Multikolinieritas Uji Asumsi Klasik

commit to user 76 Tabel 4.8 Hasil Uji Linieritas antara Dukungan Sosial dengan Intensi Berwirausaha ANOVA Table Sum of Squares df Mean Square F Sig. intensi berwirausaha dukungan sosial Between Groups Combined 11030.143 48 229.795 6.161 .000 Linearity 6062.266 1 6062.266 162.546 .000 Deviation from Linearity 4967.877 47 105.700 2.834 .000 Within Groups 2349.633 63 37.296 Total 13379.777 111 Tabel di atas menunjukkan bahwa hubungan antara variabel motivasi berprestasi dengan intensi berwirausaha menghasilkan nilai signifikansi pada Linearity sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi yang dihasilkan lebih kecil dari 0,05 p0,05, maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel motivasi berprestasi dengan intensi berwirausaha terdapat hubungan yang linier. Selanjutnya, antara variabel dukungan sosial dengan intensi berwirausaha juga menghasilkan nilai signifikansi pada Linearity sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi yang dihasilkan lebih kecil dari 0,05 p0,05, maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel dukungan sosial dengan intensi berwirausaha juga terdapat hubungan yang linier.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Multikolinieritas

Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinieritas, yaitu adanya hubungan linier antara variabel independen dalam model regresi Priyatno, 2009. Prasyarat yang commit to user 77 harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinieritas. Pada penelitian ini uji multikolinierias dilakukan dengan melihat nilai variance inflation factor VIF, apabila nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1 maka dapat dinyatakan model regresi linier berganda terbebas dari multikolinieritas dan dapat digunakan dalam penelitian. Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinieritas Variabel Bebas Collinearity Statistics Tolerance VIF Motivasi Berprestasi 0,741 1,350 Dukungan Sosial 0,741 1,350 Sumber: Data Olahan Peneliti 2010 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa motivasi berprestasi dan dukungan sosial memiliki nilai variance inflation factor VIF sebesar 1,350 tidak lebih dari 10 dan tolerance sebesar 0,74 lebih dari 0,1, sehingga model regresi dalam penelitian ini terbebas dari multikolinieritas. b. Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk mendeteksi apakah variabel dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri, baik nilai periode sebelumnya atau nilai periode sesudahnya. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson DW. Apabila nilai DW diantara 1,5 sampai dengan 2,5 maka data tidak mengalami autokorelasi. Apabila nilai DW 1,5 disebut memiliki autokorelasi positif, dan apabila nilai DW 2,5 sampai dengan 4 disebut autokorelasi negatif Priyatno, 2008. commit to user 78 Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .782 a .612 .605 6.901 2.085 Hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai Durbin-Watson DW sebesar 2,085, nilai tersebut berada diantara 1,5 sampai 2,5 sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi autokorelasi. c. Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain. Analisis pada gambar Scatterplot yang menyatakan model regresi linier berganda tidak terdapat heteroskedastisitas apabila: 1 Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0. 2 Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atad atau di bawah saja. 3 Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali. 4 Penyebaran tidak berpola. commit to user 79 Bagan 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Hasil dari uji heterokedastisitas menunjukkan bahwa model regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini tidak terdapat heteroskedastisitas. Setelah uji asumsi dasar dan uji asumsi klasik terpenuhi, maka dapat dilanjutkan uji hipotesis dengan menggunakan teknik analisis regresi dengan dua prediktor.

3. Uji Hipotesis

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TATA RUANG KULIAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN MINAT BELAJAR MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

0 4 39

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN MINAT WIRAUSAHA PADA MAHASISWA Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Dengan Minat Wirausaha Pada Mahasiswa.

0 2 14

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN MINAT WIRAUSAHA PADA MAHASISWA Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Dengan Minat Wirausaha Pada Mahasiswa.

0 2 18

PENDAHULUAN Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Dengan Minat Wirausaha Pada Mahasiswa.

0 2 8

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Minat Berwirausaha pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 4 14

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Minat Berwirausaha pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 18

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA ANGGOTA LANUD ADI SOEMARMO YANG Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Intensi Berwirausaha Pada Anggota LANUD Adi Soemarmo Yang Menjelang Pensiun.

0 1 15

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN INTENSI BERWIRASWASTA PADA MAHASISWA.

0 1 7

Hubungan antara Adversity Quotient dan Kompetensi Sosial dengan Intensi Berwirausaha Mahasiswa Program Studi Manajemen di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

0 0 18

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET.

1 0 11