Universitas Sumatera Utara
61
Irawati 2000, menyatakan bahwa kurangnya tingkat keaktifan kader pada setiap kegiatan posyandu terkait dengan kompensasi yang diterima oleh tanaga
kader itu sendiri, dan tidak adanya perhatian serta penghargaan dari pemerintah daerah, baik berupa reward secara materil atau non materil, seperti baju seragam
kader untuk dipakai pada setiap kegiatan posyandu serta fasilitas lainnya.
5. 2 Pengaruh Motivasi Terhadap Keaktifan Kader Posyandu
Motivasi adalah suatu alasan reasoning seseorang untuk bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya Notoatmodjo, 2007.
Variabel motivasi meliputi: varibel penghargaan, tanggung jawab, pekerjaan itu sendiri, hubungan
interpersonal dan insentif. Dari hasil analisis multivariat dengan menggunakan analisis statistik
regresi linear berganda didapatkan nilai p=0,025 p0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya bahwa
variabel motivasi secara keseluruhan memiliki pengaruh terhadap keaktifan wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kabupaten Deli Serdang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penilitian penelitian yang dilakukan oleh Soni 2007 bahwa faktor motivasi berhubungan secara bermakna terhadap
keaktifan kader posyandu. Artinya motivasi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi
keberhasilan upaya kinerja kader posyandu. Dengan motivasi yang tinggi maka kader akan lebih aktif dan semangat dalam melaksanakan kegiatan posyandu.
Tetapi dalam penelitian ini, meskipun kader memiliki motivasi yang tinggi,
Universitas Sumatera Utara
62
namun sikap yang ditujukkan belum tentu baik dalam hal pelayanan kepada masyarakat.
Hal ini berbeda engan yang dipaparkan oleh Isaura 2011 dalam penelitiannya bahwa faktor-faktor seperti umur, tingkat pengetahuan, motivasi
dan sikap tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kinerja kader posyandu yang berarti faktor-faktor tersebut tidak mempengaruhi kinerja kader.
tersebut tidak mempengaruhi kinerja kader. setempat untuk menyediakan tempat pelayanan posyandu yang layak, sarana dan prasarana untuk pelaksanaan kegiatan
posyandu.
5.2.1 Pengaruh Penghargaan terhadap Keaktifan Kader Posyandu
Penghargaan reward adalah sesuatu yang disediakan oleh organisasi untuk memenuhi kebutuhan individual atas keberhasilan atau kerja keras mereka.
Penghargaan merupakan imbalan dalam bentuk material dan non material yang diberikan oleh pemerintah desa maupun puskesmas, dalam bentuk dana
operasional kepada kader agar kader dapat bekerja dengan motivasi tinggi dan turut aktif dalam melaksanakan kegiatan serta program posyandu sehingga dapat
mencapai tujuan posyandu yaitu menekan angka kematian ibu dan bayi. Pemberian penghargaan dimaksudkan sebagai dorongan agar kader menjadi lebih
aktif dalam melaksanakan kegiatan posyandu dan membangkitkan motivasi kader sehingga dapat mendorong kinerja kader menjadi lebih baik.
