Kementerian Negara Saat Kembali Pada Undang-Undang Dasar 1945

5. Kabinet Burhanuddin Harahap. Kabinet ini dipimpin oleh Burhanuddin Harahap sebagai Perdana Menteri serta R.Djamu Ismadi dan Harsono Tjoktoaminoto sebagai Wakil Perdana Menteri, dengan jumlah kementerian sebanyak 20 kementerian. Kabinet ini dibentuk tanggal 12 Agustus 1955 dan harus berakhir pada tanggal 24 Maret 1956; 6. Kabinet Ali Sastroamidjojo Kedua. Kabinet ini dipimpin oleh Ali Sastroamidjojo sebagai Perdana Menteri serta Mohammad Rum dan KH Dr. Idham Chalid sebagai Wakil Perdana Menteri, dengan jumlah kementerian sebanyak 25 kementerian. Kabinet ini dibentuk tanggal 24 Maret 1956 dan harus berakhir pada tanggal 9 April 1957; 7. Kabinet Djuanda atau Kabinet Karya. Kabinet ini dipimpin oleh Djuanda sebagai Perdana Menteri serta Hardi, KH.Dr.Idham Chalid, dan Dr.J.Leimina sebagai Wakil Perdana Menteri, dengan jumlah kementerian sebanyak 26 kementerian. Kabinet ini dibentuk tanggal 9 April 1957 dan harus berakhir pada tanggal 10 Juli 1959.

