commit to user 20
dipersiapkan untuk melakukan tingkah laku dan hal tersebut diasumsikan mencerminkan pengalaman masa lampau Ajzen, 1991.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa perilaku individu dituntun melalui tiga hal, yaitu:
behavioral beliefs, normative beliefs, dan control beliefs
. Tiga hal ini akan menghasilkan sikap perilaku, norma subyektif, dan
kontrol perilaku. Hasil tersebut merupakan determinan dasar untuk mengukur intensi.
4. Aspek-aspek Intensi Berwirausaha
Teori intensi yang dikemukakan Ajzen 1991 terdiri dari tiga determinan
dasar yang dapat digunakan untuk mengukur intensi, yaitu:
a. Aspek sikap pribadi
Merupakan dorongan, pikiran, dan keinginan untuk melakukan atau tidak melakukan. Wirausaha dipengaruhi oleh keyakinan subyektif akan
akibat perilaku wirausaha tersebut. Dua aspek pokok dalam keyakinan pribadi, yaitu: keyakinan individu bahwa menampilkan atau tidak menampilkan
perilaku tertentu akan menghasilkan akibat-akibat atau hasil-hasil tertentu, dan merupakan aspek pengetahuan individu tentang obyek sikap atau opini
individu. Semakin positif keyakinan individu akan akibat dari suatu obyek sikap, maka akan semakin positif pula sikap individu terhadap obyek tersebut,
demikian pula sebaliknya. b.
Aspek norma subyektif Dorongan, pikiran, dan keinginan untuk melakukan norma dalam
lingkungan sosial berisi pengaruh dan tekanan dari lingkungan sosial. Dua
commit to user 21
aspek pokok dalam norma subyektif adalah keyakinan akan harapan, harapan norma referen yaitu pandangan pihak lain yang dianggap penting oleh individu
yang menyarankan individu untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilaku.
c. Aspek kontrol perilaku
Merupakan dasar bagi pembentukan kontrol perilaku yang dipersepsikan. Kontrol perilaku yang dipersepsi merupakan persepsi terhadap
kekuatan faktor-faktor yang mempermudah atau mempersulit. Kontrol perilaku melibatkan dua aspek internal dan eksternal. Aspek internal meliputi:
informasi, keterampilan dan kemampuan individu untuk melaksanakan perilakunya. Sedangkan, aspek eksternal meliputi: hal-hal yang menghalangi
individu untuk melakukan kegiatan, seperti ketergantungan individu pada orang lain.
Shapero dan Sokol dalam Riyanti, 2009 mengadaptasi
Theory of Planned
Behavior
dari Ajzen 1991 yang diaplikasikan secara khusus dalam dunia wirausaha untuk mengetahui intensi menjadi seorang wirausaha. Menurut Shapero
dan Sokol dalam Riyanti, 2009 intensi menjadi wirausaha dipengaruhi oleh tiga dimensi, yaitu:
a.
Perceived desirability Perceived desirability
adalah bias personal seseorang yang memandang penciptaan usaha baru sebagai sesuatu yang menarik dan
diinginkan. Bias ini tumbuh dari pandangan dan konsekuensi personal pengalaman kewirausahaan, dan tingkat dukungan dari lingkungan keluarga,
commit to user 22
teman, kerabat, sejawat, dan sebagainya. Variabel ini merefleksikan afeksi individu terhadap kewirausahaan.
b.
Perceived feasibility Perceived feasibility
menunjukkan derajat kepercayaan dimana seseorang memandang dirinya mempunyai kemampuan untuk mengumpulkan
sumber daya manusia, sosial, finansial untuk membangun usaha baru. c.
Prospensity to act Propensity to act
menunjukkan dorongan dalam diri seseorang untuk bertingkah laku dan intesitasnya sangat bervariasi bagi tiap individu. Ketika
prospensity to act
individu rendah, intensi berwirausaha hanya mempunyai kemungkinan sedikit untuk berkembang.
Linan dan Moriano 2007, dengan mengadaptasi teori dari Ajzen 1991 menjelaskan bahwa intensi berwirausaha dapat diungkap melalui tiga aspek, yaitu:
a. Sikap terhadap kewirausahaan
attitude towards start-uppersonal attitude
Sikap kewirausahaan merujuk pada derajat penilaian sejauh mana individu memiliki penilaian positif atau negatif untuk menjadi seorang
wirausaha. Penilaian tersebut tidak hanya mencakup aspek afektif saja, tetapi juga mencakup aspek penilaian evaluatif dalam menjadi wirausaha.
b. Norma-norma subjektif
subjective norms
Norma sosial yang dimaksud adalah persepsi individu mengenai tekanan sosial yang diberikan oleh keluarga, teman, atau orang-orang terdekat
lainnya terhadap keputusannya dalam menampilkan perilaku wirausaha.
commit to user 23
Persepsi akan penilaian sosial tersebut menjadi acuan bagi individu untuk menyetujui atau tidak menyetujui keputusannya menjadi wirausaha. Apabila
individu yakin bahwa orang-orang dekatnya mengharapkannya untuk menampilkan perilaku berwirausaha, individu tersebut cenderung untuk
menampilkan perilaku berwirausaha. Jika yang terjadi adalah sebaliknya, maka individu akan cenderung menghindari untuk menampilkan perilaku
berwirausaha. c.
Kendali tingkah laku yang dipersepsikan
perceived behavioral control
Hal ini berkaitan dengan persepsi yang dimiliki individu terhadap kompetensinya dalam mengendalikan tingkah laku berwirausaha. Faktor ini
sering disebut juga self efficacy, yang merupakan persepsi seseorang akan kemudahan atau kesukaran menjadi seorang wirausaha. Hal tersebut dapat
dipengaruhi oleh berbagai proses yang berbeda, seperti penguasaan materi, adanya role model, adanya persuasi sosial, dan juga penilaian.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur tingkat intensi berwirausaha adalah aspek sikap
terhadap kewirausahaan yang merupakan keyakinan individu untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilaku berwirausaha dan keyakinan individu akan
akibat dari perilaku tersebut, aspek norma-norma subyektif yang merupakan kesediaan individu melaksanakan atau tidak melaksanakan pendapat atau pikiran
pihak lain mengenai wirausaha, dan aspek kendali tingkah laku yang dipersepsikan yang merupakan persepsi terhadap kekuatan dan kesulitan dalam
melakukan perilaku wirausaha.
commit to user 24
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensi Berwirausaha