Kementerian Negara Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun

17. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 18. Kementerian Pekerjaan Umum; 19. Kementerian Kesehatan; 20. Kementerian Pendidikan Nasional; 21. Kementerian Sosial; 22. Kementerian Agama; 23. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata; 24. Kementerian Komunikasi dan Informatika; 25. Kementerian Riset dan Teknologi; 26. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah; 27. Kementerian Lingkungan Hidup; 28. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; 29. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi; 30. Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal; 31. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional; 32. Kementerian Badan Usaha Milik Negara; 33. Kementerian Perumahan Rakyat; dan 34. Kementerian Pemuda dan Olah Raga.

B. Kementerian Negara Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun

2008 Tentang Kementerian Negara Perubahan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 membawa pengaruh yang cukup besar pada Kementerian Negara. Sebelum perubahan UUD NRI TAHUN Universitas Sumatera Utara 1945, Presiden memiliki kekuasaan yang mutlak untuk terkait Kementerian Negara. Pembentukan, pengubahan maupun pembubaran Kementerian dapat dilakukan secara tertutup tanpa perlu meminta nasihat, mendapat usulan dan pertanggungjawaban dari lembaga negara yang lain, karena hal ni merupakan hak prerogatif dari Presiden. 69 Tetapi, setelah perubahan UUD NRI TAHUN 1945, kewenangan tersebut tidak bisa dilakukan secara serta merta oleh Presiden karena hal itu dibatasi oleh sebuah Undang-Undang. Ketentuan Pasal 17 ayat 4 menyatakan bahwa “Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran Kementerian Negara diatur dalam Undang- Undang.” Oleh karena itu berdasarkan ketentuan tersebut, maka dibuatlah suatu Undang-Undang untuk mengatur lebih lanjut mengenai Kementerian Negara, yakni Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara. Undang-undang yang terdiri atas 9 sembilan Bab dan 28 duapuluh delapan Pasal ini nantinya merupakan titik tolak bagi penataan kelembagaan pemerintahan yang selama ini diatur dengan Peraturan Presiden. Peraturan perundang-undangan ini diperlukan sebagai batu acuan milestone dalam menyusun kelembagaan pemerintahan. Sebagai bagian dari semangat reformasi birokrasi, Undang-Undang tentang Kementerian Negara dibangun di atas pondasi akuntabilitas publik yang lebih jelas. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya lima kesepahaman antara DPR dengan Pemerintah. Pertama, Undang-Undang tentang Kementerian Negara menegaskan kembali bahwa Presiden dibantu oleh para menteri yang diangkat dan 69 Abdul Ghoffar, perbandingan… loc.cit Universitas Sumatera Utara diberhentikan oleh Presiden sebagai Kepala Pemerintahan. Oleh karena itu, juga ditegaskan bahwa Presiden memiliki hak prerogatif dalam menyusun kementerian negara yang akan membantunya dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan. 70 Undang-Undang ini secara jelas dan tegas mengatur mengenai kedudukan, tugas, fungsi, dan susunan organisasi kementerian negara, 71 sehingga dapat mempermudah Presiden dalam menyusun kelembagaan kementerian negara. Presiden juga diberikan payung hukum yang kuat dalam membentuk dan mengubah Kementerian melalui kriteria-kriteria yang diperlukan dalam melakukan pembentukan dan pengubahan Kementerian. Pasal 13 ayat 2 UU No.39 Tahun 2008 menyatakan bahwa : Pembentukan Kementerian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dengan mempertimbangkan : a. Efisiensi dan efektivitas; b. Cakupan tugas dan proporsionalitas beban tugas; c. Kesinambungan, keserasian, dan keterpaduan pelaksanaan tugas; danatau d. Perkembangan lingkungan global. Sedangkan mengenai kriteria pengubahan suatu kementerian dijelaskan dalam Pasal 18 ayat 2 UU no.39 tahun 2008, yakni : Pengubahan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan dengan mempertimbangkan: a. Efisiensi dan efektivitas; b. Perubahan danatau perkembangan tugas dan fungsi; c. Cakupan tugas dan proporsionalitas beban tugas; d. Kesinambungan, keserasian, dan keterpaduan pelaksanaan tugas; e. Peningkatan kinerja dan beban kerja pemerintah; 70 Pasal 7 UU no 392008 mengatakan : “Kementerian mempunyai tugas menyelenggarakan urusan tertentu dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. 