D. Kementerian Negara Saat Kembali Pada Undang-Undang Dasar 1945

Kembalinya negara Indonesia setelah berjalan dalam bentuk Federal menjadi negara kesatuan lagi menuntut konsekuensi adanya Undang-Undang Dasar untuk negara kesatuan tersebut. Pada saat itu ditetapkan bahwa Undang- Undang Dasar untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia akan segera dibentuk oleh suatu badan yang disebut Konstituante. Selama masa pembentukan Undang- Undang Dasar oleh Konstituante maka berlakulah Undang-Undang Dasar Universitas Sumatera Utara Sementara Tahun 1950. Tetapi saat itu, Konstituante tidak berhasil mencapai rumusan tentang Undang-Undang Dasar yang dapat dijadikan pengganti dari Undang-Undang Dasar Sementara Tahun 1950. Karena kemacetan kerja dan perdebatan yang terus menerus terjadi di dalam Konstituante, maka dengan pertimbangan demi keselamatan negara dan bangsa, pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengumumkan Dekrit yang berisi : 1. Pembubaran Konstituante ; 2. Penetapan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan tidak berlakunya Undang-Undang Dasar Sementara Tahun 1950 ; 3. Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara MPRS serta Dewan Pertimbangan Agung Sementara DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Berdasarkan Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 tersebut, maka Undang- Undang Dasar Tahun 1945 kembali berlaku di Indonesia. Sehingga terjadi perubahan dalam sistem pemerintahan Indonesia, yang sebelumnya adalah sistem parlementer berdasarkan Undang-Undang Dasar Sementara 1950, menjadi menganut sistem presidensial yang menempatkan Presiden sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan. Secara normatif, tidak ada satu perubahan pasal pun dalam Undang- Undang Dasar 1945 pasca dekrit. Dekrit hanyalah sebuah instrument yang digunakan oleh Soekarno dalam memberlakukan kembali Undang-Undang Dasar 1945 setelah Konstituante hasil pemilu tahun 1955 tidak berhasil merumuskan suatu Undang-Undang Dasar yang baru. 45 Setelah kembali ke Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Presiden mempunyai kekuasaan dan kewenangan untuk mengangkat menteri-menterinya 45 Abdul Ghoffar, Perbandingan… Op.cit., hlm 89 Universitas Sumatera Utara secara langsung, tanpa harus menunjuk formatuer. Sesuai dengan Pasal 17, kedudukan menteri–menteri hanyalah sebagai pembantu presiden. Kata-kata Undang-Undang Dasar adalah bahwa “Presiden dibantu oleh menteri-menteri”. Dengan demikian berlakulah sistem presidensial dimana menteri-menteri bertanggung jawab kepada presiden bukan lagi kepada parlemen. Mereka dapat diberhentikan setiap waktu oleh presiden. 46 Mulai saat Indonesia kembali menggunakan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar negara hingga sampai perubahan Undang-Undang Dasar 1945 telah terbentuk beberapa kabinet dengan kekhususannya masing-masing, diantaranya 47 : 1. Kabinet Era Demokrasi Terpimpin 1959-1966 a. Kabinet Kerja Pertama. Kabinet ini dipimpin oleh Soekarno sebagai Presiden, dengan Menteri pertama dijabat oleh Ir. H. Djuanda. Kabinet ini dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No.153 Tahun 1959, tanggal 10 Juli 1959 dan harus berakhir pada tanggal 18 Februari 1960. Dalam kabinet ada sebutan Menteri-Menteri Kabinet Inti inner cabinet, yang bersama-sama dengan Presiden harus mengkoordinir dan mengawasi berbagai Departemen Pemerintahan. Ada pula Menteri Negara ex-officio bukan anggota kabinet dan hanya mempunyai hak untuk menghadiri dan mempunyai suara dalam sidang- sidang pleno kabinet. Selain kedua jenis menteri tersebut, Kabinet Kerja ini terdiri pula para Menteri Muda yang berada di dalam bidang-bidang keamanan pertahanan, bidang keuangan, bidang distibusi, bidang produksi, bidang pembangunan, bidang kesejahteraan rakyat, dan bidang sosial kultural, yang 46 Ismail Sunny, Pergeseran… Op.cit, hlm 200‐201 47 Miftah Thoha, Birokrasi… Op.cit., hlm 28‐31. http:id.wikipedia.orgwikiDaftar_kabinet_Indonesia , diakses pada tanggal 20 Mei 2013 Universitas Sumatera Utara kesemua menteri muda ini berjumlah 20 orang. Kabinet Kerja ini terdiri dari 33 orang; b. Kabinet Kerja Kedua. Kabinet ini dipimpin oleh Soekarno sebagai Presiden, dan terdiri dari 40 orang. Kabinet ini dibentuk tanggal 18 Februari 1960 dan harus berakhir pada tanggal 6 Maret 1962; c. Kabinet Kerja Ketiga. Kabinet ini dipimpin oleh Soekarno sebagai Presiden, dan terdiri dari 60 orang. Kabinet ini dibentuk tanggal 6 Maret 1962 dan harus berakhir pada tanggal 13 November 1963. Pada Kabinet Kerja Ketiga ini terjadi beberapa perubahan mengenai susunan kementerian. Dalam kabinet ini terdapat jabatan Menteri Pertama dan Wakil Menteri Pertama, jabatan Menteri Koordinator Kompartemen, dan terjadi pula penghapusan jabatan Menteri Muda. Di Kabinet ini juga semua pimpinan Lembaga Tertinggi Negara dan Lembaga Tinggi Negara diangkat menjadi menteri. Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara MPRS, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat-Gotong Royong DPR-GR, Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung DPA, dan Ketua Dewan Perancang Nasional diberikan kedudukan sebagai Wakil Menteri Pertama. Sedangkan para Wakil Ketua MPRS dan DPR-GR diberikan kedudukan sebagai Menteri; d. Kabinet Kerja Keempat. Kabinet ini dipimpin oleh Soekarno sebagai Presiden, dan terdiri dari 66 orang. Kabinet ini dibentuk tanggal 13 November 1963 dan harus berakhir pada tanggal 27 Agustus 1964. Istilah Menteri pertama yang dipakai pada kabinet sebelumnya tidak digunakan lagi dalam kabinet ini dan diganti dengan istilah Presidium, yang merupakan badan kepemimpinan Universitas Sumatera Utara kolektif yang terdiri dari Wakil Perdana Menteri Pertama, Wakil Perdana Menteri Kedua, dan Wakil Perdana Menteri Ketiga. Dalam Kabinet ini kedudukan Ketua MPRS disamakan dengan Wakil Perdana Menteri. Dengan demikian kedudukan Ketua MPRS berada di bawah Presiden. 