Juli Astuti : Pengaruh Karakteristik Siswa Dan Sumber Informasi Terhadap Kecenderungan Melakukan Hubungan Seksual Pranikah Pada Siswa Sma Negeri Di Banda Aceh Tahun 2008, 2009
tua mereka. Sianipar, 2000 mengatakan bahwa orang tua memegang peranan penting untuk meningkatkan pengetahuan remaja secara umum dan khususnya
kesehatan reproduksi. Semakin tinggi tingkat pemantauan orang tua terhadap anak remajanya semakin rendah perilaku penyimpangan menimpa remaja.
Menurut Sianipar 2000, komunikasi adalah inti suksesnya suatu hubungan antara orang tua dan remaja. Hubungan komunikasi secara lancar dan terbuka harus
dijaga agar dapat mengetahui apa yang diinginkan remaja, sehubungan dengan perubahan-perubahan dan perkembangan remaja. Lebih jauh Andayani 1996,
menyatakan bahwa orang tua harus dapat menyediakan waktu yang cukup untuk berinteraksi dengan anak mereka di rumah dan saling berbicara apa saja mengenai
kehidupan yang berhubungan dengan remaja, tidak hanya mengatur dan menyalahkan atau tidak dapat menjadi teman yang baik. Oleh karena itu disamping komunIkasi
yang baik dengan anak, orang tua juga perlu mengembangkan kepercayaaan anak pada orang tua.
2.4.2. Peran teman sebaya
Andayani 1996, mengatakan dukungan teman sebaya menjadi salah satu motivasi dalam pembentukan identitas diri seorang remaja dalam melakukan
sosialisasi, terutama ketika ia mulai menjalin asmara dengan lawan jenis. Selanjutnya kadang kala teman sebaya menjadi salah satu sumber informasi yang cukup
berpengaruh dalam pembentukan pengetahuan seksual dikalangan remaja, akan tetapi informasi teman sebaya bisa menimbulkan dampak negatif karena informasi
Juli Astuti : Pengaruh Karakteristik Siswa Dan Sumber Informasi Terhadap Kecenderungan Melakukan Hubungan Seksual Pranikah Pada Siswa Sma Negeri Di Banda Aceh Tahun 2008, 2009
yang mereka peroleh hanya melalui tayangan media atau berdasarkan pengalaman sendiri.
Pada masa remaja kedekatan dengan teman sebaya sangat tinggi karena selain ikatan teman sepermainan menggantikan ikatan keluarga, mereka juga merupakan
sumber afeksi, simpati, dan pengertian, saling berbagi pengalaman dan sebagai tempat remaja untuk mencapai otonomi. maka tidak heran bila remaja mempunyai
kecenderungan untuk mengadopsi informasi yang diterima dari teman-temannya. Informasi dalam hal ini sehubungan dengan perilaku seks pranikah, tak jarang
menimbulkan rasa penasaran yang membentuk serangkaian pertanyaan dalam diri remaja. Untuk menjawab pertanyaan itu mereka sekaligus membuktikan kebenaran
informasi yang diterima sehingga remaja cenderung melakukan dan mengalami seks pranikah itu sendiri.
2.4.3. Peran media
Menurut Soetjiningsih 2004, media informasi tidak dapat ditinggalkan untuk ikut serta dalam menyampaikan informasi penting kepada masyarakat umumnya dan
remaja khususnya. Selain itu media massa merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku seksual. Media baik
elektronik maupun cetak saat ini banyak disorot sebagai salah satu penyebab utama menurunnya moral umat manusia termasuk juga remaja. Berbagai tayangan yang
sangat menonjolkan aspek pornografi, misalnya gambar atau foto wanita yang berpakai minim atau tidak berpakaian disampul depan, dibagian dalam majalah atau
media cetak, kisah-kisah yang menggambarkan hubungan seks di dalam media cetak,
Juli Astuti : Pengaruh Karakteristik Siswa Dan Sumber Informasi Terhadap Kecenderungan Melakukan Hubungan Seksual Pranikah Pada Siswa Sma Negeri Di Banda Aceh Tahun 2008, 2009
adegan seks dalam film, bioskop, video atau video compact disk VCD dan sebagainya BKKBN, 2000.
Media membawa peran yang tidak kecil karena selain memperluas wawasan dan pengetahuan juga menjadi jalan masuknya nilai-nilai asing, kebudayaan barat
khususnya yang kemudian ditiru, misalnya gaya hidup seks bebas, berpakaian minim dan kecendrungan menonjolkan daya tarik fisik dan seksual yang secara sengaja
ditunjukkan untuk membangkitkan hasrat seksual. Pengadaan sarana pendukung seperti hotel, pusat pertokoan, restoran semakin mendukung remaja untuk melakukan
hal-hal yang tidak menunjang kesehatan reproduksi. Karena tempat –tempat tersebut menjadi fasilitas pendukung bagi remaja untuk berkumpul, saling tukar informasi
dalam hal pornografi, mencari pasangan bahkan menjalankan bisnis seks pelacuran serta melakukan trasaksi obat-obatan terlarang Soetjiningsih, 2004.
Globalisasi menyebabkan aksesibilitas terhadap pornografi menjadi lebih mudah, dukungan tehnologi mempermudah remaja memperoleh informasi,
handphon menjadi pilihan teratas untuk mendapat informasi pornografi 26 disusul internet 20 Gunawan, 2008.
Media hanyalah alat, tergantung siapa yang memainkannya. Ditangan industriawan media yang tidak bertanggung jawab akan menjadi sarana penghancur
masyarakat yang sangat mengerikan. Terbukti setiap hari tayangan mengenai free sex dan free love menjadi tema utama dalam berbagai besar film dan sinetron yang di
tayangkan televisi. Akibatnya remaja beranggapan sek bebas adalah hal yang lumrah di era modern ini Al Gifari, 2004. Di tangan pelaku media yang kreatif,
Juli Astuti : Pengaruh Karakteristik Siswa Dan Sumber Informasi Terhadap Kecenderungan Melakukan Hubungan Seksual Pranikah Pada Siswa Sma Negeri Di Banda Aceh Tahun 2008, 2009
bertanggung jawab dan memiliki idealisme yang solit, media akan menjadi sarana yang efektif dalam proses pemberdayaan masyarakat tanpa kehilangan nilai jualnya.
2.5. Konsep Remaja 2.5.1. Remaja dan Seksualitas