Dari hasil analisis multivariat dengan menggunakan analisis statistik regresi linear berganda didapatkan nilai p= 0,048 p0,05. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya bahwa
Universitas Sumatera Utara
63
variabel penghargaan memiliki pengaruh terhadap keaktifan wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kabupaten Deli Serdang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Harisman dan Nuryani 2012 terdapat pengaruh yang signifikan penghargaan kader terhadap keaktifan
kader posyandu di Desa Mulang Maya Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara tahun 2012. Semakin tinggi penghargaan yang diberikan terhadap
kader semakin tinggi keaktifan kader dalam melaksanakan kegiatan posyandu dan sebaliknya, semakin rendah penghargaan yang diberikan terhadap kader, semakin
rendah keaktifan kader dalam melaksanakan kegiatan posyandu. Djuhaeni dkk 2010 mengungkapkan penghargaan yang diinginkan kader
posyandu berupa rasa hormat ataupun status dalam berbagai bentuk seperti pujian, pengakuan atas prestasi, pemberian kekuasaan. Berdasarkan hasil wawancara
dengan responden menggunakan kuesioner penelitian tentang penghargaan terhadap kader, sebanyak 28 responden menyatakan selalu menerima
penghargaan jika aktif dalam kegiatan posyandu dan 45 responden menyatakan kadang-kadang menerima penghargaan jika aktif dalam kegiatan posyandu dan
17 responden menyatakan tidak menerima penghargaan jika aktif dalam kegiatan posyandu. Penghargaan memang tidak selalu didapatkan oleh kader
disebabkan oleh kurangnya alokasi dana dari pemerintah daerah ataupun desa untuk pengelolaan posyandu dan kurangnya perhatian puskesmas dalam menilai
mana kader yang aktif, kurang aktif,dan tidak aktif. Menurut Suryatim 2001 dalam Sriyatty, dkk 2015 pemberian
penghargaan terhadap loyalitas kader akan sangat membantu untuk
Universitas Sumatera Utara
64
mempertahankan keaktifan kader posyandu, pemberian tugas yang tidak membosankan disertai pujian, melengkapi atribut saat bertugas akan membuat
kinerja kader semakin meningkat. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh
penghargaan yang diberikan kepada kader terhadap keaktifan kader dikarenakan sebagian besar responden mengatakan bahwa
penghargaan yang diberikan pada mereka merupakan hal yang diharapkan oleh kader, karena bagi mereka
penghargaan berupa piagam, seragam, dan bantuan lainnya merupakan wujud pengakuan dari masyarakat, pemerintah desa dan petugas puskesmas. Besar
kecilnya penghargaan bagi beberapa kader tidak menjadi masalah, asalkan ada kepuasan mereka sudah cukup terpenuhi.
5.2.2 Pengaruh Tanggung Jawab terhadap Keaktifan Kader Posyandu
Tanggung jawab diartikan sebagai tugas yang dipercayakan kepada individu dalam suatu organisasi McMahon, 1999 dalam Fatmawati 2012.
Individu harus mampu menerima akibat dari perbuatan atau keputusan yang telah diperbuat. Twofactors Theory yang diungkapkan Herzberg menjelaskan tanggung
jawab dinilai positif dalam menggerakkan motivasi secara kuat sehingga tercipta prestasi yang baik Suarli dan Bahtiar, 2009.
Dari hasil analisis multivariat dengan menggunakan analisis statistik regresi linear berganda didapatkan nilai p= 0,043 p0,05. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya bahwa variabel tanggung jawab memiliki pengaruh terhadap keaktifan wilayah kerja
Puskesmas Bandar Khalipah Kabupaten Deli Serdang.
Universitas Sumatera Utara
65
Hasil penelitian ini sejalan dengan Djuhaeni dkk 2010 terkait motivasi kader aktif berpengaruh pada keberhasilan kegiatan posyandu. Dorongan terbesar
pada motivasi faktor penyebab ketidakpuasan yaitu hubungan sosial interpersonal sedangkan dorongan terbesar pada motivasi internal yaitu
tanggung jawab. Motivasi mewakili proses psikologis yang menyebabkan timbulnya
tanggung jawab dan langkah awal dari kemauan untuk bertindak meraih tujuan. Hasil penelitian Djuhaeni dkk 2010 menjelaskan bahwa tanggung jawab sebagai
indikator pembentuk motivasi internal memiliki pengaruh besar terhadap partisipasi kader dan masyarakat dalam kegiatan posyandu. Tanggung jawab
kader juga didasarkan keinginan dan komitmen mengabdi pada masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden menggunakan kuesioner
penelitian tentang tanggung jawab kader dalam melaksanakan kegiatan posyandu, sebanyak 32 responden yang menyatakan berupaya memberikan pelayanan
secara maksimal dan penuh tanggung jawab, sebanyak 38,7 responden yang menyatakan kadang-kadang berupaya memberikan pelayanan secara maksimal
dan penuh tanggung jawab, dan sebanyak 29,3 responden yang menyatakan tidak berupaya memberikan pelayanan secara maksimal dan penuh tanggung
jawab. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh
tanggung jawab terhadap keaktifan kader. Peneliti berasumsi bahwa tanggung
jawab merupakan hal yang subjektif bagi sebagian kader beranggapan menjadi kader merupakan salah satu pekerjaan yang berat dan tanggung jawab yang besar.
