HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA PESERTA PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA 2010 DI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(1)

commit to user

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA PESERTA

PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA 2010 DI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SKRIPSI

Dalam Rangka Penyusunan Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1 Psikologi

Oleh Fadhilah G 0106045

Pembimbing :

1. Dra. Salmah Lilik, M. Si.

2. Nugraha Arif Karyanta, S.Psi.

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul : Hubungan antara Motivasi Berprestasi dan Dukungan Sosial dengan Intensi Berwirausaha pada Peserta Program Mahasiswa Wirausaha 2010 di Universitas Sebelas Maret.

Nama Peneliti : FADHILAH NIM/Semester : G0106045

Tahun : 2010

Telah disetujui untuk dipresentasikan dihadapan Pembimbing dan Penguji Skripsi Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret pada:

Hari : ………..

Tanggal : ………...

HALAMAN PENGESAHAN

Pembimbing I Pembimbing II


(3)

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul:

Hubungan antara Motivasi Berprestasi dan Dukungan Sosial dengan Intensi Berwirausaha pada Peserta Program Mahasiswa Wirausaha 2010

di Universitas Sebelas Maret

Fadhilah, G 0106045, Tahun 2010

Telah diuji dan disahkan oleh Pembimbing dan Penguji Skripsi Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret pada:

Hari :... Tanggal :...

1. Pembimbing I ( )

Dra. Salmah Lilik, M.Si.

2. Pembimbing II ( )

Nugraha Arif Karyanta, S.Psi.

3. Penguji I ( )

Dra. Machmuroch, MS.

4. Penguji II ( )

Tri Rejeki Andayani, S.Psi, M.Si.

Surakarta,

Ketua Program Studi Psikologi,

Drs. Hardjono, M.Si. NIP 195901191989031002

Koordinator Skripsi,

Rin Widya Agustin, M.Psi. NIP 197608172005012002


(4)

commit to user

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika terdapat hal- hal yang tidak sesuai dengan isi pernyataan ini, maka saya bersedia derajat kesarjanaan saya dicabut.

Surakarta, Januari 2011


(5)

commit to user

MOTTO

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada

pada diri mereka sendiri.

(Qs. Ar-Ra’d:11)

Kenyataan hari ini adalah hasil dari impian kemarin, kenyataan esok hari ditentukan oleh impian hari ini.

(penulis)

Bermimpilah,

maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi kita. (Andrea Hirata)


(6)

commit to user

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini didedikasikan kepada:

Setiap insan yang mewarnai perjalanan kehidupan ini, mereka yang dicintai, dibanggakan, dihormati, disayangi, dan mereka yang

menuntunku menggapai cita dan cinta.

Karya ini penulis persembahkan:

1. Ibu dan Ayah untuk keikhlasannya, ketabahannya, kasih sayangnya dan lantunan doa yang memperkuat diri ku dalam melangkah. 2. Adik ku tercinta, Muh. Syaiful Ar Rosyid & F.

khoirunnisa smoga tergapai cita dan harapannya. 3. Kakak ku tersayang, S N Fathonah & Aris B

atas petuah, pelajaran, dan pengalamannya sangatlah bermanfaat bagi ku.

4. Sohib ku, Alm. Nur Fatimah atas persahabatan kita, waktunya, motivasinya, inspirator bagi ku. 5. Seluruh guru yang aku banggakan, dan


(7)

commit to user

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji hanya bagi Allah SWT, Dzat yang memberi rahmat dan karunia-Nya kepada hamba-hamba-Nya di jagad raya ini. Salam dan Shalawat senantiasa tercurah pada junjungan-Nya Rosulullah Muhammad SAW, tauladan bagi umat manusia.

Selangkah, dua langkah, tiga langkah dan beberapa langkah telah terlampau sehingga karya ini pun terwujud. Perjalanan ini tak lepas dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. AA. Subijanto, dr, M.S. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

2. Drs. Hardjono, M.Si., Ketua Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

3. Aditya Nanda Priyatama, M.Si., sekretaris Prodi Psikologi sekaligus bidang pendidikan yang senantiasa memberikan pelayanan yang terbaik bagi mahasiswanya.

4. Dra. Salmah Lilik, selaku pembimbing pertama, yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran, serta penuh kesabaran memberikan bimbingan, arahan, motivasi, kepercayaan kepada penulis dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.

5. Nugraha Arif Karyanta, S. Psi., selaku pembimbing kedua, dengan kesibukannya masih bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran, serta


(8)

commit to user

6. Dra. Machmuroch, MS., selaku penguji pertama yang penuh semangat dan saran yang berarti bagi penulis demi penyempurnaan karya ini.

7. Tri Rejeki Andayani, S. Psi., M.Si., selaku penguji kedua yang menyenangkan diajak berdiskusi, serta kritik dan saran yang berarti bagi penulis demi penyempurnaan karya ini.

8. Ir. Eddy Triharyanto, MP selaku kepala Ppkwu UNS dan seluruh staf Ppkwu (Mbak Irma, Mbak Luvi, Mbak Watik, dan yang lainnya) atas izin yang diberikan dan dukungan serta kerjasamanya.

9. Drs. Tulus Hidayat, SU. MA, selaku pembimbing akademik atas petuah, perhatian yang telah diberikan selama penulis menempuh studi di Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran UNS.

10. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Psikologi (Bu Rin, Pak Arista, Bu Tutik, Bu Wiyanti, beserta bapak ibu dosen yang tidak dapat disebutkan satu per satu) yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis dalam penyelesaian studi.

11. Staf Tata Usaha Program Studi Psikologi (Mbak Ana, Mas Dimas, dan Mas Ryan) dan segenap karyawan Program Studi Psikologi (Pak No, Mas Aan, Pak Satpam) atas kesabaran dan bantuannya yang dapat memperlancar proses penyelesaian kuliah dan skripsi ini.

12. Keluarga penulis (ayah, ibu, kakak, adik) atas doa, kasih sayang, dorongan, serta kesempatan yang diberikan untuk menyelesaikan pendidikan sampai kejenjang ini.


(9)

commit to user

13. Sahabat, kawan, rekan, (Rini, Candra, Aris, Iza, Vera, Ike, Nandes, Dika, Dika IR, dan seluruh kawan psikologi 2006 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu) atas kebersamaannya, semangatnya, dan petuah-petuahnya.

14. Rekan-rekan ku (Pre, Putut, Ivan, Ika, Kurnia, Khoirul, Uud, Qomar, Isur, dan seluruh rekan PMW lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu), yang sangat dibanggakan, terimakasih atas bantuan, dukungan, dan kerjasamanya dalam proses penelitian ini.

15. Keluarga besar himapsi khususnya POSDM Himapsi semesta (Mifta, Arfi, Novel, Tutut, Puput, Nisa, Afif, Citra, Unu, Risa, Ichsan, Farah, Ica, Nike) terimakasih atas kebersamaannya dalam berkarya dan organisasi lainnya terimakasih atas pengalaman yang telah penulis peroleh.

Semoga Allah SWT berkenan memberikan pahala yang sepadan dengan jerih payah Bapak Ibu dan teman-teman lakukan, dan semoga karya ini bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Januari 2011


(10)

commit to user

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA PESERTA

PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA 2010 DI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Fadhilah

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret ABSTRAK

Wirausaha merupakan terobosan dalam mengurangi pengangguran, hal tersebut mendorong dari berbagai pihak turut andil dalam proses menumbuhkan wirausaha baru. Dikti melalui Ppkwu menyelenggarakan PMW yang bertujuan memfasilitasi mahasiswa menjadi wirausaha berhasil. Proses tersebut dilandaskan pada intensi berwirausaha. Intensi berwirausaha dipengaruhi beberapa faktor, antara lain: motivasi berprestasi dan dukungan sosial. Motivasi berprestasi yang tinggi mendorong seseorang untuk bergerak, ditambah adanya dukungan dari orang-orang disekitarnya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara motivasi berprestasi dan dukungan sosial dengan intensi berwirausaha, serta hubungan masing-masing variabel prediktor motivasi berprestasi, dukungan sosial dengan intensi berwirausaha.

Penelitian ini merupakan studi populasi, yaitu: keseluruhan peserta program mahasiswa wirausaha (PMW) 2010 di Universitas Sebelas Maret yang berjumlah 112 orang. Pengumpulan data menggunakan Skala Motivasi Berprestasi, Skala Dukungan Sosial, Dan Skala Intensi Berwirausaha. Skala Motivasi Berprestasi terdiri dari 56 aitem dengan koefisien reliabilitas 0,884, Skala Dukungan Sosial terdiri dari 60 aitem dengan koefisien reliabilitas 0,944, Skala Intensi Berwirausaha terdiri dari 42 aitem dengan koefisien korelasi 0,885.

Analisis data menggunakan analisis regresi berganda yang menunjukkan nilai R sebesar 0,782 dan Fhitung sebesar 85,981 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,000 (p<0,05). Terdapat hubungan kuat dan positif antara motivasi berprestasi dan dukungan sosial dengan intensi berwirausaha. Hasil analisis korelasi parsial antara motivasi berprestasi dengan intensi berwirausaha sebesar 0,539 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,000 (p<0,05) dan antara dukungan social dengan intensi berwirausaha sebesar 0,517 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,000 (p<0,05).

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dan dukungan sosial dengan intensi berwirausaha, terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan intensi berwirausaha dan dukungan sosial dengan intensi berwirausaha. Berarti semakin tinggi motivasi berprestasi dan dukungan sosial yang dimiliki seseorang dalam berwirausaha, semakin tinggi pula intensi berwirausaha, dan sebaliknya.


(11)

commit to user

THE RELATIONSHIP BETWEEN ACHIEVEMENT MOTIVATION AND SOCIAL SUPPORT IN RELATION WITH ENTREPRENEURSHIP INTENTION OF THE PARTICIPANTS OF ENTREPRENEURSHIP

PROGRAM (PMW) 2010 AT SEBELAS MARET UNIVERSITY

Fadhilah

Psychology department of medical faculty, sebelas maret university ABSTRACT

Entrepreneurship is a breakthrough in reducing the number of unemployment. It is encouraging the various parties to take part in the process of growing new entrepreneurship. Dikti, trough Ppkwu, held PMW which aims to facilitate students to become successful entrepreneurs. The process is based on entrepreneurship intention. Intention of entrepreneurship is influenced by several factors, such as: achievement motivation and social support. High achievement motivation will encourage someone to move, plus the support of both psychological support and material support from the people around him. The purpose of this research were to determine the relationship between achievement motivation and social support with entrepreneurship intention.

