Juli Astuti : Pengaruh Karakteristik Siswa Dan Sumber Informasi Terhadap Kecenderungan Melakukan Hubungan Seksual Pranikah Pada Siswa Sma Negeri Di Banda Aceh Tahun 2008, 2009
sistem fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata bebas dari penyakit dan kecatatan namun juga sehat secara fisik,
mental dan sosial kultur BKKBN, 2001. Sehat meliputi tidak tertular penyakit yang menggangu kesehatan reproduksi, tidak menyebabkan kehamilan yang tidak
diinginkan. Sehat mental yaitu percaya diri, mampu berkomunikasi dan mampu mengambil keputusan atas segala resiko, sedangkan sehat sosial meliputi
pertimbangan nilai-nilai yang berlaku, baik nilai-nilai agama, budaya, maupun nilai- nilai sosial.
Kesehatan reproduksi merupakan unsur yang instrinsik dan penting dalam kesehatan umum baik perempuan maupun laki-laki. Kesehatan reproduksi berarti
manusia mampu melakukan kehidupan seksual yang aman dan memuaskan bertanggung jawab dan memiliki kemampuan untuk bereproduksi BKKBN, 2000.
2.6. Landasan Teori
Menurut Dariyo, 2004 Sikap tumbuh diawali dari pengetahuan yang dipersepsikannya sebagai suatu hal yang baik positif maupun tidak baik negatif,
kemudian diinternalisasikan kedalam dirinya. Dari apa yang diketahui tersebut akan mempengaruhi pada perilaku sesuai dengan persepsinya. Sebab ia merasa setuju
dengan apa yang diketahuinya, namun sebaliknya kalau ia mempersepsikan secara negatif, maka iapun cenderung menghindari atau tidak melakukan hal tersebut dalam
perilakunya.
Juli Astuti : Pengaruh Karakteristik Siswa Dan Sumber Informasi Terhadap Kecenderungan Melakukan Hubungan Seksual Pranikah Pada Siswa Sma Negeri Di Banda Aceh Tahun 2008, 2009
Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsang dari luar organisme orang, namun dalam memberikan respon sangat tergantung
pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan determinan perilaku. Faktor determinan perilaku ada dua yaitu : 1. faktor internal yaitu
karakteristik orang yang bersangkutan. 2. faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dsb. Faktor lingkungan ini sering
merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang Notoatmodjo, 2007.
Kemudian teori diatas dikombinasikan dengan teori tindakan beralasan dan teori perilaku terencana. Teori tindakan beralasan menegaskan peran dari niat seseorang
dalam menentukan apakah sebuah perilaku akan terjadi. Teori ini secara tidak langsung mengatakan sebuah perilaku pada umumnya mengikuti niat dan tidak akan
pernah terjadi tanpa niat. Niat seseorang juga dipengaruhi oleh sikap-sikap terhadap suatu perilaku seperti apakah ia merasa suatu perilaku itu penting Graeff, dkk, 1996.
Inti dari teori perilaku terencana diantara berbagai keyakinan yang akhirnya menentukan intensi dan perilaku tertentu adalah keyakinan mengenai tersedia
tidaknya kesempatan dan sumber yang diperlukan. Keyakinan ini dapat berasal dari pengalaman perilaku yang bersangkutan di masa lalu, dapat dipengaruhi oleh
informasi tak langsung mengenai perilaku itu, misalnya dengan melihat pengalaman teman atau orang lain yang pernah melakukan dan dapat dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain yang menpengaruhi atau menambah kesan kesukaran untuk melakukan perbuatan yang bersangkuatan .
Juli Astuti : Pengaruh Karakteristik Siswa Dan Sumber Informasi Terhadap Kecenderungan Melakukan Hubungan Seksual Pranikah Pada Siswa Sma Negeri Di Banda Aceh Tahun 2008, 2009
Berdasarkan landasan teori dapat dibuat kerangka teori sebagai berikut : Determinan faktor internal
Determinan faktor eksternal
Gambar 3. Kerangka Teori Keyakinan
Kepercayaan Nilai-nilai
pengalaman pengetahuan
Sikap Persepsi
motivasi karakteristik orang
yang bersangkutan
Intensi perilaku
Lingkungan fisik Sosial
Budaya politik
perilaku
Juli Astuti : Pengaruh Karakteristik Siswa Dan Sumber Informasi Terhadap Kecenderungan Melakukan Hubungan Seksual Pranikah Pada Siswa Sma Negeri Di Banda Aceh Tahun 2008, 2009
2.7. Kerangka Konsep