Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengangguran merupakan problem yang kompleks bagi suatu negara. Negara akan makmur apabila dapat menyelesaikan masalah pengangguran, dengan demikian pengangguran selalu menjadi skala prioritas yang dituntaskan oleh suatu negara. Berita Resmi Statistik 2009, melaporkan bahwa tingkat pengangguran di Indonesia pada Desember 2009 sebesar 8,78 persen dari total angkatan kerja atau 8,96 juta orang termasuk kategori sebagai pengangguran terbuka. Laporan tersebut menyatakan bahwa lulusan sarjana mengalami peningkatan sebesar 0,49 persen dari tahun lalu. Berdasarkan tingkat pendidikan, lulusan sarjana merupakan tingkatan tertinggi, namun tingkat pengangguran lulusan sarjana selalu beranjak naik. Dengan demikian tingkat pengangguran dari kalangan terdidik masih mengalami peningkatan dan diprediksi cenderung meningkat apabila tidak ada upaya dalam menanggapi kondisi ini. Pada kondisi seperti sekarang ini, diketahui bahwa jumlah pengangguran dari kalangan terdidik beranjak naik dan lapangan pekerjaan terbatas, maka wirausaha merupakan alternatif pekerjaan yang rasional Wijaya, 2007. Hal sama disampaikan oleh Widodo dalam Berita Mandiri, bahwa suatu negara akan menjadi negara maju, apabila jumlah wirausahawan minimal sebesar 2 dari jumlah populasi penduduk di negara tersebut. Hal itu berarti, Indonesia masih membutuhkan empat juta lebih wirausahawan. Peluang yang besar untuk menjadi commit to user 2 wirausahawan mendorong dari berbagai pihak turut andil dalam proses menumbuhkan wirausaha baru, khususnya dikalangan mahasiswa yang dirasa mempunyai sumber daya yang memadai dalam menciptakan lapangan kerja. Menurut Eels dan Mas’oed dalam Wardoyo, 2010, dibandingkan dengan tenaga lain tenaga terdidik sarjana S1 memiliki potensi untuk berhasil menjadi seorang wirausaha karena memiliki kemampuan penalaran yang telah berkembang dan wawasan berpikir yang luas. Seorang sarjana juga memiliki dua peran pokok, pertama sebagai manajer dan kedua sebagai pencetus gagasan. Peran pertama berupa tindakan untuk menyelesaikan masalah, sehingga pengetahuan manajemen dan keteknikan yang memadai mutlak diperlukan. Peran kedua menekankan pada kemampuan merangkai alternatif-alternatif. Pengetahuan keilmuan yang lengkap merupakan bekal yang diperlukan untuk berhasil menjadi seorang wirausaha. Kewirausahaan atau entrepreneurship adalah suatu proses kreativitas dan inovasi yang mempunyai resiko tinggi untuk menghasilkan nilai tambah bagi produk yang bermanfaat bagi masyarakat dan mendatangkan kemakmuran bagi wirausahawan. Kewirausahaan merupakan kemampuan melihat dan menilai peluang bisnis serta kemampuan mengoptimalkan sumberdaya dan mengambil tindakan dan risiko dalam rangka menuju sukses Siswoyo, 2009. Salah satu bentuk upaya pengembangan kewirausahaan adalah pemberian materi kewirausahaan pada peserta didik. Namun, materi kewirausahaan dirasa masih kurang dalam menumbuhkan keinginan atau tekad peserta didik untuk menjadi wirausaha. Hasil penelitian Sumarni 2006, menyatakan bahwa hal tersebut dikarenakan mata kuliah kewirausahaan diikuti sekadar untuk mendapat commit to user 3 nilai semata tanpa dimaknai dan dihayati betul manfaatnya. Peserta didik cenderung menghafal materi agar mendapatkan nilai yang baik tanpa mempelajari betul kandungan materi atau mencoba merealisasikan materi yang dipelajari. Pada tahun 2009, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi mengembangkan sebuah Program Mahasiswa Wirausaha PMW yang merupakan kelanjutan Program Kreativitas Mahasiswa. Program Mahasiswa Wirausaha PMW