This research is study of population. The population was all the participants of entrepreneurship program (PMW) 2010 at Sebelas Maret University. The overall amount of the participants was 112 people. Data collected by achievement motivation scale, social support scale, and entrepreneurship intention scale. The achievement motivation scale has 56 aitem with correlation coefficient 0,884, social support scale has 60 aitem with correlation coefficient 0,944, entrepreneurship intention scale has 42 aitem with correlation coefficient 0,885.

Multiple regression analysis showed that R values was about 0,782 and the F regression was about 85,981 with a significance p=0,000 (p<0,05). It mean that there were strong and positive relationship between achievement motivation and social support with entrepreneurship intention. The results parsial correlation analysis achievement motivation with entrepreneurship intention was about 0,539 with a significance p=0,000 (p<0,05) and social support with entrepreneurship intention was about 0,517 with a significance p=0,000 (p<0,05).

Based on the results of this study, it can be concluded that there was a correlation between achievement motivation and social support with entrepreneurship intention, there was a correlation between achievement motivation with entrepreneurship intention, there was a correlation between social support with entrepreneurship intention. In addition, the higher achievement motivation and social support of a person in doing entrepreneurship makes the intention to entrepreneurship higher too. It worked vice versa.


(12)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian... 12

BAB II. LANDASAN TEORI ... 13

A. Intensi Berwirausaha ... 13


(13)

commit to user

2. Karakteristik Wirausaha ... 16

3. Teori Intensi ... 18

4. Aspek-aspek Intensi Berwirausaha ... 20

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensi Berwirausaha ... 24

B. Motivasi Berprestasi... 27

1. Pengertian Motivasi Berprestasi ... 27

2. Aspek-aspek Motivasi Berprestasi ... 29

3. Ciri Motivasi Berprestasi Tinggi ... 31

C. Dukungan Sosial ... 33

1. Pengertian Dukungan Sosial ... 33

2. Aspek-aspek Dukungan Sosial ... 34

3. Sumber Dukungan Sosial ... 36

D. Hubungan antara Motivasi Berprestasi dan Dukungan Sosial dengan Intensi Berwirausaha ... 37

E. Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Intensi Berwirausaha ... 40

F. Hubungan Dukungan Sosial dengan Intensi Berwirausaha ... 41

G. Kerangka Pikir ... 42

H. Hipotesis Penelitian ... 43

BAB III. METODE PENELITIAN... 44

A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 44

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 44

C. Populasi, dan Sampel ... 46


(14)

commit to user

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 50

F. Teknik Analisis Data... 52

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 54

A. Persiapan Penelitian ... 54

1. Orientasi Kancah Penelitian ... 54

2. Persiapan Penelitian ... 58

3. Pelaksanaan Uji Coba ... 64

4. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 66

B. Pelaksanaan Penelitian ... 71

1. Penentuan Subjek Penelitian ... 71

2. Pengumpulan Data Penelitian ... 73

3. Pelaksanaan Skoring ... 73

C. Hasil Analisis Data ... 74

1. Uji Asumsi Dasar ... 74

2. Uji Asumsi Kalsik ... 76

3. Uji Hipotesis ... 79

4. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif ... 84

5. Analisis Deskriptif ... 85

6. Analisis Tambahan ... 87

D. Pembahasan ... 99

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 106

A. Kesimpulan ... 106


(15)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA ... 109 LAMPIRAN ... 115


(16)

commit to user

DAFTAR TABEL

3.1 Blue Print Skala Motivasi Berprestasi ... 48

3.2 Blueprint Skala Dukungan Sosial ... 49

3.3 Blue Print Skala Intensi Berwirausaha ... 50

4.1 Pelaksanaan Uji Coba ... 66

4.2 Distribusi aitem yang valid dan gugur Skala Motivasi Berprestasi ... 68

4.3 Distribusi aitem yang valid dan gugur Skala Dukungan Sosial ... 69

4.4 Distribusi aitem yang valid dan gugur Skala Intensi Berwirausaha ... 70

4.5 Data Peserta Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) UNS 2010... 72

4.6 Hasil Uji Normalitas ... 74

4.7 Hasil Uji Linieritas antara Motivasi Berprestasi dengan Intensi Berwirausaha ... 75

4.8 Hasil Uji Linieritas antara Dukungan Sosial dengan Intensi Berwirausaha ... 76

4.9 Hasil Uji Multikolinieritas ... 77

4.10 Hasil Uji Autokorelasi ... 78

4.11 Hasil Analisis Regresi Berganda ... 80

4.12 Hasil Hipotesis Secara Simultan ... 81

4.13 Hasil Analisis Korelasi Parsial Motivasi Berprestasi dengan Intensi berwirausaha ... 82

4.14 Hasil Analisis Korelasi Parsial Dukungan Sosial dengan Intensi berwirausaha ... 83


(17)

commit to user

4.16 Deskripsi Data Empirik ... 85

4.17 Deskripsi Data Penelitian ... 85

4.18 Kategorisasi berdasarkan Rumus Standar Deviasi ... 86

4.19 Kategorisasi Subjek Berdasar Skor Alat Ukur Penelitian ... 86

4.20 Materi Pelatihan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) ... 91


(18)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

2.1 Theory ifPlanned Behavior (Ajzen 1991) ... 19

2.2 Kerangka Pikir ... 43

4.1 Struktur Organisasi PPKwu UNS ... 57

4.2 Skema Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) ... 60

4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 79


(19)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A. ALAT UKUR ... 116

1. Skala 1 ... 117

2. Skala 2 ... 121

3. Skala 3 ... 125

LAMPIRAN B. SEBARAN NILAI DATA ALAT UKUR... 128

1. Skala 1 ... 129

2. Skala 2 ... 144

3. Skala 3 ... 159

LAMPIRAN C. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR ... 169

1. Skala 1 ... 170

2. Skala 2 ... 173

3. Skala 3 ... 176

LAMPIRAN D. ANALISIS DATA PENELITIAN ... 179

1. Data Penelitian yang dianalisis ... 180

2. Hasil Uji Asumsi Dasar (Uji Normalitas dan Linearitas) ... 183

3. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 186

4. Hasil Uji Hipotesis (Analisis Regresi) ... 187

5. Hasil Uji Korelasi Parsial ... 188

6. Hasil Analisis Deskriptif ... 189

7. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif ... 189


(20)

commit to user

LAMPIRAN E. TANDA BUKTI ... 199 1. Surat Ijin Penelitian ... 200 2. Surat Tanda Bukti Penelitian ... 201


(21)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengangguran merupakan problem yang kompleks bagi suatu negara. Negara akan makmur apabila dapat menyelesaikan masalah pengangguran, dengan demikian pengangguran selalu menjadi skala prioritas yang dituntaskan oleh suatu negara. Berita Resmi Statistik (2009), melaporkan bahwa tingkat pengangguran di Indonesia pada Desember 2009 sebesar 8,78 persen dari total angkatan kerja atau 8,96 juta orang termasuk kategori sebagai pengangguran terbuka. Laporan tersebut menyatakan bahwa lulusan sarjana mengalami peningkatan sebesar 0,49 persen dari tahun lalu. Berdasarkan tingkat pendidikan, lulusan sarjana merupakan tingkatan tertinggi, namun tingkat pengangguran lulusan sarjana selalu beranjak naik. Dengan demikian tingkat pengangguran dari kalangan terdidik masih mengalami peningkatan dan diprediksi cenderung meningkat apabila tidak ada upaya dalam menanggapi kondisi ini.

Pada kondisi seperti sekarang ini, diketahui bahwa jumlah pengangguran dari kalangan terdidik beranjak naik dan lapangan pekerjaan terbatas, maka wirausaha merupakan alternatif pekerjaan yang rasional (Wijaya, 2007). Hal sama disampaikan oleh Widodo dalam Berita Mandiri, bahwa suatu negara akan menjadi negara maju, apabila jumlah wirausahawan minimal sebesar 2% dari jumlah populasi penduduk di negara tersebut. Hal itu berarti, Indonesia masih membutuhkan empat juta lebih wirausahawan. Peluang yang besar untuk menjadi


(22)

commit to user

wirausahawan mendorong dari berbagai pihak turut andil dalam proses menumbuhkan wirausaha baru, khususnya dikalangan mahasiswa yang dirasa mempunyai sumber daya yang memadai dalam menciptakan lapangan kerja.

Menurut Eels dan Mas’oed (dalam Wardoyo, 2010), dibandingkan dengan

tenaga lain tenaga terdidik sarjana (S1) memiliki potensi untuk berhasil menjadi seorang wirausaha karena memiliki kemampuan penalaran yang telah berkembang dan wawasan berpikir yang luas. Seorang sarjana juga memiliki dua peran pokok, pertama sebagai manajer dan kedua sebagai pencetus gagasan. Peran pertama berupa tindakan untuk menyelesaikan masalah, sehingga pengetahuan manajemen dan keteknikan yang memadai mutlak diperlukan. Peran kedua menekankan pada kemampuan merangkai alternatif-alternatif. Pengetahuan keilmuan yang lengkap merupakan bekal yang diperlukan untuk berhasil menjadi seorang wirausaha.

Kewirausahaan atau entrepreneurship adalah suatu proses kreativitas dan inovasi yang mempunyai resiko tinggi untuk menghasilkan nilai tambah bagi produk yang bermanfaat bagi masyarakat dan mendatangkan kemakmuran bagi wirausahawan. Kewirausahaan merupakan kemampuan melihat dan menilai peluang bisnis serta kemampuan mengoptimalkan sumberdaya dan mengambil tindakan dan risiko dalam rangka menuju sukses (Siswoyo, 2009).

Salah satu bentuk upaya pengembangan kewirausahaan adalah pemberian materi kewirausahaan pada peserta didik. Namun, materi kewirausahaan dirasa masih kurang dalam menumbuhkan keinginan atau tekad peserta didik untuk menjadi wirausaha. Hasil penelitian Sumarni (2006), menyatakan bahwa hal tersebut dikarenakan mata kuliah kewirausahaan diikuti sekadar untuk mendapat


(23)

commit to user

nilai semata tanpa dimaknai dan dihayati betul manfaatnya. Peserta didik cenderung menghafal materi agar mendapatkan nilai yang baik tanpa mempelajari betul kandungan materi atau mencoba merealisasikan materi yang dipelajari.

Pada tahun 2009, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi mengembangkan sebuah Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) yang merupakan kelanjutan Program Kreativitas Mahasiswa. Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) adalah salah satu program kewirausahaan yang dikembangkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dengan maksud berusaha menjembatani para mahasiswa memasuki dunia riil melalui fasilitasi start-up bussines. Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) merupakan bagian dari strategi pendidikan di perguruan tinggi dalam memfasilitasi para mahasiswa yang mempunyai minat dan bakat kewirausahaan untuk memulai berwirausaha dengan basis ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (PPKwu LPPM, 2009).