Universitas Sumatera Utara
66
Sedangkan sebagian kader beranggapan menjadi kader hanya pekerjaan yang sederhana.
Adanya pelatihan ssecara berkala membantu seseorang bersiap dalam
melaksanakan pekerjaan Greaff dkk, 1993 dalam Malawat dkk, 2006. Pelatihan
kader bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan maupun keterampilan, sehingga timbul adanya rasa percaya diri dan tanggung jawab dalam diri kader
. Penelitian Sukiarko 2007, menyatakan pelatihan menggunakan metode belajar berdasarkan
masalah mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader gizi dalam kegiatan posyandu.
5.2.3 Pengaruh Pekerjaan itu Sendiri terhadap Keaktifan Kader Posyandu
Dari hasil analisis multivariat dengan menggunakan analisis statistik regresi linear berganda didapatkan nilai p= 0,950 p0,05. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat diartikan bahwa tidak ada pengaruh variabel pekerjaan itu sendiri terhadap keaktifan kader
posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kabupaten Deli Serdang. Belum ada penelitian tentang veriabel pekerjaan itu sendiri terhadap keaktifan
kader. Sehingga belum bisa hasil penelitian belum bisa dibandingkan dengan penelitian lain.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden menggunakan kuesioner penelitian tentang pekerjaan itu sendiri pekerjaan menjadi kader sebanyak
26,7 responden menyatakan bahwa mereka senang melaksanakan tugasnya sebagai kader posyandu, sebanyak 42,7 responden menyatakan bahwa kadang-
kadang mereka senang melaksanakan tugasnya sebagai kader posyandu, dan
Universitas Sumatera Utara
67
sebanyak 30,7 responden menyatakan bahwa mereka tidak senang melaksanakan tugasnya sebagai kader posyandu. Petugas kesehatan dan
pemerintah desa sebaiknya meyakinkan kader dan memberikan pemahaman kepada meraka akan pentingnya menjadi kader dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dan menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Selain itu, petugas kesehatan maupun sesama kader harus menciptakan suasana kerja yang
aman, nyaman dan tidak monoton untuk menghindari kebosanan yang mungkin muncul dalam kegiatan posyandu.
5.2.4 Pengaruh Hubungan Interpersonal terhadap Keaktifan Kader
Posyandu
Hubungan interpersonal adalah komunikasi yang berbentuk tatap muka, interaksi antar individu, verbal maupun kerjasama akan timbul apabila orang
menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian
terhadap diri sendiri. Agus, 2009.
Dari hasil analisis multivariat dengan menggunakan analisis statistik regresi linear berganda didapatkan nilai p= 0,706 p0,05. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat diartikan bahwa tidak ada pengaruh variabel hubungan interpersonal terhadap keaktifan
kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kabupaten Deli Serdang.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Djuhaeni dkk 2010 terkait motivasi kader aktif berpengaruh pada keberhasilan kegiatan posyandu.
Universitas Sumatera Utara
68
Dorongan terbesar pada motivasi faktor penyebab ketidakpuasan yaitu hubungan sosial interpersonal sedangkan dorongan terbesar pada motivasi internal yaitu
tanggung jawab. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan hubungan interpersonal
bukan merupakan variabel yang berpengaruh terhadap keaktifan kader posyandu. Hubungan yang harmonis antar kader, kader dengan ibu bayibalita maupun
hubungan kader dengan petugas puskesmas seharusnya menimbulkan motivasi untuk aktif dalam melaksanakan kegiatan posyandu, tetapi hal ini tidak
memengaruhi kader menjadi lebih aktif dakam melaksanakan kegiatan dan program-progrm posyandu. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden
menggunakan kuesioner penelitian tentang hubungan interpersonal kader sebanyak 46,7 responden menyatakan bahwa mereka senang bila bertemu
dengan kader-kader posyandu lainnya, sebanyak 32 responden menyatakan kadang-kadang senang bila bertemu dengan kader-kader posyandu lainnya, dan
21,3 responden menyatakan bahwa mereka tidak senang bila bertemu dengan kader-kader posyandu lainnya.