adalah salah satu program kewirausahaan yang dikembangkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dengan maksud berusaha menjembatani para mahasiswa memasuki dunia riil melalui fasilitasi start-up bussines . Program Mahasiswa Wirausaha PMW merupakan bagian dari strategi pendidikan di perguruan tinggi dalam memfasilitasi para mahasiswa yang mempunyai minat dan bakat kewirausahaan untuk memulai berwirausaha dengan basis ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni PPKwu LPPM, 2009. Berdasarkan data yang diambil dari PPKwu LPPM UNS, Program Mahasiswa Wirausaha PMW menarik perhatian mahasiswa, terbukti dari banyaknya mahasiswa yang mendaftarkan diri untuk mengikuti Program Mahasiswa Wirausaha PMW. Mahasiswa yang mendaftar Program Mahasiswa Wirausaha PMW memperlihatkan adanya ketertarikan atau minat dengan wirausaha. Mulyati 2004 mengemukakan sejumlah hal pokok yang terdapat dalam minat meliputi adanya perasaan senang dalam diri seseorang yang memberi perhatian pada obyek tertentu, adanya ketertarikan pada obyek tertentu, adanya aktivitas atas obyek yang dipilih, adanya kecenderungan berusaha lebih aktif, commit to user 4 aktivitas tersebut dipandang fungsional dalam kehidupan dan cenderung bersifat mempengaruhi tingkah laku individu. Adanya minat mendorong seseorang untuk berbuat, dorongan tersebut sering disebut motif. Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan, atau dorongan-dorongan dalam diri individu yang menyebabkan individu berbuat sesuatu Gerungan, 1996. Berdasarkan hasil wawancara dari sebagian peserta Program Mahasiswa Wirausaha terdapat beberapa motif mahasiswa untuk berwirausaha, antara lain: mencoba-coba untuk berkarir, adanya peluang terkait Program Mahasiswa Wirausaha PMW, keinginan menghasilkan produk atau karya, keinginan menciptakan lapangan kerja dan ketidakinginan mencari kerja, dan adanya ketakutan menghadapi persaingan mencari kerja, dan berbagai motif lainnya. Prasyarat awal menjadi peserta Program Mahasiswa Wirausaha PMW adalah mahasiswa S1 yang telah menyelesaikan kuliah empat semester atau minimal telah menempuh 80 SKS dan mahasiswa program diploma dan politeknik yang telah menyelesaikan kuliah tiga semester atau minimal telah menempuh 60 SKS. Hurlock 1980 berpendapat bahwa perkembangan karir berjalan seiring dengan proses perkembangan manusia. Mahasiswa yang duduk disemester tiga atau empat ke atas, usianya berkisar 18-23 tahun. Dalam psikologi perkembangan, usia tersebut berada pada masa dewasa awal. Masa dewasa awal merupakan masa dimana seseorang mencoba-coba untuk berkarir, artinya kemantapan karirnya masih belum pasti. commit to user 5 Hal tersebut sering dialami individu yang memutuskan menjadi wirausaha pada usia dini bukan karena karir tersebut sesuai dengan keinginan, bakat dan minatnya, tetapi karena faktor yang lain. Apabila demikian halnya, jika individu tersebut gagal maka akan mencoba bidang karir lain yang dianggap lebih sesuai, atau tetap menjadi wirausaha dengan pikiran yang tidak fokus. Oleh karena itu, komitmen menjadi wirausaha pada mahasiswa peserta Program Mahasiswa Wirausaha masih perlu diteliti lebih lanjut. Menurut Mc Clelland 1987 seorang entrepreneur adalah seorang yang menerapkan kemampuannya untuk mengatur, menguasai alat-alat produksi dan menghasilkan hasil yang berlebihan yang selanjutnya dijual atau ditukarkan dan memperoleh pendapatan dari usahanya tersebut, Sedangkan menurut Sukardi dalam As’ad, 1991, pengertian entrepreneur menunjuk kepada kepribadian tertentu, yakni pribadi yang mampu berdiri di atas kekuatan sendiri, berarti mampu mengambil keputusan untuk diri sendiri, mampu menetapkan tujuan yang ingin dicapai atas pertimbangan sendiri, dengan kata lain seorang entrepreneur adalah seorang yang merdeka lahir dan batin. Entrepreneur atau wirausaha terjadi melalui suatu proses. Keputusan bertindak untuk berwirausaha merupakan suatu tingkah laku yang terencana. Dalam mencapai suatu tujuan seperti berwirausaha, diperlukan usaha yang gigih untuk mengarahkan tingkah laku dan mengadopsi rencana-rencana supaya dapat mewujudkan tujuan tersebut. Tingkah laku terarah ini berlandaskan pada intensi Riyanti, 2009. commit to user 6 Hisrich,dkk., 2008 berpendapat bahwa intensi menunjukkan faktor- faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku dan merupakan indikasi tentang betapa sulitnya orang bersedia untuk berusaha, serta seberapa banyak upaya yang direncanakan untuk digunakan dalam melaksanakan perilaku tersebut. Semakin kuat intensi seseorang untuk terlibat dalam sebuah perilaku wirausaha, semakin besar kemungkinan kegiatan wirausaha itu dilaksanakan. Riyanti 2008 mengemukakan bahwa intensi dapat menunjukkan seberapa besar kemauan seseorang untuk berusaha melakukan suatu tingkah laku tertentu. Intensi tersebut masih merupakan disposisi untuk bertingkah laku sampai pada saat dan kesempatan yang tepat. Zimmerer 2008, menjelaskan bahwa individu yang memiliki komitmen dan tekad yang bulat untuk mencurahkan semua perhatiannya pada usaha, dengan kata lain memiliki intensi yang kuat merupakan salah satu karakteristik sikap dan perilaku kewirausahaan yang berhasil. Intensi yang lemah atau rendah hanya mengakibatkan kemungkinan untuk gagal dalam berwirausaha. Gambaran nyata dari etnis cina yang terlihat mempunyai intensi kuat dalam berwirausaha. Selaras dengan Hasil penelitian Astutik 2007 menunjukkan minat enterpreneurship remaja etnis Cina lebih tinggi mean 152.52 dibandingkan minat enterpreneurship remaja etnis Sunda mean 146.48. Hal itu dikarenakan etnis Cina lekat dengan nebula megabudaya China, yaitu: menekankan pentingnya jiwa kewirausahaan, inovasi teknologi, dan kreativitas Asvi Warman Adam, dalam Kompas 5 Desember 2009. Berbeda dengan suku commit to user 7 Jawa yang terkenal sebagai orang yang bersikap pasif terhadap hidup, lemah dalam hal karya, dan nrimo Riyanti, 2009. Hasil penelitian Indarti Rostiana 2008 mengenai perbedaan intensi kewirausahaan mahasiswa pada negara berkembang dan negara maju, menunjukkan tingkat intensi kewirausahaan mahasiswa Indonesia negara berkembang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan mahasiswa Jepang dan Norwegia negara maju. Dengan rata-rata nilai intensi kewirausahaan masing- masing negara, berturut-turut sebesar 4,46 Indonesia, 3,81 Jepang dan 3,04 Norwegia. Hasil temuan tersebut merupakan indikator bahwa hambatan untuk memulai usaha baru dipersepsikan lebih rendah di Indonesia dibandingkan di Jepang dan Norwegia. Intensi erat kaitanya dengan motivasi seseorang. Untuk memulai usaha diperlukan tekad yang kuat atau karsa yang besar. Seseorang yang terjun dalam dunia wirausaha diawali dengan adanya kebutuhan-kebutuhan, kemudian mendorong dimunculkannya kegiatan tertentu, kegiatan tersebut ditujukan pada pencapaian tujuan. Kebutuhan tersebut oleh McClelland 1987 dikelompokan menjadi tiga, yaitu: need for achievement, need for power, need for affiliation . Purwanto 1990, menjelaskan bahwa motif menunjukkan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah “pendorongan” suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang supaya orang tersebut tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Seseorang terdorong untuk menyelesaikan kesukaran commit to user 8 yang dihadapi dan berusaha melebihi orang lain, dan bila hal tersebut berhasil maka akan meningkatkan kepercayaan pada diri sendiri. Seseorang yang mempunyai dorongan untuk bekerja keras dan gigih dalam upaya meraih prestasi yang lebih baik dibandingkan orang lain identik dengan motif berprestasi. Suryana 2003 dalam bukunya menyatakan bahwa keberadaan motivasi berprestasi mendorong seseorang untuk berhasil. Sekali sukses atau berprestasi, maka sukses berikutnya akan menyusul, sehingga usahanya semakin maju dan semakin berkembang. Hal ini diperjelas oleh Hadisoegondo 2006 bahwa wirausaha baru memerlukan ketangguhan dan ketekunan dalam menempuh tahap- tahap pengembangan selanjutnya dan setelah kegiatan usaha mulai dilakukan. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan selalu bekerja keras, tangguh, tidak mudah putus asa, berorientasi ke masa depan, menyenangi tugas yang memiliki tingkat kesulitan sedang, menyukai balikan yang cepat dan efisien mengenai prestasinya serta mandiri Riani, 2005. Individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah akan cenderung memberikan penghargaan kecil terhadap prestasi yang bersifat bersaing, apatis, lesu, dan tidak mempunyai tujuan FkBA, 2001. Menurut Hall dan Lindzey dalam Riani, 2005, motif berprestasi sebagai dorongan yang berhubungan dengan prestasi yaitu: menguasai, mengatur lingkungan sosial, atau fisik, mengatasi rintangan dan memelihara kualitas kerja yang tinggi, bersaing melebihi prestasi yang lampau dan mempengaruhi orang lain. Motif berprestasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang menjadi wirausaha yang berhasil. commit to user 9 Selain seorang wirausaha cenderung mempunyai motivasi berprestasi tinggi, seorang wirausaha cenderung mempunyai kebutuhan untuk berafiliasi. Kebutuhan berafiliasi terkait dengan hubungan individu dengan orang lain, dari hubungan tersebut sering kali individu mendapatkan bantuan baik materi ataupun skill, individu merasa dipedulikan dan diperhatikan, sehingga hubungan ini dapat berupa dukungan sosial. Sarafino 1998 menjelaskan bahwa dukungan sosial adalah suatu kesenangan, rasa aman, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang dirasakan dari orang lain atau sekelompok. Hisrich, dkk., 2008 dukungan sosial sangat diperlukan dalam fase pembentukan usaha atau memulai usaha, karena memberikan informasi, nasihat, bimbingan, bantuan modal, jaringan, afiliasi, dan lain-lainnya. Sehingga dengan dukungan sosial yang tinggi pada mahasiswa dalam berwirausaha dimungkinkan memperkuat intensi berwirausaha pada mahasiswa. Dukungan sosial diharapkan mampu menunjang seseorang melalui tindakan yang bersifat membantu dengan melibatkan emosi, pemberian informasi, bantuan materi dan penilaian positif Handoko, 2008. Faktor paling penting yang mempengaruhi jalan karier seorang wirausaha adalah adanya seorang teladan role model , jaringan dukungan moral, dan jaringan dukungan profesional. Teladan role model dan sistem-sistem pendukung memberikan point dalam intensi seseorang berwirausaha Hisrich, dkk., 2008. Teladan role model bisa diperoleh dari orang tua, saudara, kerabat, maupun pengusaha lain. Role model dapat berfungsi dalam kapasitas pendukung sebagai mentor-mentor selama dan setelah pembentukan usaha baru. Sistem commit to user 10 pendukung ini sangat penting selama fase pembentukan, karena sistem ini memberikan informasi, nasihat, serta bimbingan. Jaringan dukungan moral merupakan dukungan psikologis, dorongan ini diperoleh dari keluarga, teman- teman, guru, dan sebagainya. Teman memainkan peran penting dalam jaringan dukungan moral, teman sering memberikan nasihat yang seringkali lebih jujur daripada nasihat dari sumber-sumber lain, memberikan dorongan, pengertian, bahkan bantuan. Orang tua juga merupakan sumber dukungan moral yang kuat dalam awal proses pembentukan usaha baru. Jaringan dukungan profesional adalah individu-individu yang membantu dalam aktivitas-aktivitas usaha. Adanya mentor guru, faktor finansial, jaringan bisnis, informasi, teknologi dan sebagainya merupakan jaringan dukungan profesional Hisrich, dkk., 2008. Mahasiswa yang tergabung dalam Program Mahasiswa Wirausaha PMW mendapat berbagai dukungan yang bertujuan untuk memfasilitasi start-up bussines . Dukungan tersebut berupa in-class training , internship pemagangan, dan penyusunan rencana usaha. Dalam in-class training mahasiswa mendapatkan materi tentang wawasan kewirausahaan, strategi pengelolaan bisnis, komunikasi bisnis, manajemen keuangan, business plan , dan menghadirkan role model guna memperlihatkan success story seseorang yang berhasil dalam berwirausaha. Setelah mendapatkan materi tersebut, mahasiswa melaksanakan internship pemagangan di beberapa UKM yang sudah ditunjuk. Dukungan tersebut diharapkan mampu mendorong dan mengembangkan kewirausahaan yang akan atau telah dilakukan mahasiswa, sehingga mampu memperkuat intensi mahasiswa untuk terjun dalam dunia wirausaha PPKwu LPPM, 2010. commit to user 11 Peserta yang tergabung dalam Program Mahasiswa Wirausaha PMW diharapkan memiliki intensi berwirausaha yang kuat, sehingga memiliki tekad yang bulat dalam mencurahkan perhatiannya pada usaha dan memiliki semangat juang dalam merealisasikan tekadnya menjadi wirausaha dan mampu mewujudkan dalam bentuk tindakan usaha. Hal tersebut penting terutama pada awal proses pembentukan usaha baru, sehingga dapat memacu keberhasilan usahanya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Hubungan antara Motivasi Berprestasi dan Dukungan Sosial dengan Intensi Berwirausaha pada Peserta Program Mahasiswa Wirausaha”.

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TATA RUANG KULIAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN MINAT BELAJAR MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

0 4 39

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN MINAT WIRAUSAHA PADA MAHASISWA Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Dengan Minat Wirausaha Pada Mahasiswa.

0 2 14

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN MINAT WIRAUSAHA PADA MAHASISWA Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Dengan Minat Wirausaha Pada Mahasiswa.

0 2 18

PENDAHULUAN Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Dengan Minat Wirausaha Pada Mahasiswa.

0 2 8

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Minat Berwirausaha pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 4 14

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Minat Berwirausaha pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 18

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA ANGGOTA LANUD ADI SOEMARMO YANG Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Intensi Berwirausaha Pada Anggota LANUD Adi Soemarmo Yang Menjelang Pensiun.

0 1 15

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN INTENSI BERWIRASWASTA PADA MAHASISWA.

0 1 7

Hubungan antara Adversity Quotient dan Kompetensi Sosial dengan Intensi Berwirausaha Mahasiswa Program Studi Manajemen di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

0 0 18

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET.

1 0 11