Berdasarkan data yang diambil dari PPKwu LPPM UNS, Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) menarik perhatian mahasiswa, terbukti dari banyaknya mahasiswa yang mendaftarkan diri untuk mengikuti Program Mahasiswa Wirausaha (PMW). Mahasiswa yang mendaftar Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) memperlihatkan adanya ketertarikan atau minat dengan wirausaha.

Mulyati (2004) mengemukakan sejumlah hal pokok yang terdapat dalam minat meliputi adanya perasaan senang dalam diri seseorang yang memberi perhatian pada obyek tertentu, adanya ketertarikan pada obyek tertentu, adanya aktivitas atas obyek yang dipilih, adanya kecenderungan berusaha lebih aktif,


(24)

commit to user

aktivitas tersebut dipandang fungsional dalam kehidupan dan cenderung bersifat mempengaruhi tingkah laku individu.

Adanya minat mendorong seseorang untuk berbuat, dorongan tersebut sering disebut motif. Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan, atau dorongan-dorongan dalam diri individu yang menyebabkan individu berbuat sesuatu (Gerungan, 1996). Berdasarkan hasil wawancara dari sebagian peserta Program Mahasiswa Wirausaha terdapat beberapa motif mahasiswa untuk berwirausaha, antara lain: mencoba-coba untuk berkarir, adanya peluang terkait Program Mahasiswa Wirausaha (PMW), keinginan menghasilkan produk atau karya, keinginan menciptakan lapangan kerja dan ketidakinginan mencari kerja, dan adanya ketakutan menghadapi persaingan mencari kerja, dan berbagai motif lainnya.

Prasyarat awal menjadi peserta Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) adalah mahasiswa S1 yang telah menyelesaikan kuliah empat semester atau minimal telah menempuh 80 SKS dan mahasiswa program diploma dan politeknik yang telah menyelesaikan kuliah tiga semester atau minimal telah menempuh 60 SKS. Hurlock (1980) berpendapat bahwa perkembangan karir berjalan seiring dengan proses perkembangan manusia. Mahasiswa yang duduk disemester tiga atau empat ke atas, usianya berkisar 18-23 tahun. Dalam psikologi perkembangan, usia tersebut berada pada masa dewasa awal. Masa dewasa awal merupakan masa dimana seseorang mencoba-coba untuk berkarir, artinya kemantapan karirnya masih belum pasti.


(25)

commit to user

Hal tersebut sering dialami individu yang memutuskan menjadi wirausaha pada usia dini bukan karena karir tersebut sesuai dengan keinginan, bakat dan minatnya, tetapi karena faktor yang lain. Apabila demikian halnya, jika individu tersebut gagal maka akan mencoba bidang karir lain yang dianggap lebih sesuai, atau tetap menjadi wirausaha dengan pikiran yang tidak fokus. Oleh karena itu, komitmen menjadi wirausaha pada mahasiswa peserta Program Mahasiswa Wirausaha masih perlu diteliti lebih lanjut.

Menurut Mc Clelland (1987) seorang entrepreneur adalah seorang yang menerapkan kemampuannya untuk mengatur, menguasai alat-alat produksi dan menghasilkan hasil yang berlebihan yang selanjutnya dijual atau ditukarkan dan memperoleh pendapatan dari usahanya tersebut, Sedangkan menurut Sukardi

(dalam As’ad, 1991), pengertian entrepreneur menunjuk kepada kepribadian

tertentu, yakni pribadi yang mampu berdiri di atas kekuatan sendiri, berarti mampu mengambil keputusan untuk diri sendiri, mampu menetapkan tujuan yang ingin dicapai atas pertimbangan sendiri, dengan kata lain seorang entrepreneur

adalah seorang yang merdeka lahir dan batin.

Entrepreneur atau wirausaha terjadi melalui suatu proses. Keputusan bertindak untuk berwirausaha merupakan suatu tingkah laku yang terencana. Dalam mencapai suatu tujuan seperti berwirausaha, diperlukan usaha yang gigih untuk mengarahkan tingkah laku dan mengadopsi rencana-rencana supaya dapat mewujudkan tujuan tersebut. Tingkah laku terarah ini berlandaskan pada intensi (Riyanti, 2009).


(26)

commit to user

Hisrich,dkk., (2008) berpendapat bahwa intensi menunjukkan faktor-faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku dan merupakan indikasi tentang betapa sulitnya orang bersedia untuk berusaha, serta seberapa banyak upaya yang direncanakan untuk digunakan dalam melaksanakan perilaku tersebut. Semakin kuat intensi seseorang untuk terlibat dalam sebuah perilaku wirausaha, semakin besar kemungkinan kegiatan wirausaha itu dilaksanakan.

Riyanti (2008) mengemukakan bahwa intensi dapat menunjukkan seberapa besar kemauan seseorang untuk berusaha melakukan suatu tingkah laku tertentu. Intensi tersebut masih merupakan disposisi untuk bertingkah laku sampai pada saat dan kesempatan yang tepat. Zimmerer (2008), menjelaskan bahwa individu yang memiliki komitmen dan tekad yang bulat untuk mencurahkan semua perhatiannya pada usaha, dengan kata lain memiliki intensi yang kuat merupakan salah satu karakteristik sikap dan perilaku kewirausahaan yang berhasil. Intensi yang lemah atau rendah hanya mengakibatkan kemungkinan untuk gagal dalam berwirausaha.

Gambaran nyata dari etnis cina yang terlihat mempunyai intensi kuat dalam berwirausaha. Selaras dengan Hasil penelitian Astutik (2007) menunjukkan minat enterpreneurship remaja etnis Cina lebih tinggi (mean 152.52) dibandingkan minat enterpreneurship remaja etnis Sunda (mean 146.48). Hal itu dikarenakan etnis Cina lekat dengan nebula (megabudaya) China, yaitu: menekankan pentingnya jiwa kewirausahaan, inovasi teknologi, dan kreativitas (Asvi Warman Adam, dalam Kompas 5 Desember 2009). Berbeda dengan suku


(27)

commit to user

Jawa yang terkenal sebagai orang yang bersikap pasif terhadap hidup, lemah dalam hal karya, dan nrimo (Riyanti, 2009).

Hasil penelitian Indarti & Rostiana (2008) mengenai perbedaan intensi kewirausahaan mahasiswa pada negara berkembang dan negara maju, menunjukkan tingkat intensi kewirausahaan mahasiswa Indonesia (negara berkembang) lebih tinggi secara signifikan dibandingkan mahasiswa Jepang dan Norwegia (negara maju). Dengan rata-rata nilai intensi kewirausahaan masing-masing negara, berturut-turut sebesar 4,46 (Indonesia), 3,81 (Jepang) dan 3,04 (Norwegia). Hasil temuan tersebut merupakan indikator bahwa hambatan untuk memulai usaha baru dipersepsikan lebih rendah di Indonesia dibandingkan di Jepang dan Norwegia.

Intensi erat kaitanya dengan motivasi seseorang. Untuk memulai usaha diperlukan tekad yang kuat atau karsa yang besar. Seseorang yang terjun dalam dunia wirausaha diawali dengan adanya kebutuhan-kebutuhan, kemudian mendorong dimunculkannya kegiatan tertentu, kegiatan tersebut ditujukan pada pencapaian tujuan. Kebutuhan tersebut oleh McClelland (1987) dikelompokan menjadi tiga, yaitu: need for achievement, need for power, need for affiliation.

Purwanto (1990), menjelaskan bahwa motif menunjukkan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau

bertindak melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah “pendorongan” suatu

usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang supaya orang tersebut tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Seseorang terdorong untuk menyelesaikan kesukaran


(28)

commit to user

yang dihadapi dan berusaha melebihi orang lain, dan bila hal tersebut berhasil maka akan meningkatkan kepercayaan pada diri sendiri. Seseorang yang mempunyai dorongan untuk bekerja keras dan gigih dalam upaya meraih prestasi yang lebih baik dibandingkan orang lain identik dengan motif berprestasi.

Suryana (2003) dalam bukunya menyatakan bahwa keberadaan motivasi berprestasi mendorong seseorang untuk berhasil. Sekali sukses atau berprestasi, maka sukses berikutnya akan menyusul, sehingga usahanya semakin maju dan semakin berkembang. Hal ini diperjelas oleh Hadisoegondo (2006) bahwa wirausaha baru memerlukan ketangguhandan ketekunandalam menempuh tahap-tahap pengembangan selanjutnya dan setelah kegiatan usaha mulai dilakukan.

Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan selalu bekerja keras, tangguh, tidak mudah putus asa, berorientasi ke masa depan, menyenangi tugas yang memiliki tingkat kesulitan sedang, menyukai balikan yang cepat dan efisien mengenai prestasinya serta mandiri (Riani, 2005). Individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah akan cenderung memberikan penghargaan kecil terhadap prestasi yang bersifat bersaing, apatis, lesu, dan tidak mempunyai tujuan (FkBA, 2001).

Menurut Hall dan Lindzey (dalam Riani, 2005), motif berprestasi sebagai dorongan yang berhubungan dengan prestasi yaitu: menguasai, mengatur lingkungan sosial, atau fisik, mengatasi rintangan dan memelihara kualitas kerja yang tinggi, bersaing melebihi prestasi yang lampau dan mempengaruhi orang lain. Motif berprestasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang menjadi wirausaha yang berhasil.


(29)

commit to user

Selain seorang wirausaha cenderung mempunyai motivasi berprestasi tinggi, seorang wirausaha cenderung mempunyai kebutuhan untuk berafiliasi. Kebutuhan berafiliasi terkait dengan hubungan individu dengan orang lain, dari hubungan tersebut sering kali individu mendapatkan bantuan baik materi ataupun skill, individu merasa dipedulikan dan diperhatikan, sehingga hubungan ini dapat berupa dukungan sosial. Sarafino (1998) menjelaskan bahwa dukungan sosial adalah suatu kesenangan, rasa aman, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang dirasakan dari orang lain atau sekelompok. Hisrich, dkk., (2008) dukungan sosial sangat diperlukan dalam fase pembentukan usaha atau memulai usaha, karena memberikan informasi, nasihat, bimbingan, bantuan modal, jaringan, afiliasi, dan lain-lainnya. Sehingga dengan dukungan sosial yang tinggi pada mahasiswa dalam berwirausaha dimungkinkan memperkuat intensi berwirausaha pada mahasiswa.