5.2.5 Pengaruh Insentif terhadap Keaktifan Kader Posyandu
Insentif merupakan stimulus yang menarik seseorang untuk melakukan sesuatu karena dengan melakukan perilaku tersebut, maka kita akan mendapatkan
imbalan. Imbalan yang menarik bagi kita tentu saja adalah imbalan yang mendatangkan sesuatu yang menyenangkan seperti halnya keaktifan kader,
apabila kader menerima insentif sesuai dengan harapan maka keaktifan kader meningkat.
Universitas Sumatera Utara
69
Dari hasil analisis multivariat dengan menggunakan analisis statistik regresi linear berganda didapatkan nilai p=0,711 p0,05. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat diartikan bahwa tidak ada pengaruh variabel insentif terhadap keaktifan kader posyandu di
wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kabupaten Deli Serdang. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Agustina 2013, dalam
penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan kader posyandu yang mengemukakan bahwa insentif merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi keaktifan kader posyandu. Insentif bukan merupakan variabel yang berpengaruh terhadap keaktifan
kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah. Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 33,3 responden menyatakan insentif yang diterimanya akan
meningkatkan semangat kerja, sebanyak 38,7 responden menyatakan insentif yang diterimanya kadang-kadang meningkatkan semangat kerjanya dan sebanyak
28 responden menyatakan insentif yang diterimanya tidak meningkatkan semangat kerja.
Sebagian kader ada yang mengharapkan insentif dan sebagian besarnya lagi ada yang tidak mengharapkan insentif. Bagi yang mereka yang tidak
mengharapkan insentif karena mereka tergerak menjadi kader bukan karena menginginkan uang, terkadang mereka mengeluarkan uang untuk terlibat dalam
posyandu, misalnya pengeluaran untuk biaya transportasi, konsumsi dan lain-lain. Keadaan ini sesuai dengan teori Hawtorn dan Herzberg bahwa bukan kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
70
uang gaji atau insentif yang membuat orang menjadi produktifmau berperan serta, seperti teori Frederick Taylor, melainkan perhatian dan faktor kepuasan.
Sebagai imbalan dari pekerjaanya, kebanyakan para kader tidak menerima pembayaran tunai untuk pelayanan mereka tetapi mereka mendapat upah dalam
bentuk lain seperti seragam sebagai tanda penghargaan, sertifikat sebagai tanda jasa, dan peralatan rumah tangga kecil-kecilan. Akan tetapi salah satu faktor
penting dalam keuntungan yang diperoleh para kader adalah statusnya. Untuk para kader Posyandu, status ini tidak diperoleh karena partisipasi mereka dalam
program kemasyarakatan yang berprioritas tinggi tersebut tetapi juga karena penghargaan tinggi yang diberkan oleh pihak pemerintah. Alasan utama
penggunaan insentif upah adalah jelas, insentif hampir selamanya meningkatkan produktifitas. Agar berhasil, insentif hendaknya cukup sederhana, sehingga
mereka yakin prestasi kerja yang akan menghasilkan imbalan. Insentif yang berhasil dapat menimbulkan imbalan psikologis dan juga imbalan ekonomi, ada
perasaan puas yang timbul dari penyelesaian pekerjaan yang dilakukan dengan baik. Insentif yang diberikan kepada kader sangat memotivasi keaktifannya.
Sementara bagi kader yang mengharapkan insentif seperti uang transport, adanya pemberian insentif yang memadai akan memotivasi kader menjadi aktif
dan memeberikan rasa puas bagi mereka, karena rata-rata pendapatan masyarakat sangat rendah dan penting memberikan arti kehidupan baginya. Menurut Aprillia
2009 bahwa rendahnya jumlah insentif yang diterima kader posyandu, dirasakan masih kurang untuk memotivasi kinerja dan partisipasi aktif kader dalam kegiatan
Universitas Sumatera Utara
71
posyandu sehingga tanggung jawab terhadap suksesnya program, cakupan dan kegiatan posyandu menjadi kurang maksimal.
5. 3 Pengaruh Pengetahuan terhadap Keaktifan Kader Posyandu