Jabatan Wakil Menteri di Indonesia

presiden dalam menyusun kementerian negara yang akan membantunya dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan. Sebaliknya, keberadaan Undang-Undang ini diharapkan mampu memudahkan Presiden dalam menyusun Kementerian Negara karena secara jelas dan tegas mengatur tentang kedudukan, tugas, fungsi, dan susunan organisasi kementerian negara. 82 Peraturan perundang-undangan ini diperlukan sebagai batu acuan milestone dalam menyusun kelembagaan pemerintahan . Undang-Undang ini juga merupakan salah satu sarana untuk membangun sistem pemerintahan presidensial yang lebih efektif dan efisien, yang menitikberatkan pada peningkatan pelayanan publik yang prima, sehingga dapat mewujudkan tata pemerintahan yang baik good governance, yang pada akhirnya bertujuan untuk mewujudkan cita-cita luhur dan tujuan bangsa sebagaimana yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

C. Jabatan Wakil Menteri di Indonesia

Istilah Wakil Menteri, atau yang dalam bahasa Inggris disebut vice minister atau undersecretary mengandung pengertian yaitu merupakan pejabat pemerintahan eksekutif yang umumnya merupakan pejabat karier pegawai negeri yang bertindak sebagai pejabat senior utama atau kedua dalam kantor kementerian, yang ditunjuk dan diangkat secara politik dengan kewenangan yang berbeda-beda dalam beberapa sistem ketatanegaraan tiap-tiap negara. 83 Di Indonesia sendiri, jabatan wakil menteri merupakan suatu jabatan di pemerintahan yang dapat diisi oleh seorang pegawai negeri ataupun bukan 82 Penjelasan Umum UU no 392008 Alenia ke IV 83 http:id.wikipedia.orgwikiWakil_menteri , diakses pada tanggal 2 Juli 2013 Universitas Sumatera Utara pegawai negeri yang memiliki tugas untuk membantu para menteri-menteri dalam menjalankan tugas di kementeriannya masing-masing. Jabatan wakil menteri wamen di Indonesia bukanlah suatu hal yang baru diterapkan oleh bangsa ini. Di Indonesia, istilah Wakil Menteri pertama kali digunakan pada Kabinet Presidensial, kabinet pemerintahan pertama Indonesia. Pada saat itu, Presiden Soekarno mengangkat 2 orang sebagai wakil menteri, yaitu Wakil Menteri Dalam Negeri, Harmani, dan Wakil Menteri Penerangan, Ali Sastroamidjojo. Setelah itu, wakil menteri hanya ada pada Kabinet Sjahrir I, Sjahrir III, dan Kerja III. Pada kabinet-kabinet lainnya, beberapa kali juga terdapat jabatan menteri muda yang dari beberapa sisi memiliki kemiripan dengan wakil menteri. 84 Tetapi kemudian pascareformasi yakni pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Kabinet Indonesia Bersatu I, muncul kembali jabatan wakil menteri tersebut yang terjadi semenjak September 2008. Ketika itu menteri luar negeri yang dipimpin oleh Hassan Wirajuda dibantu oleh seorang wakil yang dijabat oleh Triyono Wibowo. Keberadaan wakil menteri ketika itu berdasarkan pada Peraturan Presiden No. 20 dan 21 tahun 2008 yang mengakui keberadaan jabatan wakil menteri. Pada era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, jabatan wakil menteri kembali diadakan. Pengangkatannya didasarkan pada Pasal 10 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara yang memperbolehkan presiden untuk mengangkat wakil menteri pada kementerian tertentu yang memiliki beban kerja yang membutuhkan penanganan secara khusus 84 Ibid Universitas Sumatera Utara atau dapat dikatakan memiliki beban kerja lebih. Penjelasan pasal tersebut menyebutkan bahwa wakil menteri merupakan pejabat karier dan bukan merupakan anggota kabinet, berbeda dengan menterinya. Dalam aturan lebih lanjut dalam Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009, disebutkan pula bahwa yang dimaksud pejabat karier adalah pegawai negeri yang telah menduduki jabatan struktural eselon IA. 85 Namun mengenai pengangkatan wakil menteri pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Kabinet Indonesia Bersatu II banyak terdapat pro dan kontra. Sebagian