Dukungan sosial diharapkan mampu menunjang seseorang melalui tindakan yang bersifat membantu dengan melibatkan emosi, pemberian informasi, bantuan materi dan penilaian positif (Handoko, 2008). Faktor paling penting yang mempengaruhi jalan karier seorang wirausaha adalah adanya seorang teladan (role model), jaringan dukungan moral, dan jaringan dukungan profesional. Teladan (role model) dan sistem-sistem pendukung memberikan point dalam intensi seseorang berwirausaha (Hisrich, dkk., 2008).

Teladan (role model) bisa diperoleh dari orang tua, saudara, kerabat, maupun pengusaha lain. Role model dapat berfungsi dalam kapasitas pendukung sebagai mentor-mentor selama dan setelah pembentukan usaha baru. Sistem


(30)

commit to user

pendukung ini sangat penting selama fase pembentukan, karena sistem ini memberikan informasi, nasihat, serta bimbingan. Jaringan dukungan moral merupakan dukungan psikologis, dorongan ini diperoleh dari keluarga, teman-teman, guru, dan sebagainya. Teman memainkan peran penting dalam jaringan dukungan moral, teman sering memberikan nasihat yang seringkali lebih jujur daripada nasihat dari sumber-sumber lain, memberikan dorongan, pengertian, bahkan bantuan. Orang tua juga merupakan sumber dukungan moral yang kuat dalam awal proses pembentukan usaha baru. Jaringan dukungan profesional adalah individu-individu yang membantu dalam aktivitas-aktivitas usaha. Adanya mentor (guru), faktor finansial, jaringan bisnis, informasi, teknologi dan sebagainya merupakan jaringan dukungan profesional (Hisrich, dkk., 2008).

Mahasiswa yang tergabung dalam Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) mendapat berbagai dukungan yang bertujuan untuk memfasilitasi start-up bussines. Dukungan tersebut berupa in-class training, internship (pemagangan), dan penyusunan rencana usaha. Dalam in-class training mahasiswa mendapatkan materi tentang wawasan kewirausahaan, strategi pengelolaan bisnis, komunikasi bisnis, manajemen keuangan, business plan, dan menghadirkan role model guna memperlihatkan success story seseorang yang berhasil dalam berwirausaha. Setelah mendapatkan materi tersebut, mahasiswa melaksanakan internship

(pemagangan) di beberapa UKM yang sudah ditunjuk. Dukungan tersebut diharapkan mampu mendorong dan mengembangkan kewirausahaan yang akan atau telah dilakukan mahasiswa, sehingga mampu memperkuat intensi mahasiswa untuk terjun dalam dunia wirausaha (PPKwu LPPM, 2010).


(31)

commit to user

Peserta yang tergabung dalam Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) diharapkan memiliki intensi berwirausaha yang kuat, sehingga memiliki tekad yang bulat dalam mencurahkan perhatiannya pada usaha dan memiliki semangat juang dalam merealisasikan tekadnya menjadi wirausaha dan mampu mewujudkan dalam bentuk tindakan usaha. Hal tersebut penting terutama pada awal proses pembentukan usaha baru, sehingga dapat memacu keberhasilan usahanya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang

“Hubungan antara Motivasi Berprestasi dan Dukungan Sosial dengan Intensi Berwirausaha pada Peserta Program Mahasiswa Wirausaha”.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang diajukan oleh peneliti dalam penelitian ini, antara lain: 1. Apakah ada hubungan antara Motivasi Berprestasi dan Dukungan Sosial

dengan Intensi Berwirausaha pada Peserta Program Mahasiswa Wirausaha? 2. Apakah ada hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Intensi

Berwirausaha pada Peserta Program Mahasiswa Wirausaha?

3. Apakah ada hubungan antara Dukungan Sosial dengan Intensi Berwirausaha pada Peserta Program Mahasiswa Wirausaha?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, antara lain:

1. Mengetahui hubungan antara Motivasi Berprestasi dan Dukungan Sosial dengan Intensi Berwirausaha pada Peserta Program Mahasiswa Wirausaha.


(32)

commit to user

2. Mengetahui hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Intensi Berwirausaha pada Peserta Program Mahasiswa Wirausaha.

3. Mengetahui hubungan antara Dukungan Sosial dengan Intensi Berwirausaha pada Peserta Program Mahasiswa Wirausaha.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, antara lain: 1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan kajian dan informasi tentang intensi berwirausaha ditinjau dari motivasi berprestasi dan dukungan sosial.

2. Manfaat Praktis

Bagi peserta dan penyelenggara Program Mahasiswa Wirausaha

a. Penelitian ini dapat memberikan informasi terkait hubungan antara motivasi berprestasi dan dukungan sosial dengan intensi mahasiswa yang terseleksi mengikuti Program Mahasiswa Wirausaha.

b. Sebagai bahan tambahan dan pertimbangan dalam mengetahui intensi berwirausaha peserta Program Mahasiswa Wirausaha.

c. Sebagai sumbangan data guna pengembangan intensi berwirausaha melalui Program Mahasiswa Wirausaha.


(33)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Intensi Berwirausaha

1. Pengertian Intensi Berwirausaha

a. Wirausaha

Wirausaha berasal dari kata wira yang artinya gagah berani, perkasa dan usaha jadi wirausaha berarti orang yang gagah berani atau perkasa dalam usaha (Riyanti, 2009). Secara sederhana arti wirausaha (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan (Kasmir, 2007). Sedangkan, Helmi (2006) menyatakan bahwa kewirausahaan meliputi proses yang dinamis, sehingga timbul pengertian baru dalam kewirausahaan adalah sebuah proses mengkreasikan dengan menambahkan nilai sesuatu yang dicapai melalui usaha keras dan waktu yang tepat dengan memperkirakan dana pendukung, fisik, dan risiko sosial, dan akan menerima reward yang berupa keuangan dan kepuasan serta kemandirian personal.

Hasil Simposium Nasional Kewirausahaan (1995) mendefinisikan kewirausahaan adalah kesatuan terpadu dari semangat, nilai-nilai, dan prinsip serta sikap, kiat, seni dan tindakan nyata yang sangat perlu, tepat, dan unggul dalam menangani dan mengembangkan perusahaan atau kegiatan lain yang mengarah kepada pelayanan terbaik kepada langganan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan termasuk masyarakat, bangsa, dan negara.


(34)

commit to user

Hisrich, dkk., (2008) mengartikan kewirausahaan sebagai proses penciptaan sesuatu yang baru serta pengambilan risiko dan menerima imbalan yang dihasilkan dari proses tersebut. Pengertian tersebut hampir sama diungkapkan oleh Drucker (dalam Kasmir, 2007) bahwa kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.

Kao (dalam Lupiyoadi, 1998) memaparkan bahwa wirausaha mengacu pada orang yang melaksanakan proses penciptaan kesejahteraan/kekayaan dan nilai tambah, merealisasikan gagasan menjadi kenyataan. Hal ini bisa dikatakan bahwa seorang wirausaha adalah orang yang mampu merealisaiskan gagasan menjadi realitas. Selanjutnya, Suryana (2003) menyatakan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses.

McClelland (1987) mendefinisikan entrepreneur adalah seorang yang menerapkan kemampuannya untuk mengatur, menguasai alat-alat produksi dan menghasilkan hasil yang berlebihan yang selanjutnya dijual atau ditukarkan dan memperoleh pendapatan dari usaha tersebut.

Berdasarkan konsep yang diutarakan para ahli di atas dapat diketahui bahwa wirausaha adalah suatu proses yang dinamis dalam menerapkan kemampuannya untuk mengatur, menciptakan, memberi nilai tambah, dan menghasilkan produk baik barang ataupun jasa yang selanjutnya dijual atau ditukarkan, dan nantinya akan menerima hasil atau imbalan dari proses tersebut.


(35)

commit to user

b. Intensi Berwirausaha

Fishbein dan Ajzen (1975), intensi didefinisikan sebagai posisi seseorang dalam dimensi probabilitas subjektif yang melibatkan suatu hubungan antara diri dengan beberapa tindakan. Selanjutnya, Kruger, dkk.(2000) mengartikan intensi sebagai derajat komitmen seseorang terhadap target tingkah laku di masa yang akan datang. Intensi mengarahkan tingkah laku dan membuat individu mengadopsi rencana-rencana dengan harapan tujuan di masa yang akan datang dapat terlaksana.

Kartono (1990) berpendapat intensi adalah tujuan dan maksud untuk berbuat sesuatu. Selanjutnya, Bird (dalam Riyanti, 2009) mendefinisikan intensi sebagai keadaan pemikiran, yang mana dengan pemikiran tersebut perhatian, pengalaman, dan tingkah laku seseorang akan terarah menuju suatu objek atau tujuan untuk mencapai sesuatu yang mempunyai arti bagi orang tersebut.

Hisrich, dkk. (2008) berpendapat bahwa intensi berwirausaha menunjukkan faktor-faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku dan merupakan indikasi tentang betapa sulitnya orang-orang bersedia untuk berusaha, serta seberapa banyak upaya yang direncanakan untuk digunakan dalam melaksanakan perilaku wirausaha dan mengejar hasil-hasil dari berwirausaha. Smet (1999) menyatakan bahwa intensi merupakan prediktor yang terbaik dari perilaku. Hal ini berarti, apabila ingin mengetahui apa yang akan dilakukan seseorang, cara terbaik untuk memprediksikannya adalah dengan mengetahui intensi orang tersebut.


(36)

commit to user

Wijaya (2007) bahwa intensi wirausaha adalah keinginan atau niat yang ada pada diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan wirausaha. Katz dan Gartner (dalam Indarti dan Rostiani, 2008) mendefiniskan intensi berwirausaha sebagai suatu proses pencarian informasi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembentukan suatu usaha. Seseorang dengan intensi untuk memulai suatu usaha akan memiliki kesiapan dan kemajuan yang lebih baik dalam usaha yang dijalankannya apabila dibandingkan dengan seseorang tanpa ada intensi.

Berdasarkan konsep yang diutarakan para ahli di atas dapat diketahui bahwa intensi berwirausaha adalah posisi individu dalam dimensi probabilitas subjektif yang melibatkan suatu hubungan antara diri dengan beberapa tindakan berwirausaha guna mencapai tujuan yaitu menjadi wirausaha yang berhasil.