71 Kedudukan kementerian negara diatur dalam Bab II Bagian Kesatu Pasal 2 dan Pasal 3 UU no 392008. Sedangkan tugas, fungsi dan susunan organisasi diatur dalam Bab III yakni pasal 7, pasal 8 dan pasal 9 UU no 392008. Universitas Sumatera Utara f. Kebutuhan penanganan urusan tertentu dalam pemerintahan secara mandiri; danatau g. Kebutuhan penyesuaian peristilahan yang berkembang. Kedua, meskipun memberikan ruang bagi penggunaan hak prerogatif Presiden, Undang-Undang ini tidak mengesampingkan peranan DPR dan tetap memberikan batasan terhadap kewenangan presiden ini. Undang-Undang ini mengatur bahwa jika Presiden hendak melakukan pengubahan dan pembubaran kementerian negara, maka Presiden perlu terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari DPR. 72 Sedangkan persetujuan DPR diperlukan apabila ada kebutuhan dari Presiden untuk membubarkan kementerian yang menangani urusan agama, hukum, keuangan dan keamanan. 73 Di sisi lain, Presiden tidak dapat membubarkan Kementerian Luar Negeri, Dalam Negeri dan Pertahanan sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Ketiga, dengan didasari semangat untuk mendorong dilakukannya reformasi birokrasi guna terwujudnya struktur pemerintahan yang efisien dan efektif, Undang-Undang ini mengatur pembatasan jumlah kementerian negara yang dapat dibentuk oleh Presiden, yaitu paling banyak 34 tiga puluh empat kementerian negara. 74 Namun demikian, perlu dipahami bahwa seluruh urusan pemerintahan sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi harus tetap dijalankan 72 Pasal 19 UU no.392008 menyatakan bahwa Pengubahan sebagai akibat dari pemisahan atau penggabungan Kementerian dilakukan dengan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. 73 Pasal 21 UU no 392008 menyatakan bahwa Kementerian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dapat dibubarkan oleh Presiden dengan meminta pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat, kecuali Kementerian yang menangani urusan agama, hukum, keuangan, dan keamanan harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. 74 Pasal 15 UU no 392008 menyatakan bahwa Jumlah keseluruhan Kementerian sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 14 paling banyak 34 tiga puluh empat. Universitas Sumatera Utara oleh kementerian negara dalam jumlah yang paling efisien, yaitu paling banyak 34 tiga puluh empat kementerian negara atau kurang dari jumlah tersebut. Meskipun ada pembatasan, Undang-Undang ini tetap memberikan keleluasaan kepada Presiden untuk mewadahi suatu urusan pemerintahan dalam satu kementerian danatau menggabungkan dua atau lebih urusan pemerintahan dalam suatu kementerian negara tertentu. Ketentuan mengenai penetapan jumlah maksimal kementerian negara merupakan suatu hal yang baru kita temui dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Sebelum lahirnya UU No.39 Tahun 2008 ini tidak pernah ada peraturan yang mengatur mengenai jumlah maksimal kementerian negara, sehingga dalam suatu kabinet pada massa pemerintahan Presiden Soekarno, jumlah menteri mencapai 100 orang atau yang sering dikenal dengan nama Kabinet 100 Menteri. Keempat, Undang-Undang ini tidak mencantumkan nomenklatur atau penamaan kementerian negara secara definitif, tetapi menggunakan pendekatan urusan-urusan pemerintahan yang harus dijalankan oleh Presiden secara menyeluruh dalam rangka pencapaian tujuan negara sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Prinsip dalam pendekatan urusan ini adalah bahwa seluruh urusan yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara harus ditampung dalam