48 Ada pula jabatan yang diperbantukan pada Presidium, ada jabatan Menteri Koordinator Menko yang masing-masing memimpin suatu kompartemen. Jabatan Menteri Negara tidak diadakan lagi hanya khusus bagi Menteri Negara yang diperbantukan sebagai Penasehat Presiden. Pimpinan Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara diberi jabatan sebagai Menteri Koordinator; e. Kabinet Dwikora Pertama. Kabinet ini dipimpin oleh Soekarno sebagai Presiden, dan terdiri dari 42 Departemen dan 68 Menteri. Kabinet ini dibentuk tanggal 27 Agustus 1964 dan harus berakhir pada tanggal 22 Februari 1966. Kabinet ini juga menempatkan Pimpinan Lembaga Negara Tertinggi dan Lembaga Tinggi Negara sebagai Wakil Perdana Menteri, Menteri Koorinator, maupun sebagai Menteri; f. Kabinet Dwikora Kedua. Kabinet ini dipimpin oleh Soekarno sebagai Presiden, dan terdiri dari 132 orang. Kabinet ini dibentuk tanggal 24 Februari 1966 dan harus berakhir pada tanggal 28 Maret 1966; g. Kabinet Dwikora Ketiga. Kabinet ini dipimpin oleh Soekarno sebagai Presiden, dan terdiri dari 79 orang. Kabinet ini dibentuk tanggal 28 Maret 1966 dan harus berakhir pada tanggal 25 Juli 1966. Dalam kabinet ini, Ketua Lembaga Tertinggi Negara dan Lembaga Tinggi Negara kedudukannya 48 Abdul Ghoffar, Perbandingan… Op.cit., hlm 90 Universitas Sumatera Utara ditempatkan setingkat Menteri, sedangkan Wakil-Wakil Ketua Lembaga Tertinggi Negara dan Lembaga Tinggi Negara kedudukannya setingkat Deputi Menteri 49 ; h. Kabinet Ampera Pertama. Kabinet ini dipimpin oleh Soekarno sebagai Presiden, dan terdiri dari 31 orang. Kabinet ini dibentuk tanggal 25 Juli 1966 dan harus berakhir pada 11 Oktober 1967. Dalam kabinet ini dibentuk suatu Dewan Presiden yang bertugas membantu Presiden menjalankan tugasnya sebagai pimpinan kabinet yang terdiri dari 5 Menteri Utama yang dipimpin oleh Ketua Presidium Letjen Soeharto. 50 2. Kabinet Era Pemerintahan Orde Baru 1966-1999 a. Kabinet Ampera Kedua. Kabinet ini dipimpin oleh Letjen Soeharto sebagai Penjabat Sementara Presiden, dan terdiri dari 24 orang. Kabinet ini dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Presiden no 171 tahun 1967 tanggal 11 Oktober 1967 dan harus berakhir pada tanggal 6 Juni 1968. Dalam Kabinet ini dikenal istilah Presidium dan Pimpinan Kabinet. Istilah Menteri Negara kembali digunakan untuk menamakan jabatan Menteri anggota Kabinet; b. Kabinet Pembangunan Pertama. Kabinet ini dipimpin oleh Soeharto sebagai Presiden, dan terdiri dari 24 orang. Kabinet ini dibentuk tanggal 6 Juli 1968 dan harus berakhir pada tanggal 28 Maret 1973. Pada Kabinet ini istilah Menteri Negara dipergunakan lagi untuk jabatan Menteri yang membantu Presiden di bidang-bidang tertentu. Pada masa pemerintahan ini, penempatan 49 Ibid, hlm 93 50 Ibid, hlm 95 Universitas Sumatera Utara pimpinan Lembaga Tertinggi Negara danatau Lembaga Tinggi Negara sebagai Menteri tidak terjadi lagi 51 ; c. Kabinet Pembangunan Kedua. Kabinet ini dipimpin oleh Soeharto sebagai Presiden, dan terdiri dari 24 orang. Kabinet ini dibentuk tanggal 28 Maret 1973 dan harus berakhir pada tanggal 29 Maret 1978; d. Kabinet Pembangunan Ketiga. Kabinet ini dipimpin oleh Soeharto sebagai Presiden, dan terdiri dari 32 orang. Kabinet ini dibentuk tanggal 29 Maret 1978 dan harus berakhir pada tanggal 19 Maret 1983. Pada Kabinet ini istilah kembali digunakan istilah Menteri Muda; e. Kabinet Pembangunan Keempat. Kabinet ini dipimpin oleh Soeharto sebagai Presiden, dan terdiri dari 42 orang. Kabinet ini dibentuk tanggal 19 Maret 1983 dan harus berakhir pada tanggal 23 Maret 1988; f. Kabinet Pembangunan Kelima. Kabinet ini dipimpin oleh Soeharto sebagai Presiden, dan terdiri dari 44 orang. Kabinet ini dibentuk tanggal 23 Maret 1988 dan harus berakhir pada tanggal 17 Maret 1993; g. Kabinet Pembangunan Keenam. Kabinet ini dipimpin oleh Soeharto sebagai Presiden, dan terdiri dari 43 orang. Kabinet ini dibentuk tanggal 17 Maret 1993 dan harus berakhir pada tanggal 14 Maret 1998; h. Kabinet Pembangunan Ketujuh. Kabinet ini dipimpin oleh Soeharto sebagai Presiden, dan terdiri dari 38 orang. Kabinet ini dibentuk tanggal 14 Maret 1998 dan harus berakhir pada tanggal 21 Mei 1998; 51 Abdul Ghoffar, Perbandingan… loc.cit Universitas Sumatera Utara i. Kabinet Reformasi Pembangunan. Kabinet ini dipimpin oleh B.J. Habibie sebagai Presiden, dan terdiri dari 37 orang. Kabinet ini dibentuk tanggal 21 Mei 1998 dan harus berakhir pada tanggal 26 Oktober 1999.

E. Kementerian Negara Berdasarkan Konstitusi Beberapa Negara Lain

Dokumen yang terkait

Partisipasi Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia Dalam Perubahan Orde Lama – Orde Baru

6 97 112

Peran Kepolisian Republik Indonesia Dalam Mendukung Penegakan Syariat Islam Di Propinsi Aceh

6 49 137

Eksistensi Majelis Permusyawaratan Rakyat Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar 1945

1 74 100

Tinjauan Yuridis Pergantian Antarwaktu Pejabat Badan Pemeriksaan Keuangan (Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 13/Puu-Xi/2013)

0 39 201

Kementerian Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 79 PUU-IX 2011)

0 0 8

Kementerian Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 79 PUU-IX 2011)

0 0 1

Kementerian Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 79 PUU-IX 2011)

0 0 23

Kementerian Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 79 PUU-IX 2011)

0 0 33

Kementerian Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 79 PUU-IX 2011)

0 0 4

Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Melalui Putusan Mahkamah Konstitusi: Studi Terhadap Putusan Nomor 92/PUU-X/2012

0 0 21