2. Karakteristik Wirausaha

Wirausaha yang berhasil memiliki karakteristik tertentu. Zimmerer (2008) memaparkan bahwa seorang wirausaha yang berhasil memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Komitmen yang tinggi

Kewirausahaan adalah kerja keras, dan agar sukses dalam menjalankan usaha, seorang wirausaha harus memiliki komitmen penuh. Para pendiri usaha sering kali membenamkan diri sepenuhnya dalam usaha yang dijalankan. Kebanyakan wirausaha harus melewati rintangan yang tampak


(37)

commit to user

mengecilkan hati ketika memulai usaha dan mempertahankan perkembangannya. Hal tersebut memerlukan sebuah komitmen yang penuh. b. Toleransi terhadap ambiguitas

Para wirausaha cenderung memiliki toleransi tinggi terhadap situasi yang selalu berubah dan ambigu, lingkungan tempat kerjanya. Kemampuan untuk menangani ketidakpastian ini sangat penting sebab seorang wirausaha akan terus menerus dituntut mengambil keputusan dengan menggunakan informasi-informasi baru yang kadang-kadang bertentangan dengan yang diperoleh dari berbagi sumber yang tidak lazim.

c. Fleksibilitas

Kemampuan beradaptasi dengan perubahan permintaan pelanggan dan usahanya. Adanya kekakuan sering mengakibatkan kegagalan. Dengan berubahnya masyarakat, orang –orang, dan selera para wirausaha juga harus bersedia menyesuaikan usahanya untuk memenuhi perubahan-perubahan ini. d. Keuletan

Hambatan, rintangan, dan kekalahan umumnya tidak menghalangi para wirausaha yang bertekad baja menggapai visinya.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa wirausaha yang berhasil memiliki karakteristik sebagai berikut: komitmen yang tinggi dalam menjalankan usahanya, toleransi terhadap ambiguitas, fleksibilitas dalam melihat situasi, dan memiliki keuletan dalam menghadapi rintangan.


(38)

commit to user

3. Teori Intensi

Teori intensi dari Fishbein dan Ajzen (1991) mendasarkan pada Theory if planned behavior. Teori tersebut mengasumsikan bahwa perilaku yang ditampilkan oleh seseorang didasarkan atas alasan tertentu. Individu akan berpikir tentang konsekuensi perilaku yang ditampilkan dan membuat keputusan atas pertimbangan-pertimbangan dalam mencapai hasil tertentu. Kunci dari anteseden perilaku dalam teori ini adalah intensi (Riyanti, 2009).

Menurut Theory if planned behavior, perilaku individu dituntun oleh tiga hal, yaitu: behavioral beliefs, normative beliefs, dan control beliefs. Behavioral beliefs adalah keyakinan seseorang tentang outcome yang diharapkan dari tingkah laku yang dimaksud serta evaluasi terhadap outcome tersebut. Normative beliefs

memuat harapan normatif mengenai perilaku yang dimaksud dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut. Control beliefs adalah keyakinan individu tentang faktor-faktor yang dapat memfasilitasi dan menghambat ditampilkannya perilaku dan keyakinan individu tentang kemampuannya mengatasi faktor-faktor tersebut.

Proses selanjutnya, behavioral beliefs akan menghasilkan sikap terhadap perilaku (attitude towards behavior). Normative beliefs akan menghasilkan penerimaan tekanan sosial yang disebut subjective norm, dan akan membangkitkan perceived behavior control. Kombinasi antara sikap terhadap perilaku, subjective norm, dan perceived behavior control akan menghasilkan formasi intensi.


(39)

commit to user

Hal tersebut dapat ditunjukan melalui gambar berikut ini:

Gambar 2.1 Theory ifPlanned Behavior (Ajzen 1991)

Allport (dalam Riyanti, 2009) menyatakan bahwa sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. Sikap seseorang terhadap suatu tingkah laku dipengaruhi oleh keyakinannya tentang konsekuensi (yaitu: cost dan benefit) terhadap ditampilkannya tingkah laku. Misalnya seorang wirausaha membutuhkan keuletan dan modal yang kuat. Selain itu juga adanya evaluasi terhadap konsekuensinya, misal dengan menjadi wirausahawan tidak perlu bekerja kepada orang lain, bisa mengumpulkan uang lebih banyak, dan sebagainya.

Norma subyektif merupakan persepsi seseorang terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau tidak melakukan tingkah laku tertentu. Sedangkan

perceived behavioral control sebagai derajat kemudahan atau kesulitan yang

Attitude toward the behavior

Subjective norm

Perceived behavioral control


(40)

commit to user

dipersiapkan untuk melakukan tingkah laku dan hal tersebut diasumsikan mencerminkan pengalaman masa lampau (Ajzen, 1991).

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa perilaku individu dituntun melalui tiga hal, yaitu: behavioral beliefs, normative beliefs, dan control beliefs. Tiga hal ini akan menghasilkan sikap perilaku, norma subyektif, dan kontrol perilaku. Hasil tersebut merupakan determinan dasar untuk mengukur intensi.

4. Aspek-aspek Intensi Berwirausaha

Teori intensi yang dikemukakan Ajzen (1991) terdiri dari tiga determinan dasar yang dapat digunakan untuk mengukur intensi, yaitu:

a. Aspek sikap pribadi

Merupakan dorongan, pikiran, dan keinginan untuk melakukan (atau tidak melakukan). Wirausaha dipengaruhi oleh keyakinan subyektif akan akibat perilaku wirausaha tersebut. Dua aspek pokok dalam keyakinan pribadi, yaitu: keyakinan individu bahwa menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu akan menghasilkan akibat-akibat atau hasil-hasil tertentu, dan merupakan aspek pengetahuan individu tentang obyek sikap atau opini individu. Semakin positif keyakinan individu akan akibat dari suatu obyek sikap, maka akan semakin positif pula sikap individu terhadap obyek tersebut, demikian pula sebaliknya.

b. Aspek norma subyektif

Dorongan, pikiran, dan keinginan untuk melakukan norma dalam lingkungan sosial (berisi pengaruh dan tekanan dari lingkungan sosial). Dua


(41)

commit to user

aspek pokok dalam norma subyektif adalah keyakinan akan harapan, harapan norma referen yaitu pandangan pihak lain yang dianggap penting oleh individu yang menyarankan individu untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilaku.

c. Aspek kontrol perilaku

Merupakan dasar bagi pembentukan kontrol perilaku yang dipersepsikan. Kontrol perilaku yang dipersepsi merupakan persepsi terhadap kekuatan faktor-faktor yang mempermudah atau mempersulit. Kontrol perilaku melibatkan dua aspek internal dan eksternal. Aspek internal meliputi: informasi, keterampilan dan kemampuan individu untuk melaksanakan perilakunya. Sedangkan, aspek eksternal meliputi: hal-hal yang menghalangi individu untuk melakukan kegiatan, seperti ketergantungan individu pada orang lain.

Shapero dan Sokol (dalam Riyanti, 2009) mengadaptasi Theory ofPlanned Behavior dari Ajzen (1991) yang diaplikasikan secara khusus dalam dunia wirausaha untuk mengetahui intensi menjadi seorang wirausaha. Menurut Shapero dan Sokol (dalam Riyanti, 2009) intensi menjadi wirausaha dipengaruhi oleh tiga dimensi, yaitu:

a. Perceived desirability

Perceived desirability adalah bias personal seseorang yang memandang penciptaan usaha baru sebagai sesuatu yang menarik dan diinginkan. Bias ini tumbuh dari pandangan dan konsekuensi personal pengalaman kewirausahaan, dan tingkat dukungan dari lingkungan (keluarga,


(42)

commit to user

teman, kerabat, sejawat, dan sebagainya). Variabel ini merefleksikan afeksi individu terhadap kewirausahaan.

b. Perceived feasibility

Perceived feasibility menunjukkan derajat kepercayaan dimana seseorang memandang dirinya mempunyai kemampuan untuk mengumpulkan sumber daya (manusia, sosial, finansial) untuk membangun usaha baru.

c. Prospensity to act

Propensity to act menunjukkan dorongan dalam diri seseorang untuk bertingkah laku dan intesitasnya sangat bervariasi bagi tiap individu. Ketika

prospensity to act individu rendah, intensi berwirausaha hanya mempunyai kemungkinan sedikit untuk berkembang.

Linan dan Moriano (2007), dengan mengadaptasi teori dari Ajzen (1991) menjelaskan bahwa intensi berwirausaha dapat diungkap melalui tiga aspek, yaitu: a. Sikap terhadap kewirausahaan (attitude towards start-up/personal attitude)

Sikap kewirausahaan merujuk pada derajat penilaian sejauh mana individu memiliki penilaian positif atau negatif untuk menjadi seorang wirausaha. Penilaian tersebut tidak hanya mencakup aspek afektif saja, tetapi juga mencakup aspek penilaian evaluatif dalam menjadi wirausaha.

b. Norma-norma subjektif (subjective norms)

Norma sosial yang dimaksud adalah persepsi individu mengenai tekanan sosial yang diberikan oleh keluarga, teman, atau orang-orang terdekat lainnya terhadap keputusannya dalam menampilkan perilaku wirausaha.


(43)

commit to user

Persepsi akan penilaian sosial tersebut menjadi acuan bagi individu untuk menyetujui atau tidak menyetujui keputusannya menjadi wirausaha. Apabila individu yakin bahwa orang-orang dekatnya mengharapkannya untuk menampilkan perilaku berwirausaha, individu tersebut cenderung untuk menampilkan perilaku berwirausaha. Jika yang terjadi adalah sebaliknya, maka individu akan cenderung menghindari untuk menampilkan perilaku berwirausaha.

c. Kendali tingkah laku yang dipersepsikan (perceived behavioral control) Hal ini berkaitan dengan persepsi yang dimiliki individu terhadap kompetensinya dalam mengendalikan tingkah laku berwirausaha. Faktor ini sering disebut juga self efficacy, yang merupakan persepsi seseorang akan kemudahan atau kesukaran menjadi seorang wirausaha. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai proses yang berbeda, seperti penguasaan materi, adanya role model, adanya persuasi sosial, dan juga penilaian.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur tingkat intensi berwirausaha adalah aspek sikap terhadap kewirausahaan yang merupakan keyakinan individu untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilaku berwirausaha dan keyakinan individu akan akibat dari perilaku tersebut, aspek norma-norma subyektif yang merupakan kesediaan individu melaksanakan atau tidak melaksanakan pendapat atau pikiran pihak lain mengenai wirausaha, dan aspek kendali tingkah laku yang dipersepsikan yang merupakan persepsi terhadap kekuatan dan kesulitan dalam melakukan perilaku wirausaha.


(44)

commit to user

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensi Berwirausaha

Karakteristik-karakteristik dasar memberikan sebuah indikasi mengenai kecenderungan individu untuk lebih atau kurang menganggap tindakan wirausaha sebagai tindakan yang layak dilakukan dan diinginkan, dan oleh karena itu muncul kecenderungan lebih atau kurang bermaksud untuk menjadi pengusaha.

