Universitas Sumatera Utara
33
2. 5.3 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan - tingkatan diatas Notoatmodjo, 2007.
2. 6 Pengaruh Motivasi dan Pengetahuan terhadap Keaktifan Kader
Posyandu
Banyak faktor yang memengaruhi keaktifan kader dan masyarakat untuk terlibat dalam seluruh kegiatan posyandu, antara lain pengetahuan kader tentang
posyandu akan berpengaruh terhadap kemauan dan perilaku kader untuk menggerakkan kegiatan posyandu, sehingga akan memengaruhi terlaksananya
program kerja posyandu yang berkelanjutan. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
Notoatmodjo, 2007. Pengetahuan merupakan faktorlandasan awal yang dapat mempermudah
terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat berperilaku kesehatan, dalam hal ini ketidakaktifan kader untuk hadir ke posyandu Notoatmodjo, 2010.
Hal ini sesuai dengan penelitian Nugroho dan Nurdiana 2008 yang menyatakan bahwa seorang kader akan aktif dalam kegiatan posyandu setelah ia tahu tujuan
dan manfaat posyandu bagi kesehatan, khususnya ibu dan anak, serta tahu akibat bila tidak aktif ke posyandu. Semakin baik pengetahuan kader, maka semakin
meningkat keterampilan kader dalam menilai kurva pertumbuhan balita yang membuat mereka semakin aktif ke posyandu Hamariyana dkk, 2013 dalam Akbar
dkk, 2015.
Universitas Sumatera Utara
34
Dalam penelitian Handika 2016, tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan keaktifan kader dalam menjalankan posyandu balita di desa pacalan
Wilayah kerja Puskesmas Plaosan menyatakan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan dengan keaktifan kader posyandu di Desa Pacalan wilayah kerja
Puskesmas Plaosan Kabupaten Magetan. Selain pengetahuan, motivasi juga memengaruhi tingkat keaktifan kader.
Motivasi merupakan suatu alasan reasoning seseorang untuk bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya Notoatmodjo, 2007. Hasil dorongan dan
gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku. Adapun perilaku itu sendiri terbentuk melalui proses tertentu, dan berlangsung dalam interaksi manusia
dengan lingkungannya. Motivasi yang baik akan meningkatkan perilaku kader untuk aktif dalam
melaksanakan setiap kegiatan dan program posyandu. Apabila kader aktif maka upaya untuk menekan angka kematian bayibalita dan angka keamtian ibu
semakin mudah untuk tercapai. Menurut Hezberg motivasi terbagi dalam dua faktor yaitu faktor penyebab
kepuasan atau faktor intrinsik yang terdiri dari penghargaan, tanggung jawab dan pekerjaan itu sendiri. Dan faktor penyebabketidakpuasan atau faktor maintenance
terdiri dari hubungan interpersonal dan insentif. Studi lain Djuhaeni dkk 2010 terkait motivasi kader aktif berpengaruh
pada keberhasilan kegiatan posyandu. Dorongan terbesar pada motivasi faktor penyebab ketidakpuasan yaitu hubungan sosial interpersonal sedangkan
dorongan terbesar pada motivasi internal yaitu tanggung jawab. Studi serupa
Universitas Sumatera Utara
35
Nugroho dan Nurdiana 2008, motivasi berkorelasi positif terhadap keaktifan kader. Hasil analisis didapatkan 26,7 berpengetahuan baik, 30 memiliki
motivasi baik, dan 26,7 aktif dalam kegiatan posyandu. Oleh karenanya seorang kader posyandu harus memiliki pengetahuan baik
tentang posyandu agar dapat memotivasi dirinya untuk terlibat secara aktif dalam setiap kegiatan posyandu.
2. 7 Kerangka Konsep Penelitian