Metode Dakwah Unsur-Unsur Dakwah

25

d. Metode Dakwah

Dalam bahasa yunani metode berasal dari kata “methodos”, artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut Thariq. 15 Adapun pengertian metode dakwah adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Merujuk pada surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi:                          Artinya: Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Q.S An-Nahl: 125 Dari ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa metode dakwah itu meliputi tiga cakupan, yaitu: 1 Al-Hikmah Sebagai metode dakwah, al-Hikmah diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, lapang dada, hati yang bersih, dan menarik perhatian orang kepada agama dan Tuhan. Ibnu Qoyim berpendapat bahwa pengertian hikmah adalah pengetahuan tentang kebenaran dan pengamalannya, ketepatan dalam perkataan dan pengamalannya. Hal ini tidak bisa dicapai kecuali 15 Hasanuddin, Hukum Dakwah, Jakarta: Pedoman ILmu Jaya, 1996,h.35 26 dengan memahami al- Qur‟an dan mendalami syariat-syariat Islam serta hakikat iman. 16 Menurut M. Abduh, hikmah adalah mengetahui rahasia dan faedah di dalam tiap-tiap hal. Hikmah juga dapat diartikan meletakkan sesuatu pada tempat atau semestinya. 17 Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa al- hikmah adalah kemampuan dan ketepata n da‟i dalam memilih, memilah dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad‟u. al-hikmah merupakan kemampuan da‟i dalam menjelaskan doktrin-doktrin Islam serta realitas yang ada dengan bahasa yang komunikatif dan argumentasi logis. Oleh karena itu al-hikmah sebagai sebuah sistem yang menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam berdakwah. 2 Al-Mau‟idzatu Al-Hasanah Menurut Lois Ma`luf dalam bukunya Munjid fi al-Lughah wa a‟lam, secara bahasa mau‟idzah hasanah terdiri dari dua kata yaitu, mau‟idzah dan hasanah. Kata mau‟idzah dapat diartikan sebagai nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan. Sementara hasanah merupakan kebalikan dari sayyi‟ah yang artinya hasanah adalah kebaikan dan sayyi‟ah adalah keburukan. 18 Menurut Abdul Hamid, m au‟idzah hasanah merupakan salah satu metode dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah dengan 16 Ibnu Qoyim, At-Tafsirul Qoyyim, h.226 17 Abu Hayyan, al-Bahrul Muhith, Jilid I h. 392 18 Lois Ma‟luf, Munjid fi al-Lughah wa a‟lam Beirut: Dar Fikr, 1986 h.907 27 memberikan nasihat atau membimbing dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik. 19 Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Mauidzah Hasanah mengandung arti nasihat dengan kata-kata yang masuk ke dalam kalbu yang penuh dengan rasa kasih sayang dan kelembutan; tidak membongkar atau membeberkan kesalahan orang lain sebab kelemah-lembutan dalam menasehati seringkali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakkan kalbu yang liar, ia lebih mudah melahirkan kebaikan daripada larangan dan ancaman. 3 Al-Mujadalah bi-al-Lati Hiya Ahsan Dalam metode dakwah mujadalah dapat diartikan sebagai debat atau perdebatan. Kata „jadala‟ dapat bermakna menarik tali dan mengikatnya guna menguatkan sesuatu. Orang yang berdebat bagaikan menarik dengan ucapan untuk meyakinkan lawannya dengan menguatkan pendapatnya melalui argumentasi yang disampaikan. 20 Menurut Ali al-Jarisiyah, dalam kitabnya Adab al-Hiwar wa- almunadzaroh, mengartikan bahwa ”al-jidal” secara bahasa dapat bermakna `datang untuk memilih kebenaran`. Dan apabila berbentuk isim ”al-jadlu” maka berarti `pertentangan atau persetujuan yang tajam`. 21 19 Abdul Hamid al-Bilali,Fiqh al-Dakwah fi ingkar al-Mungkar Kuwait: Dar al-Dakwah, 1989 h.260 20 M.Munir, Metode Dakwah, Jakarta: Kencana 2006 cet. Ke 2. hal 17 21 Ali al-Jarisyah, Adab al-Khiwar wa al-Mudhoroh, Al-Munawaroh: Dar al-Wifa, 1989 cet. I h.19. 28 Dari pengertian diatas, Maka dapat disimpulkan bahwa al- mujadalah bi al- lati hiya ahsan merupakan upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat. Antara satu dengan yang lainnya saling menghargai dan menghormati, pendapat keduanya berpegang kepada kebenaran, mengakui kebenaran pihak lain dan ikhlas menerima hukuman kebenaran tersebut.

e. Media Dakwah