Menurut Ajzen (1991) ada dua macam faktor utama penentu terwujudnya intensi ke dalam perilaku nyata, yaitu:

a. Faktor internal

Faktor internal terbentuk karena pengaruh pelatihan dan pengalaman yang ada dalam diri individu. Faktor internal yang mempengaruhi terwujudnya intensi ke dalam perilaku nyata, antara lain:

1) Informasi, keahlian

Individu yang akan berperilaku membutuhkan informasi yang diperlukannya serta keahlian dan keterampilan untuk mewujudkan intensinya ke dalam bentuk perilaku nyata.

2) Emosi dan pengulangan

Perilaku emosional mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu, yaitu tindakan tersebut dilakukan dengan tertekan dan penuh emosi, misal tindak kejahatan, aksi pengrusakan, dan sebagainya.

b. Faktor eksternal


(45)

commit to user

1) Kesempatan

Individu yang kehilangan kesempatan untuk mewujudkan intensi ke dalam perilaku yang sesungguhnya dapat mengalami perubahan intensi yang belum diwujudkan dalam perilaku nyata dan kemudian mendapatkan informasi baru, maka informasi baru tersebut kemungkinann akan mengubah intensi tersebut.

2) Ketergantungan terhadap individu lain

Ketergantungan individu terhadap individu lain dapat mempengaruhi perilaku yang dilakukan. Individu yang mengalami kesulitan dalam melakukan hubungan interpersonal kadang mengalami kesulitan dalam mewujudkan intensi dalam perilaku nyata apabila berhadapan dengan orang yang asing.

Selanjutnya, Hisrich, dkk. (2008) menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha adalah:

a. Lingkungan keluarga

Orang tua akan memberikan corak budaya, suasana rumah, pandangan hidup dan pola sosialisasi yang akan menentukan sikap, perilaku serta proses pendidikan terhadap anak-anaknya. Orang tua yang bekerja sebagai wirausaha akan mendukung dan mendorong kemandirian, berprestasi dan bertanggung jawab. Dukungan orang tua ini, terutama ayah sangat penting dalam pengambilan keputusan pemilihan karir bagi anak.


(46)

commit to user

b. Pendidikan

Pendidikan penting bagi wirausaha, tidak hanya gelar yang didapatkannya saja, namun pendidikan juga mempunyai peranan yang besar dalam membantu mengatasi masalah-masalah dalam bisnis seperti keputusan investasi dan sebagainya. Secara lebih spesifik penelitian ini menemukan bahwa pendidikan yang dibutuhkan untuk berwirausaha termasuk dalam area finansial, strategi perencanaan, marketing (termasuk pemasaran dan manajemen).

c. Nilai Personal

Beberapa penelitian menemukan bahwa wirausahawan memiliki sikap yang berbeda terhadap proses manajemen dan bisnis secara. Nilai personal dibentuk oleh motivasi, dan optimisme individu. Penelitian Indarti dan Kristiansen (2003) menemukan bahwa tingkat intensi wirausaha siswa dipengaruhi tinggi rendahnya kapasitas motivasi, pengendalian diri dan optimisme siswa.

d. Usia

Pada masa dewasa awal yang dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun merupakan masa individu mencoba-coba untuk berkarir, artinya kemantapan karir masih belum pasti (Horluck, 1980).

e. Jenis kelamin

Jenis kelamin sangat berpengaruh terhadap minat berwirausaha mengingat adanya perbedaan terhadap pandangan pekerjaan antara laki-laki dan perempuan. Horluck (1980) mengemukakan bahwa wanita cenderung


(47)

commit to user

kurang mantap dalam pekerjaan yang dipilih dari pada laki-laki, terutama karena perempuan berkeluarga, perempuan harus lebih sering melakukan penyesuaian pekerjaan yang disukai sesuai dengan tanggung jawab rumah tangga. Namun, perbedaan pandangan pekerjaan antara laki-laki dan perempuan pada masa sekarang dianggap sama. Tidak ada perbedaan gender untuk profesi apapun (Erwindia, 2009).

Hasil penelitian Indarti (2008) menunjukkan bahwa jender tidak terbukti secara signifikan sebagai prediktor intensi kewirausahaan, dan tidak menujukkan adanya bahwa intensi berwirausaha laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha adalah dukungan sosial yang berasal dari keluarga atau pihak lain, pendidikan khususnya pendidikan kewirausahaan, usia individu, keahlian atau kemampuan individu, nilai pribadi yang erat kaitannya dengan kapasitas motivasi individu.

B. Motivasi Berprestasi

1. Pengertian Motivasi Berprestasi

Motif adalah dorongan yang datang dari dalam untuk berbuat. Karena itu motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat atau merupakan driving force (Walgito, 2003). Motivasi merupakan motif yang seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat.


(48)

commit to user

Gerungan (1996) menyatakan bahwa motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan seorang berbuat sesuatu. Motif manusia merupakan dorongan, keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dari dalam diri untuk melakukan sesuatu. Motif-motif tersebut memberi tujuan dan arah kepada tingkah laku.

Kartono (1990) mengungkapkan motif dengan istilah dorongan (drives) adalah desakan yang alami untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidup, dan merupakan kecenderungan untuk mempertahankan hidup. Pendidikan dan kebiasaan yang baik ikut mempengaruhi dorongan-dorongan tersebut, bahkan dapat memperkuatnya. Motif merupakan sebab atau gambaran penyebab yang akan menimbulkan tingkah laku menuju pada satu tujuan.

McClelland (1987), menggunakan istilah n-Ach (need for achievement) atau motivasi berprestasi yaitu kebutuhan untuk meraih hasil atau prestasi. Motivasi berprestasi ditemukan pada pikiran yang berhubungan dengan melakukan sesuatu yang baik, lebih baik dari sebelumnya dan lebih efisisien.

Motivasi berprestasi adalah motif yang mendorong individu dalam mencapai sukses dan tujuan untuk berhasil dalam kompetisi dengan beberapa ukuran keberhasilan, yaitu dengan membandingkan perstasi. Selanjutnya, As’ad (1991) menyatakan bahwa motivasi berprestasi adalah kebutuhan untuk berbuat lebih baik dari orang lain, yang mendorong individu untuk menyelesaikan tugas lebih sukses, untuk mencapai prestasi yang tinggi.


(49)

commit to user

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat diketahui bahwa motivasi berprestasi adalah kebutuhan atau dorongan dari diri individu untuk meraih hasil atau prestasi yang tinggi dengan melakukan sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya atau bekerja lebih baik dari orang lain.

2. Aspek-aspek Motivasi Berprestasi

McClelland (1987) menggambarkan beberapa aspek untuk melihat adanya motivasi berprestasi yang tinggi, adalah:

a. Kreatif dan inovatif

Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung bosan dengan rutinitas dan berusaha menghasilkan sesuatu yang baru atau original, terlibat dalam kegiatan inovasi, mampu berdaya cipta dan penuh semangat. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih suka perbedaan dan kekhasan tersendiri sesuai dengan kompetensi profesional yang di miliki.

b. Ukuran atas hasil dan umpan balik

Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung membutuhkan umpan balik untuk mengetahui hasil atas tindakan yang dilakukan. Umpan balik diartikan sebagai reward bisa dalam bentuk keuntungan, masukan dari orang lain, dan penghargaan. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung senang menyelesaikan tugas dengan tuntas dan setiap tugas akan diselesaikan sesuai dengan batas waktu yang sudah ditentukan dan ukuran yang jelas. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi selalu ingin mengetahui hasil nyata dari tindakannya, agar segera dapat memperbaiki kesalahanya.


(50)

commit to user

c. Tanggung jawab pribadi

Pengambilan tanggung jawab secara pribadi atas perbuatan menentukan standar prestasi. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi menyukai situasi yang terdapat peluang bagi prestasi pribadi, menerima penghargaan atas keberhasilan maupun tumpuan kesalahan karena kegagalan, dan cenderung menampilkan perilaku tertentu melebihi atau mengungguli orang lain tanpa mengabaikan kepentingan orang lain.

d. Pemilihan Tugas

1) Tugas-tugas yang menantang

Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi senang dengan tugas-tugas yang dapat menguji kemampuan yang dimilikinya.

2) Tugas-tugas yang memperlihatkan keunggulan

Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan tertarik dan memilih tugas yang melibatkan persaingan.

3) Pengambilan resiko sedang

Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung untuk memilih risiko yang relatif sedang (moderat) supaya kesempatan berhasil lebih besar dari pada gagal. Santrock (2001) yang menyatakan bahwa orang yang memiliki motivasi berprestasi rendah cenderung memilih tugas yang taraf kesulitannya rendah.

e. Berorientasi sukses

Berorientasi sukses artinya apabila individu dihadapkan pada situasi berprestasi maka akan merasa optimis bahwa sukses akan diraihnya dan dalam


(51)

commit to user

mengerjakan tugas akan lebih terdorong oleh harapan untuk sukses dari pada menghindar yang berakhir dengan kegagalan. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung bertahan dalam menghadapi rintangan, tidak mudah putus asa, optimis, dan percaya diri serta membuat tujuan-tujuan yang hendak dicapainya di waktu yang akan datang, sangat menghargai waktu, dan lebih dapat menangguhkan pemuasan untuk mendapatkan penghargaan di waktu mendatang.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa aspek-aspek motivasi berprestasi meliputi: 1) kreatif dan inovatif, yaitu berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara baru, 2) ukuran hasil dan umpan balik terkait perbuatan yang dilakukan, 3) pengambilan tanggung jawab pribadi atas perbuatan yang dilakukan, 4) pemilihan tugas, yaitu memilih tugas yang risiko sedang, menantang, dan menunjukkan keunggulan, dan 5) berorientasi sukses, menunjukkan kerja keras, ulet, dan optimis.

3. Ciri-ciri Motivasi Berprestasi Tinggi

Dalam beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang mempunyai n-achievement tinggi akan mempunyai performance yang lebih baik apabila dibandingkan dengan orang yang mempunyai n-achievement rendah (Walgito, 2003). Ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, sebagai berikut:

a. Selalu bekerja keras dan tangguh, serta tidak mudah putus asa. b. Berorientasi kemasa depan dan menyenangi tugas.


(52)

commit to user

d. Bertanggung jawab dalam memecahkan masalah e. Efektif dan efisien dalam usahanya mencapai tujuan

f. Memilih tugas yang ada tantangan dan menurut kemampuannya.

