Universitas Sumatera Utara
72
sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tidak memiliki pengaruh dengan kekatifan kader posyandu. Pengetahuan kader akan
memengaruhi perilaku kader untuk lebih aktif dalam melaksanakan kegiatan dan program-program posyandu. Semakin baik pengetahuan kader semakin aktif kader
untuk melaksanakan kegiatan dan program-program posyandu. Di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah, variabel pengetahuan tidak memiliki pengaruh
terhadap keaktifan kader posyandu, penulis berasumsi bahwa kader yang memiliki pengetahuan yang baik umumnya memiliki sikap yang positif terhadap kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan di posyandu. Namun, pengetahuan dan sikap yang baik tersebut belum tentu dapat diwujudkan dalam suatu tindakan berupa
keaktifan kader dalam menjalankan tugasnya. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya fasilitas yang kurang memadai dan kurangnya
pengawasan dari pihak puskesmas dan perangkat desa serta kurangnya pelatihan dari petugas puskesmas. Hal tersebut dapat menyebabkan kader menjadi kurang
aktif dalam melaksanakan tugasnya.
5. 4 Pengaruh Umur, Pendidikan, Pekerjaan dan Status Perkawinan
terhadap Keaktifan Kader 5.4.1
Pengaruh Umur terhadap Keaktifan Kader Posyandu
Pertambahan usia individu mengakibatkan terjadinya perubahan aspek fisik dan psikologis terkait perkembangan mental dan pola pikir individu
Fitriyah, 2011. Umur dapat mempengaruhi motivasi individu karena semakin bertambahnya usia, maka produktivitas akan semakin menurun.
Universitas Sumatera Utara
73
Dari hasil analisis bivariat dengan menggunakan dengan menggunakan uji Pearson Product Moment didapatkan nilai p=0,443 p0,05. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh variabel umur kader terhadap keaktifan kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah
Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Amalia
2011 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur kader dengan kinerja kader dalam pelaksanaan kegiatan posyandu. Widiastuti
2006 menjelaskan kader posyandu yang berusia lebih muda tentunya lebih mudah mengajak ibu balita dalam melakukan penimbangan balita karena
perbedaan usia dari keduanya yang tidak terlampau jauh atau sebaya.
5.4.2 Pengaruh Pendidikan terhadap Keaktifan Kader Posyandu
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri
sendiri. Menurut Wiet Hary menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan
yang mereka peroleh Notoatmodjo, 2006. Dari hasil analisis bivariat dengan menggunakan dengan menggunakan uji
Pearson Product Moment didapatkan nilai p=0,876 p0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh variabel pendidikan kader terhadap
keaktifan kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kabupaten Deli Serdang.
Universitas Sumatera Utara
74
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hidayati 2011 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara keaktifan kader pendidikan.
Penelitian Nilawati 2008 juga menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keaktifan kader.
Perilaku kader dalam meningkatkan keaktifan saat melaksanakan kegiatan posyandu tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Sementara itu tingkat
pendidikan kader tidak memengaruhi hasil kerjanya. Kader yang memiliki pendidikan tinggi, masih ada yang tidak aktif.
5.4.3 Pengaruh Pekerjaan terhadap Keaktifan Kader Posyandu
Lingkungan pekerjaan menyebabkan seseorang memiliki pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan dari
memiliki pekerjaan yaitu untuk memperoleh pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri maupun keluarga.
Seharusnya kader yang memiliki pekerjaan lain, cenderung lebih jarang aktif dibandingkan dengan kader yang tidak memiliki pekerjaan. Hal ini
disebabkan mereka tidak memiliki waktu yang banyak untuk mengikuti kegiatan posyandu.
Dari hasil analisis bivariat dengan menggunakan dengan menggunakan uji Pearson Product Moment didapatkan nilai p=0,615 p0,05. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh variabel pekerjaan terhadap keaktifan kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah
Kabupaten Deli Serdang.
Universitas Sumatera Utara
75
Penelitian ini tidak sejalan dengan Ramadhoni 2010 ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan tetap kader dengan perilaku kader, kemungkinan kader
yang tidak bekerja untuk aktif adalah 2 kali dari pada kader yang bekerja, kader yang bekerja waktu luangnya lebih sedikit untuk melakukan aktifitas di luar
rumah sehingga tidak aktif dalam melakukan pencatatan dan pelaporan. Variabel pekerjaan merupakan salah satu unsure yang penting dalam kegiatan posyandu,
tetapi tidak berkorelasi terhadap keaktifan kader posyandu.
5.4.4 Pengaruh Status Perkawinan terhadap Keaktifan Kader Posyandu
Dari hasil analisis bivariat dengan menggunakan dengan menggunakan uji Pearson Product Moment didapatkan nilai p=0,922 p0,05. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh variabel status perkawinan terhadap keaktifan kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah
Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ramadhoni 2010, yang menyatakan adanya hubungan antara status perkawinan dengan keaktifannya kader. Pinem 2010, menyatakan status perkawinan
mempengaruhi kader melaksanakan kegiatan posyandu karena ada dukungan keluarga. Kondisi ini juga dapat menjadi penghambat akibat larangan suami
karena pengabaian pekerjaan. Kader harus membagi waktu, perhatian, tenaga yang diberikan kepada masyarakat dan keluarga.
Universitas Sumatera Utara
76
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6. 1 Kesimpulan