kementerian sehingga satu kementerian dapat menangani satu atau lebih urusan pemerintahan, 75 sesuai dengan pengorganisasian yang diserahkan kepada Presiden. Hal ini juga memberikan ruang gerak yang 75 Pasal 6 UU no 392008 menyatakan bahwa Setiap urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 2 dan ayat 3 tidak harus dibentuk dalam satu Kementerian tersendiri Universitas Sumatera Utara lebih leluasa bagi Presiden dalam menyusun kementerian negara. Pendekatan urusan-urusan pemerintahan tersebut dimaksudkan untuk lebih menitikberatkan pada upaya mewujudkan pemerintahan yang efektif dan efisien serta mampu meningkatkan pelayanan publik yang prima. Kelima, Undang-undang ini mengatur pula mengenai hubungan fungsional antara Kementerian dengan Lembaga Pemerintah Nonkementerian yang selama ini dikenal sebagai Lembaga Pemerintah NonDepartemen. Sebagai lembaga pelaksana tugas khusus yang dimandatkan oleh Presiden, Lembaga Pemerintah NonKementerian berada di bawah koordinasi Menteri yang bersesuaian dengan bidang tugasnya. 76 Pengaturan mengenai hal ini penting mengingat pembentukan kementerian negara semestinya didasarkan pada konsep pembagian habis urusan pemerintahan guna mewujudkan visi, misi dan strategi yang telah ditetapkan. Ada perubahan yang cukup mendasar mengenai jenis kementerian negara yang semula terdiri dari 3 tiga jenis kementerian yaitu Kementerian Koordinator, Departemen, dan Kementerian Negara menjadi hanya satu jenis yaitu dengan sebutan Kementerian. Pasal 17 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa “Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan”. Dalam UU No.39 Tahun 2008 dijelaskan secara lebih lanjut mengenai urusan-urusan tertentu dalam pemerintahan itu 77 , yakni terdiri atas : 1. Urusan pemerintahan yang nomenklatur Kementeriannya secara tegas disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 76 Pasal 25 ayat 2 UU no 392008 mneyatakan bahwa Lembaga pemerintah nonkementerian berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri yang mengoordinasikannya. 77 Pasal 5 UU no.392008 Universitas Sumatera Utara Tahun 1945, meliputi urusan luar negeri, dalam negeri, dan pertahanan. 2. Urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, meliputi urusan agama, hukum, keuangan, keamanan, hak asasi manusia, pendidikan, kebudayaan, kesehatan, sosial, ketenagakerjaan, industri, perdagangan, pertambangan, energi, pekerjaan umum, transmigrasi, transportasi, informasi, komunikasi, pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, kelautan, dan perikanan. 3. Urusan pemerintahan dalam rangka penajaman, koordinasi dan sinkronisasi program pemerintah, meliputi: urusan perencanaan pembangunan nasional, aparatur negara, kesekretariatan negara, badan usaha milik negara, pertanahan, kependudukan, lingkungan hidup, ilmu pengetahuan, teknologi, investasi, koperasi, usaha kecil dan menengah, pariwisata, pemberdayaan perempuan, pemuda, olah raga, perumahan, dan pembangungan kawasan atau daerah tertinggal. Pembedaan urusan pemerintahan yang ditangani tersebut akan menentukan bentuk susunan organisasi dari kementerian negara yang bersangkutan. Namun demikian, pada umumnya susunan organisasi kementerian Negara terdiri atas 78 : 1. Pemimpin, yaitu Menteri; 2. Pembantu pemimpin, yaitu Sekretariat Jenderal atau Sekretariat Kementerian; 3. Pelaksana, yaitu Direktorat Jenderal atau Deputi; 4. Pengawas, yaitu Inspektorat Jenderal atau Inspektorat, 5. Pendukung, yaitu Badan danatau Pusat bagi kementerian yang melaksanakan urusan pemerintahan seperti urusan dalam negeri, urusan luar negeri, urusan pertahanan, urusan agama, urusan hukum, urusan pendidikan, dan sebagainya; 6. Pelaksana tugas pokok di daerah danatau perwakilan luar negeri bagi kementerian yang melaksanakan urusan pemerintahan seperti urusan luar negeri, urusan dalam negeri, urusan pertahanan, urusan agama, urusan hukum, urusan keuangan, dan urusan keamanan. Undang-Undang No. 39 Tahun 2008 ini juga mengatur tentang persyaratan pengangkatan dan pemberhentian menteri. 