Suryana (2003) menjelaskan bahwa wirausaha yang memiliki motif berprestasi tinggi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya.

b. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan.

c. Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi. d. Berani menghadapi risiko dengan penuh perhitungan.

e. Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa ciri-ciri individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi adalah adanya keinginan mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya, selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan, memiliki tanggung jawab personal yang tinggi, dan berani menghadapi risiko dengan penuh perhitungan, serta menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang


(53)

commit to user

C. Dukungan Sosial

1. Pengertian Dukungan Sosial

Manusia merupakan mahluk sosial, dan mempunyai dua kebutuhan sosial dasar manusia, yaitu: kebersamaan atau merasa memiliki dan dimiliki, dan dua kebutuhan untuk memperoleh dukungan atau sama lainnya. Selain mengadakan kontak-kontak sosial manusia juga membutuhkan dukungan dari orang lain atau dukungan sosial dalam mengantisipasi dan menghadapi suatu masalah.

Sarafino (1998) mendefinisikan dukungan sosial adalah suatu kesenangan, rasa aman, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang dirasakan dari orang lain atau kelompok. Siegel (dalam Taylor, 1999), menyatakan bahwa dukungan sosial adalah informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama.

Gottlieb (dalam Smet, 1994) menjelaskan bahwa dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal atau non verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau kehadiran individu yang bersangkutan yang bermanfaat mempengaruhi perilaku maupun emosi individu. Selanjutnya, Johnson & Johnson (1991) mendefinisikan dukungan sosial sebagai keberadaan orang lain yang dapat memberikan bantuan, dorongan, penerimaan, dan perhatian kepada seseorang.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa definisi dukungan sosial adalah ketersediaan sumber daya baik individu atau kelompok yang memberikan suatu kenyamanan baik fisik maupun psikologis, perhatian, penghargaan, bantuan,


(54)

commit to user

yang semua itu akan mengarahkan tingkah laku individu dalam mengatasi hambatan atau mencapai target tujuan yang telah ditentukan.

2. Aspek-aspek Dukungan Sosial

Sarafino (1998) mengklasifikasikan dukungan sosial ke dalam lima bentuk dukungan sosial, yang terdiri dari:

a. Dukungan emosional (emotional support)

Dukungan yang melibatkan ekspresi rasa empati dan kepedulian terhadap individu, sehingga individu tersebut merasa nyaman, dicintai dan diperhatikan. Dukungan sosial dapat diperoleh dari orang lain yang memperhatikan prestasi individu dalam pembentukan dan perjalanan usaha, kepedulian terhadap kegiatan usaha yang dilakukan, sehingga perasaan nyaman dan terdorong mengakibatkan individu tersebut berhasil melakukan sesuai tujuan yang ingin dicapai.

b. Dukungan penghargaan (esteem support)

Dukungan yang melibatkan penilaian positif pada individu, pemberian semangat dan pernyataan setuju pada pendapat individu. Dukungan ini akan membantu perasaan berharga bagi individu yang menganggap dirinya memiliki kemampuan yang berbeda dengan orang lain sehingga menimbulkan percaya diri dan harga diri pada individu. Orang-orang yang berada disekitar individu memberikan respon yang positif dan menunjukkan rasa bangga ketika individu tersebut menunjukkan atau mengarahkan tingkah laku dalam kegiatan wirausaha.


(55)

commit to user

c. Dukungan instrumental (tangible or instrumental support)

Berupa pemberian bantuan secara langsung seperti pemberian mata pelajaran kewirausahaan, praktik berwirausaha, praktik kerja, dan bantuan uang atau materi lainnya. Berbagai program kewirausahaan yang diselenggarkan pemerintah, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, maupun masyarakat dirasa mampu memperlancar intensi individu menjadi wirausaha, misal dengan diadakannya dan diikutinya pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan kewirausahaan, atau Program Mahasiswa Wirausaha.

d. Dukungan informasi (informational support)

Dukungan yang terdiri dari pemberian nasihat, pengarahan, saran atau umpan balik tentang bagaimana cara memecahkan persoalan. Dukungan ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah. Orang tua memberikan saran, nasihat dan pengarahan bagaimana menjadi seorang wirausaha, menjelaskan apa yang akan menjadi risiko menjadi wirausaha, informasi tentang peluang usaha yang ada, dan lain sebagainya tentang informasi yang berkaitan dengan dunia wirausaha.

e. Dukungan jaringan sosial (network support)

Dukungan yang menimbulkan perasaan memiliki pada individu karena individu menjadi anggota dalam kelompok. Individu dapat membagi minat serta aktivitas sosial sehingga individu merasa dirinya dapat diterima oleh kelompok tersebut. Individu yang tergabung dalam Program Mahasiswa Wirausaha akan merasa menjadi bagian dari kelompok tersebut dan saling memberikan informasi atau menjalin kerjasama antar anggota kelompok.


(56)

commit to user

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa aspek-aspek dalam dukungan sosial meliputi: 1) dukungan emosional yang berupa pemberian empati, perhatian dari orang lain, 2) dukungan penilaian berupa penghargaan, pengakuan, hubungan timbal balik serta perbandingan sosial, 3) dukungan instrumental berkaitan dengan kesejahteraan seseorang, 4) dukungan informasi berupa pemberian nasehat atau informasi dari orang-orang sekitar individu, dan 5) dukungan jaringan sosial berkaitan sebagai anggota dalam suatu kelompok.

3. Sumber Dukungan Sosial

Sumber dukungan sosial berasal dari pihak-pihak yang terkait dengan individu. Hisrich, dkk. (2008) menjelaskan beberapa sumber dukungan sosial, antara lain: keluarga merupakan sumber dukungan utama bagi setiap individu, dengan adanya anggota keluarga yang mendukung seseorang akan mampu bertahan dalam kesulitan. Teman memainkan peran penting dalam memberikan dukungan. Teman-teman tidak hanya memberi nasihat yang sering kali lebih jujur daripada nasihat yang didapat dari sumber-sumber lain, tetapi juga memberi dorongan, pengertian, dan bahkan bantuan. Mentor atau seorang teladan menjadi sistem pendukung yang juga penting dalam fase pembentukan usaha.

Berdasarkan paparan di atas sumber dukungan sosial dalam penelitian ini adalah keluarga khususnya orang tua, teman-teman baik teman sesama wirausaha maupun teman biasa, pembimbing yaitu orang yang membimbing individu dalam berwirausaha.


(57)

commit to user

D. Hubungan antara Motivasi Berprestasi dan Dukungan Sosial

dengan Intensi Berwirausaha

Setiap perbuatan atau perilaku yang dilakukan seseorang pasti didasari dengan niat untuk melakukan sesuatu. Perilaku yang akan dilakukan seseorang dapat diketahui dari intensinya. Hal ini dikarenakan intensi merupakan dimensi probabilitas subjektif yang melibatkan suatu hubungan antara diri dengan beberapa tindakan (Fishbein dan Ajzen, 1975). Niat untuk melakukan perilaku adalah kecenderungan seseorang untuk memilih melakukan atau tidak melakukan sesuatu pekerjaan. Niat ini ditentukan oleh sejauh mana individu memiliki sikap positif pada perilaku tertentu, dan sejauh mana kalau individu memilih untuk melakukan perilaku tertentu itu dan mendapat dukungan dari orang-orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya (Wijaya, 2008).

Seseorang membutuhkan waktu yang lama untuk berfikir hingga akhirnya menjadikan wirausaha sebagai tingkah laku yang terencana (Riyanti, 2009). Wirausaha merupakan perilaku yang terencana, sehingga sangat tepat dijelaskan melalui intensinya. Apabila diketahui intensi seseorang, maka akan dapat diketahui kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu target tingkah laku di masa yang akan datang. Target tingkah laku tersebut adalah menjadi seorang wirausaha, sehingga dapat diprediksi kemungkinan untuk memulai usaha atau berwirausaha.

Intensi muncul karena pengaruh dari beberapa hal, seperti lingkungan keluarga, pendidikan, usia, jenis kelamin, nilai personal (Wijaya, 2007). Hal tersebut tidak luput dari tiga dasar motif sosial: motif untuk berprestasi, motif


(58)

commit to user

untuk berafiliasi (menjalin persahabatan), dan motif untuk berkuasa. Dari perbandingan ketiga motif tersebut, ternyata seorang wirausaha terlihat jelas memiliki motif berprestasi yang menonjol (sangat tinggi) dibandingkan dengan individu yang tidak tertarik berwirausaha (As’ad, 1991). Seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya suatu motif tertentu, yaitu motif berprestasi (achievement motive), sehingga dapat dikatakan bahwa minat berwirausaha lahir dari motif ingin berprestasi (Suryana, 2003).

Motif berprestasi dijelaskan Purwanto (1990) merupakan suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi. Lebih lanjut, McClelland (1987) menyatakan bahwa motivasi berprestasi adalah motif yang mendorong individu dalam mencapai sukses dan bertujuan untuk berhasil dalam kompetisi dengan beberapa ukuran keberhasilan, yaitu dengan membandingkan prestasi sendiri sebelumnya maupun dengan prestasi orang lain. Hal ini menunjukan bahwa motivasi berpestasi memiliki peranan yang penting dalam berwirausaha.

Salah satu ciri wirausahawan yang dikatakan berhasil adalah berorientasi pada prestasi (Kasmir, 2007). Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan menyukai tugas-tugas yang menantang, bertanggung jawab, dan terbuka untuk umpan balik yang memperbaiki prestasi inovatif dan kreatif. Selain itu, hasil penelitian Lestari dan Helmi (2000) menyatakan orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dapat mengerjakan sesuatu dengan lebih semangat sehingga dapat menjadi dasar pertimbangan yang baik dalam


(59)

commit to user

pengembangan diri. Selanjutnya, Suryana (2003) mengatakan bahwa orang-orang yang motivasi berprestasinya tinggi dipandang cocok untuk menjadi seorang wirausaha. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka ada kemungkinan bahwa seorang wirausaha mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi.

Motivasi berprestasi merupakan unsur intrinsik dari diri manusia, unsur intrinsik belum tentu dapat berkembang secara optimal tanpa adanya unsur ekstrinsik, yaitu: dukungan sosial. Selaras dengan pernyataan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan memerlukan dukungan dari pihak lain, begitu pula seorang wirausaha. Hasil penelitian Prasetya (2009) menyatakan bahwa tujuan ketika seseorang melakukan usaha adalah kemandirian, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa seseorang melakukan usaha membutuhkan suatu dukungan sosial dalam perjalanan usahanya, terlebih ketika individu sedang

start-upbussines. Dukungan sosial adalah ketersediaan sumber daya baik individu atau kelompok yang memberikan suatu kenyamanan baik fisik maupun psikologis, perhatian, penghargaan, bantuan, yang semua itu akan mengarahkan tingkah laku individu dalam mengatasi hambatan atau mencapai target tujuan yang telah ditentukan.

Hisrich, dkk. (2008) menyatakan bahwa seorang wirausaha membutuhkan dukungan yang kuat dan sistem penasehat dalam setiap fase dari usaha baru. Dukungan ini bisa berupa dukungan moral (psikologis) atau dukungan profesional (dukungan terkait aktivitas usaha). Dukungan moral dapat berupa empati, kepedulian, perhatian, kenyamanan, dan penilaian positif dari orang lain terkait aktivitas wirausaha yang dilakukan individu. Sedangkan dukungan profesional


(60)

commit to user

dapat berupa jaringan sosial, dukungan informasi dari orang lain terkait aktivitas wirausaha yang dilakukan individu.

Individu yang mendapatkan dukungan sosial tinggi cenderung lebih mantap dalam bertindak, lebih percaya diri, memperkuat keyakinan untuk berhasil, dan memperkokoh jaringan. Dukungan seperti ini memberi keyakinan yang lebih besar dalam kemampuan mengakses sumber-sumber yang penting untuk pencapaian hasil-hasil wirausaha yang sukses, sehingga kemungkinan ini dirasa semakin memperkuat intensi berwirausaha. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa individu yang memperoleh dukungan sosial yang tinggi akan cenderung memperkuat intensi berwirausaha.

Berdasarkan uraian di atas, orang yang mempunyai keinginan kuat dalam wirausaha dapat diketahui melalui intensi berwirausaha. Motivasi berprestasi dimungkinkan akan mempengaruhi intensi berwirausaha. Selain itu, dukungan sosial yang tinggi juga akan mempengaruhi intensi berwirausaha. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan mendapatkan dukungan sosial yang tinggi dari berbagai pihak akan meningkatkan intensi berwirausaha mahasiswa.

E. Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Intensi Berwirausaha

Seorang wirausaha memiliki tiga dasar motif sosial, yaitu: motif untuk berprestasi yang merupakan dorongan untuk melebihi prestasi di masa lalu atau melebihi prestasi orang lain, motif untuk berafiliasi (menjalin persahabatan) merupakan kebutuhan akan kehangatan dan hubungan dengan orang lain, dan


(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

terbukti secara signifikan sebagai prediktor intensi kewirausahaan. Sejalan dengan penelitian ini yang tidak membedakan gender, dikarenakan peserta Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) telah melalui serangkaian pelatihan kewirausahaan antara lain: kompetensi umum, keterampilan manajerial, keterampilan kewirausahaan. Subyek perempuan dan laki-laki mendapatkan pelatihan yang sama, baik materi ataupun waktu pelatihan.

Adanya Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) sebagai salah satu pendukung individu dalam menjadi wirausaha, selain dukungan dari keluarga atau teman. Pada penelitian ini berdasarkan hasil uji analisis faktor diketahui bahwa aspek yang paling berpengaruh adalah dukungan penilaian, dukungan yang melibatkan penilaian positif pada individu, pemberian semangat, pernyataan setuju. Aspek kedua yang berpengaruh adalah dukungan emosional, dukungan yang melibatkan ekspresi rasa empati, kepedulian terhadap individu. Aspek selanjutnya adalah dukungan informasi yang melibatkan pemberian nasihat, saran, arahan dari pihak lain, dukungan jaringan sosial yang melibatkan individu dalam suatu organisasi, dan dukungan instrumental yang terkait dengan dukungan material dan dukungan skill. Dari hasil tersebut terlihat bahwa aspek-aspek dukungan yang berupa dukungan moral (bersifat psikologis) berpengaruh lebih tinggi dibandingkan aspek-aspek dukungan yang berupa profesional (dukungan terkait aktivitas usaha).

Laporan Ppkwu terkait dengan PMW 2010 yang didasarkan pada laporan usaha yang dikirimkan peserta maupun dari form evaluasi, dapat diketahui bahwa ada beberapa kendala yang dialami peserta dalam menjalankan usaha antara lain :


(2)

commit to user

a. Perencanaan yang kurang matang, sehingga peserta mengalami

kerugian.

b. Kurangnya komitmen antar peserta yang tergabung dalam satu kelompok, sehingga menyebabkan kelompok tersebut pecah dan mendirikan usaha sendiri-sendiri.

c. Ada beberapa usaha yang sudah menghasilkan produk tetapi

kesulitan dalam pemasaranya karena produk yang dihasilkan sangat khusus dan harganya agak mahal, misalnya jilbab lukis, tas dari kain perca.

d. Dengan adanya investasi peralatan sebetulnya perusahaan peserta tersebut bisa menambah kuantitas produk yang dihasilkan dan bisa masih bisa diterima pasar, tetapi belum bisa maksimal karena kekurangan tenaga kerja.

e. Ada beberapa peserta yang kurang menguasai teknis bidang usaha yang ditekuninya, sehingga mengalami kegagalan, misalnya, budidaya ayam, peternakan kambing.

Penelitian ini dikenakan pada peserta Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) 2010, dikarenakan penelitian ini adalah studi populasi maka hasil penelitian ini tidak untuk digeneralisasikan, namun diharapkan dapat digunakan sebagai informasi pengembangan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) selanjutnya dan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut, misalnya: efektivitas Program Mahasiswa Wirausaha (PMW).


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

Penelitian ini masih memiliki banyak keterbatasan, antara lain hanya digunakan secara terbatas pada populasi penelitian ini saja, sedangkan apabila diterapkan pada populasi yang lebih luas dengan karakteristik yang berbeda, memerlukan penelitian lebih lanjut. Dengan penelitian berulang-ulang disertai perubahan dan penyempurnaan dalam teknik pengukuran, pemakaian alat ukur, prosedur penelitian, diharapkan dapat memberikan hasil penelitian hubungan di antara ketiga variabel tersebut dengan lebih baik dan diharapkan untuk memperhatikan variabel-variabel lain terkait dengan intensi berwirausaha.


(4)

commit to user

106 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Motivasi berprestasi dan dukungan sosial secara bersama-sama terdapat hubungan yang signifikan dengan intensi berwirausaha. Koefisien korelasi (R) sebesar 0,782 dan tingkat signifikansi korelasi p = 0,000 (p<0,05) serta F hitung sebesar 85,981 lebih besar dari F tabel sebesar 3,92. Hal tersebut berarti terdapat hubungan yang kuat antara motivasi berprestasi dan dukungan sosial dengan intense berwirausaha pada peserta PMW 2010. Nilai R positif menandakan bahwa arah hubungan ketiga variabel adalah positif, artinya semakin tinggi motivasi berprestasi dan dukungan sosial maka semakin tinggi pula intensi berwirausaha, dan sebaliknya. Berdasarkan hasil tersebut, dengan demikian hipotesis pertama diterima.

2. Ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan intensi berwirausaha, diperoleh dari nilai koefisien korelasi antara motivasi berprestasi dengan intensi berwirausaha adalah sebesar 0,539 dengan sig. 0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang cukup kuat atau sedang antara motivasi berprestasi dengan intensi berwirausaha jika dukungan sosial dianggap tetap. Sedangkan nilai korelasi (r) positif menandakan bahwa arah hubungan variabel adalah positif, artinya semakin tinggi motivasi berprestasi maka semakin tinggi pula intensi berwirausaha, dan sebaliknya. Berdasarkan hasil tersebut, dengan demikian hipotesis kedua diterima.


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

3. Ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan intensi berwirausaha, diperoleh dari nilai koefisien korelasi antara dukungan sosial dengan intensi berwirausaha adalah sebesar 0,517 dengan sig. 0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang cukup kuat atau sedang antara dukungan sosial dengan intensi berwirausaha jika motivasi berprestasi dianggap tetap. Sedangkan nilai korelasi (r) positif menandakan bahwa arah hubungan variabel adalah positif, artinya semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi pula intensi berwirausaha, dan sebaliknya. Berdasarkan hasil tersebut, dengan demikian hipotesis ketiga diterima.

B. Saran

Berdasar hasil dari penelitian ini, sehingga dapat diberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi peserta Program Mahasiswa Wirausaha (PMW)

Subjek hendaknya dapat menjaga motivasi berprestasi yang tinggi sehingga semangat untuk berprestasi tetap terjaga dan memanfaatkan dukungan sosial yang sudah diperoleh dengan sebaik-baiknya, sehingga mampu memperkuat intensi dalam menjalankan usahanya.

2. Bagi penyelenggara Program Mahasiswa Wirausaha (PMW)

Penyelenggara Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) hendaknya memantau dan mengevaluasi pelaksanaan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) secara berkala. Dengan demikian, dapat dilakukan asesmen hal-hal yang dibutuhkan atau yang tidak diperlukan dalam mempertahankan intensi


(6)

commit to user

berwirausaha peserta Program Mahasiswa Wirausaha (PMW). Kemudian dapat dijadikan bahan pertimbangan, untuk menentukan, membuat, melaksanakan, dan mengembangkan program-program intervensi guna pengembangan Program Mahasiswa Wirausaha selanjutnya.

3. Bagi peneliti selanjutnya

a. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi intensi berwirausaha selain faktor motivasi berprestasi dan dukungan sosial, seperti: tingkat pendidikan, latar belakang keluarga individu,dan nilai-nilai pribadi lainnya.

b. Bagi peniliti yang berkeinginan meneliti Program Mahasiswa

Wirausaha diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini, misal: meneliti efektivitas Program Mahasiswa Wirausaha (PMW).


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TATA RUANG KULIAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN MINAT BELAJAR MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

0 4 39

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN MINAT WIRAUSAHA PADA MAHASISWA Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Dengan Minat Wirausaha Pada Mahasiswa.

0 2 14

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN MINAT WIRAUSAHA PADA MAHASISWA Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Dengan Minat Wirausaha Pada Mahasiswa.

0 2 18

PENDAHULUAN Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Dengan Minat Wirausaha Pada Mahasiswa.

0 2 8

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Minat Berwirausaha pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 4 14

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Minat Berwirausaha pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 18

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA ANGGOTA LANUD ADI SOEMARMO YANG Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Intensi Berwirausaha Pada Anggota LANUD Adi Soemarmo Yang Menjelang Pensiun.

0 1 15

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN INTENSI BERWIRASWASTA PADA MAHASISWA.

0 1 7

Hubungan antara Adversity Quotient dan Kompetensi Sosial dengan Intensi Berwirausaha Mahasiswa Program Studi Manajemen di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

0 0 18

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET.

1 0 11