 13.
Kementerian Pertanian; 14.
Kementerian Kehutanan; 15.
Kementerian Perhubungan; 16.
Kementerian Kelautan dan Perikanan;
68
Diatur dalam Pasal 1 Peraturan Presiden No. 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara
Universitas Sumatera Utara
17. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi;
18. Kementerian Pekerjaan Umum;
19. Kementerian Kesehatan;
20. Kementerian Pendidikan Nasional;
21. Kementerian Sosial;
22. Kementerian Agama;
23. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata;
24. Kementerian Komunikasi dan Informatika;
25. Kementerian Riset dan Teknologi;
26. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;
27. Kementerian Lingkungan Hidup;
28. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;
29. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi;
30. Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal;
31. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional;
32. Kementerian Badan Usaha Milik Negara;
33. Kementerian Perumahan Rakyat; dan
34. Kementerian Pemuda dan Olah Raga.
B. Kementerian Negara Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun