40
BAB III GAMBARAN UMUM
NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN
F. Konsep Dasar Pembuatan Novel Perempuan Berkalung Sorban
Menurut Abidah persoalan perempuan itu tidak pernah lekang dari zaman. Sejak Adam sampai Muhammad, sejak zaman Muhammad sampai
sekarang, persoalan perempuan dengan berbagai sisinya masih saja aktual untuk dibicarakan. Itu sebabnya perempuan disebut-sebut dalam Al-Qur`an
dan Hadist sebagai bagian dari masalah kehidupan dunia selain kekuasaan dan harta. Dalam sejarahnya sampai kini, persoalan perempuan timbul lebih
disebabkan oleh sumber-sumber tiranik yang bergerak melalui sistem patriarki. Oleh pikiran dan konstruksi budaya kaum lelaki. Termasuk di
dalamnya sistem nilai agama yang hanya ditafsirkan demi kepentingan kuasa kaum lelaki.
1
Bagi Abidah sebagai penulis novel, yang menjadi konsep dasar dalam pembuatan novel Perempuan Berkalung Sorban ialah pertama sebagai
pengingat dan motivasi bagi kaum lelaki dan perempuan, khususnya kaum muslimah, untuk melakukan perubahan sosial dan budaya yang didasarkan
pada prinsip-prinsip kemanusiaan yang tersurat dalam Al-Qur`an maupun Hadist, bahwa laki-laki dan perempuan, suami dan istri, muslim dan muslimah
itu memiliki kedudukan yang sama di hadapan tuhan. Sehingga tidak seorang
1
Wawancara Pribadi
dengan Abidah
El Khalieqy
melalui email
di „elkhalieqyyahoo.com‟,pada tanggal 26 Juni 2009
41
pun di antara makhluk tuhan itu yang boleh menindas dan merendahkan antara satu dengan yang lainnya. Kedua, sebagai penyemangat
kaum muslimah yang harus berani mengkritisi dan memberontak jika diperlukan, terhadap ajaran-
ajaran Islam khususnya hadist-hadist misoginis yang disalahgunakan atau dijadikan alasan untuk menindas kaum perempuan. Maka untuk mencapai
semua itu perempuan harus memiliki ilmu, memiliki pengetahuan agama dan budaya yang memadai. Berani membangun sikap mandiri, berani meluruskan
yang bengkok, dan tetap teguh dalam iman. Yang ketiga adalah sebagai upaya dalam memahami, mengubah dan memperbaiki pandangan-pandangan yang
berkaitan dengan posisi, status dan eksistensi kaum perempuan dengan kacamata perempuan. Artinya, semangat juang kaum perempuan tidak
mungkin dapat meruntuhkan sistem budaya patriarki itu tanpa terlebih dahulu mengubah pandangan hidup, sikap dan tatalaku dari kaum perempuan itu
sendiri yang kurang atau tidak sesuai dengan prinsi-prinsip agama dan kemanusiaan. Dengan kata lain kaum muslimah mesti berani berkaca, berani
berefleksi, namun tidak terjebak dalam pepatah yang banyak digunakan orang:
‟wajah buruk cermin dipecah‟. Hal inilah yang melatarbelakangi Abidah dalam membuat novel Perempuan Berkalung Sorban.
Oleh sebab itu Abidah berinisiatif menulis novel Perempuan Berkalung Sorban, sebagai media alternatif pemberdayaan perempuan di
kalangan pesantren, serta sosialisasi isu gender dan hak-hak reproduksi. Sedangkan pemrakarsa utama dari penulisan novel ini ialah Mba Ruchah dan
Mukhotib MD, dari YKF Yayasan Kesejahteraan Fatayat. Keduanya begitu
42
antusias mendorong energi spiritualitas, imajinasi dan pikiran Abidah untuk berani berkarya melalui proses kreatif yang agak berbeda dengan penulisan
novel pada umumnya.
2
G. Visi dan Misi Novel Perempuan Berkalung Sorban