Juli Astuti : Pengaruh Karakteristik Siswa Dan Sumber Informasi Terhadap Kecenderungan Melakukan Hubungan Seksual Pranikah Pada Siswa Sma Negeri Di Banda Aceh Tahun 2008, 2009
2.1.3. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dari proses penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan tersebut terjadi sebagian besar dari penglihatan
dan pendengaran. Pengetahuan tersebut bersumber dari pengalaman, guru orang tua, teman, buku-buku, media massa Notoatmodjo,2007.
Pengetahuaan remaja tentang kesehatan produksi sangat mempengaruhi perilaku remaja hidup sehat, khususnya yang terkait dengan kesehatan reproduksi.
Penyataan ini sesuai dengan konsep Notoatmodjo 2007, bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.
Pengetahuaan akan kesadaran bersikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, sehingga belum dapat diamati oleh orang lain. Misalnya seorang
remaja memutuskan tidak akan melakukan hubungan seksual pranikah karena ia tahu berhubungan seks dapat menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan, tertular
penyakit seksual termasuk HIVAIDS. Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sangat penting dalam perilaku yang berkaitan dengan hubungan seksual
pranikah.
2.1.4. Sikap Terhadap Perilaku Seksualitas Remaja
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap objek adalah peran mendukung, memihak favorable maupun perasaan
tidak memihak anfavorable, Berhowitz, dalam Azwar 2007. Newcomb mengatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan
Juli Astuti : Pengaruh Karakteristik Siswa Dan Sumber Informasi Terhadap Kecenderungan Melakukan Hubungan Seksual Pranikah Pada Siswa Sma Negeri Di Banda Aceh Tahun 2008, 2009
bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau akstivitas akan tetapi merupakan prediksi tindakan suatu perilaku, Notoatmodjo,
2007. Stuktur sikap terdiri dari 3 komponen yang saling menunjang yaitu :
komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif. Kothandapani dan Mann dalam Azwar 2007, menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi,
kepercayaan, dan stereotipe yang dimiliki oleh seseorang. Komponen afeksi merupakan perasaan individu yang menyangkut emosi, komponen konasi berisi
tendensi atau kecendrungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang dilakukan atau yang benar terhadap suatu objek sikap. Contoh: sikap terhadap
lokalisasi pelacuran adalah apa saja yang dipercaya seseorang mengenai lokalisasi tersebut. Apa yang dipercayakan itu merupakan stereotipe atau sesuatu yanag telah
terpolakan dalam pikiran bahwa pelacuran merupakan suatu yang negatif. Kepercayaan datang dari apa yang telah kita lihat , kemudian akan membentuk suatu
ide atau gagasan mengenai karakteristik tersebut. Sekali kepercayaan telah terbentuk, maka akan menjadi dasar pengetahuan seseorang.
Komponen afeksi menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan
yang dimiliki terhadap sesuatu. Contoh: dua orang yang mempunyai sikap yang negatif terhadap pelacuran, yang seorang tidak menyukai pelacuran ,
Juli Astuti : Pengaruh Karakteristik Siswa Dan Sumber Informasi Terhadap Kecenderungan Melakukan Hubungan Seksual Pranikah Pada Siswa Sma Negeri Di Banda Aceh Tahun 2008, 2009
ketidaksukaannya dikaitkan dengan ketakutan akan akibat pelacuran sedangkan orang lain mewujudkan dengan rasa benci dan jijik terhadap segala sesuatu yang
menyangkut pelacuran. Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap
menunjukkan bagaimana perilaku atau kecendrungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang, berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari bahwa
kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Artinya bagaimana orang akan berperilaku dalam situasi tertentu akan banyak ditentukan oleh kepercayaan dan
perasaannya terhadap stimulus tersebut. Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras dengan kepercayaan dan perasaan membentuk sikap individu Azwar, 2007.
Dariyo 2004 mengatakan, Sikap terhadap perilaku seksualitas remaja secara teori merupakan predisposisi penentu yang memunculkan adanya perilaku yang
sesuai dengan sikapnya. Sikap tumbuh diawali dari pengetahuan yang dipersepsikannya sebagai suatu hal yang baik positif maupun tidak baik negatif,
kemudian diinternalisasikan kedalam dirinya. Dari apa yang diketahui tersebut akan mempengaruhi pada perilaku sesuai dengan persepsinya. Sebab ia merasa setuju
dengan apa yang diketahuinya, namun sebaliknya kalau ia mempersepsikan secara negatif, maka iapun cenderung menghindari atau tidak melakukan hal tersebut dalam
perilakunya. Seringkali dalam kehidupan realitasnya, banyak faktor lain yang
mempengaruhi perilaku seseorang, misalnya lingkungan sosial, situasi atau kesempatan. Sehingga apa yang diketahui seringkali tidak konsisten dengan apa yang
Juli Astuti : Pengaruh Karakteristik Siswa Dan Sumber Informasi Terhadap Kecenderungan Melakukan Hubungan Seksual Pranikah Pada Siswa Sma Negeri Di Banda Aceh Tahun 2008, 2009
muncul dalam perilakunya. Mungkin seseorang memiliki sikap negatif terhadap hubungan seksual pranikah, tetapi dalam kenyataannya perilakunya tidak sesuai atau
bertentangan dengan sikap tersebut.
2.1.5. Beberapa Teori Perilaku