79 Pengaturan persyaratan pengangkatan menteri tidak dimaksudkan untuk membatasi hak Presiden dalam memilih seorang Menteri, sebaliknya menekankan bahwa seorang Menteri yang diangkat memiliki 78 Pasal 9 UU no.392008 79 Bab V Pasal 22 dan Paslal 24 UU no 392008 Universitas Sumatera Utara integritas dan kepribadian yang baik. Namun demikian Presiden diharapkan juga memperhatikan kompetensi dalam bidang tugas kementerian, memiliki pengalaman kepemimpinan, dan sanggup bekerjasama sebagai pembantu Presiden. 80 Keberadaan Undang-Undang No 39 Tahun 2008 ini mengisyaratkan adanya tanggung jawab bersama dalam usaha mewujudkan tata pemerintahan yang baik good governance antara Pemerintah Presiden, sektor swasta, dan masyarakat. Hal ini terlihat misalnya pada pelarangan rangkap jabatan bagi Menteri, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 23 yang berbunyi : Menteri dilarang merangkap jabatan sebagai: a. Pejabat negara lainnya sesuai dengan peraturan perundang- undangan; b. Komisaris atau direksi pada perusahaan negara atau perusahaan swasta; atau c. Pimpinan organisasi yang dibiayai dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara danatau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. Bahkan, dalam penjelasan UU ini dikatakan bahwa seorang menteri diharapkan dapat melepaskan tugas dan jabatan-jabatan lainnya termasuk jabatan dalam partai politik. Kesemuanya itu dalam rangka meningkatkan profesionalisme, pelaksanaan urusan kementerian yang lebih fokus kepada tugas pokok dan fungsinya yang lebih bertanggung jawab . 81 Keberadaan Undang-Undang No. 39 Tahun 2008 ini harus dipandang sebagai bagian dari semangat reformasi birokrasi Indonesia. Undang-Undang ini pada dasarnya tidak bertujuan untuk mengurangi apalagi menghilangkan hak 80 Penjelasan Umum UU no 392008 Alenia ke VII 81 Penjelasan Umum UU no 392008 Alenia ke VIII Universitas Sumatera Utara presiden dalam menyusun kementerian negara yang akan membantunya dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan. Sebaliknya, keberadaan Undang-Undang ini diharapkan mampu memudahkan Presiden dalam menyusun Kementerian Negara karena secara jelas dan tegas mengatur tentang kedudukan, tugas, fungsi, dan susunan organisasi kementerian negara. 82 Peraturan perundang-undangan ini diperlukan sebagai batu acuan milestone dalam menyusun kelembagaan pemerintahan . Undang-Undang ini juga merupakan salah satu sarana untuk membangun sistem pemerintahan presidensial yang lebih efektif dan efisien, yang menitikberatkan pada peningkatan pelayanan publik yang prima, sehingga dapat mewujudkan tata pemerintahan yang baik good governance, yang pada akhirnya bertujuan untuk mewujudkan cita-cita luhur dan tujuan bangsa sebagaimana yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

C. Jabatan Wakil Menteri di Indonesia

Dokumen yang terkait

Partisipasi Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia Dalam Perubahan Orde Lama – Orde Baru

6 97 112

Peran Kepolisian Republik Indonesia Dalam Mendukung Penegakan Syariat Islam Di Propinsi Aceh

6 49 137

Eksistensi Majelis Permusyawaratan Rakyat Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar 1945

1 74 100

Tinjauan Yuridis Pergantian Antarwaktu Pejabat Badan Pemeriksaan Keuangan (Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 13/Puu-Xi/2013)

0 39 201

Kementerian Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 79 PUU-IX 2011)

0 0 8

Kementerian Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 79 PUU-IX 2011)

0 0 1

Kementerian Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 79 PUU-IX 2011)

0 0 23

Kementerian Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 79 PUU-IX 2011)

0 0 33

Kementerian Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 79 PUU-IX 2011)

0 0 4

Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Melalui Putusan Mahkamah Konstitusi: Studi Terhadap Putusan Nomor 92/PUU-X/2012

0 0 21