pihak yang kontra menyatakan bahwa pengangkatan 20 orang wakil menteri dinilai berlebihan dan berpotensi akan terjadi pemborosan dalam keuangan negara. Mencermati keberadaan para wakil menteri ini, muncul beragam nada pesimis para pengamat, diantaranya, apakah dengan kehadiran wakil menteri itu pemerintahan akan lebih efektif? Tidakkah sebaliknya, makin berat jalannya karena tambah gemuk birokrasinya? Apa sajakah tugas wakil menteri? Bagaimana hubungannya dengan menteri dan para pejabat eselon IA, seperti sekjen, dirjen, dan irjen yang sudah ada sebagai bagian dari stuktur organisasi? Masih banyak lagi pertanyaan senada yang pada intinya meragukan keberadaan jabatan wakil menteri ini. 86 Walaupun para pengamat melihat akan terjadi hambatan yang bakal terjadi pada birokrasi pemerintahan dengan hadirnya wakil menteri, namun ada hal yang membuat masyarakat Indonesia lumayan optimis. Pertama, karena para wakil menteri itu berasal dari orang-orang profesional, termasuk dari kalangan 85 Ibid 86 http:politik.kompasiana.com20111024kontroversi ‐jabatan‐wakil‐menteri‐404024.html , diakses pada 4 Juli 2013 Universitas Sumatera Utara akademisi. Ada optimisme mereka akan bisa bekerja dengan efektif dan efisien setelah menyesuaikan diri dalam dua tiga bulan di depan. Dengan kehadiran orang yang profesional di bidangnya, diharapkan penanganan tugas pokok dan tugas yang diberikan oleh Presiden kepada kementerian dapat dilaksanakan dengan baik. Kedua, para wakil menteri ada baiknya diberikan tugas khusus dengan lebih banyak terjun ke lapangan, ke daerah-daerah. Kehadiran mereka ke daerah-daerah diharapkan akan dapat menyerap dan menghimpun masukan dari masyarakat bawah bottom up system untuk dipakai sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan kementerian. Dengan demikian dapat dihindari adanya program-program pemerintah yang kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat di daerah. Masukan-masukan yang diperoleh oleh wakil menteri ini bisa menjadi bahan berharga dalam menetapkan program pembangunan kementerian ke depan. 87 Mengenai pengangkatan wakil menteri ini memang menjadi suatu polemik di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari tindakan Gerakan Nasional Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi GN-PK yang mengajukan permohonan pengujian UU judicial review kepada Mahkamah Konstitusi mengenai Pasal 10 Undang-Undang No. 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara. GN-PK selaku pemohon pada perkara ini pada pokoknya mempertanyakan keberadaan jabatan wakil menteri di pemerintahan yang diatur pada Pasal 10 UU No.39 Tahun 2008 yang dinilai bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 87 Ibid Universitas Sumatera Utara

BAB IV PENDAPAT MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

Dokumen yang terkait

Partisipasi Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia Dalam Perubahan Orde Lama – Orde Baru

6 97 112

Peran Kepolisian Republik Indonesia Dalam Mendukung Penegakan Syariat Islam Di Propinsi Aceh

6 49 137

Eksistensi Majelis Permusyawaratan Rakyat Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar 1945

1 74 100

Tinjauan Yuridis Pergantian Antarwaktu Pejabat Badan Pemeriksaan Keuangan (Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 13/Puu-Xi/2013)

0 39 201

Kementerian Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 79 PUU-IX 2011)

0 0 8

Kementerian Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 79 PUU-IX 2011)

0 0 1

Kementerian Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 79 PUU-IX 2011)

0 0 23

Kementerian Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 79 PUU-IX 2011)

0 0 33

Kementerian Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 79 PUU-IX 2011)

0 0 4

Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Melalui Putusan Mahkamah Konstitusi: Studi Terhadap Putusan Nomor 92/PUU-X/2012

0 0 21