hubungan sinergis antara subyek – subyek dalam paradigma common interests
. Pola inilah yang perlu mendapat perhatian dan dorongan untuk dapat diimplementasikan secara lebih luas.
Konsep dasar tanggung jawab sosial perusahaan adalah kesadaran bahwa terdapat hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara perusahaan
dengan komunitas yang berada dalam lingkungan sekitarnya. Komunitas lokal mengharapkan perusahaan bersedia membantu dalam menghadapi masalah mereka.
Sebaliknya pihak perusahaan mengharapkan mereka diperlakukan secara adil dan cara pandang yang suportif.
Hubungan – hubungan antar stakeholders diumpamakan sebagai aliran darah dalam organisasi. Seperti halnya sebuah entitas yang berada dalam hubungan
simbolik pada sebuah lingkungan, seperti itulah yang dilakukan oleh perusahaan. Hubungan stakeholders menyediakan energi, informasi, dan sumber daya yang
penting bagi kehidupan. Dalam hubungan ini perusahaan menciptakan modal sosial, modal intelektual, modal lingkungan dan modal finansial dan keseluruhannya adalah
upaya jangka panjang yang berkelanjutan sustainability.
B. Manfaat dan Petunjuk Tata Cara Penerapan CSR
Dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya perusahaan memfokuskan perhatiannya kepada 3 tiga hal yaitu : profit, lingkungan dan masyarakat.
109
109
A.B. Susanto, Op.cit., hal. 26 - 27
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository © 2008
Gambar 2. Sasaran CSR
Apabila diperolehnya laba, perusahaan dapat memberikan dividen bagi pemegang saham, mengalokasikan sebagian laba yang diperoleh guna membiayai
pertumbuhan dan pengembangan usaha di masa depan, serta membayar pajak. Perusahaan memberikan perhatian kepada lingkungan sekitar dengan
berpartisipasi dalam usaha – usaha pelestarian lingkungan demi terpeliharanya kualitas kehidupan umat manusia dalam jangka panjang. Perusahaan juga ikut
mengambil bagian dalam aktivitas manajemen bencana. Manajemen bencana bukan hanya sekedar memberikan bantuan kepada korban bencana, namun juga
berpartisipasi dalam usaha – usaha mencegah terjadinya bencana serta meminimalkan
Lihat juga Yusuf Wibisono, Op.cit., hal. 6 bahwa konteks ini juga sejalan dengan pemikiran John Elkington melalui konsep “3P” profit, people, planet dalam bukunya Cannibals with Forks, the
Triple Bottom Line of Twentieth Century Business pada tahun 1997.
Profit ……………….. People ………………………………
Planet ………………………………
……………..
PROFIT
Dividend Growth
Tax Obligation
ENVIRONMENT
Environment Preservation Disaster Management
PEOPLE
Ethical Competency Workshop
“Parenting”
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository © 2008
dampak bencana melalui usaha – usaha pelestarian lingkungan sebagai tindakan preventif untuk meminimalisir bencana.
Perhatian terhadap masyarakat dapat dilakukan dengan cara melakukan aktivitas – aktivitas serta serta perbuatan kebijakan – kebijakan yang dapat
meningkatkan kompetensi yang dimiliki di berbagai bidang. Kompetensi yang meningkat ini pada gilirannya diharapkan akan mampu dimanfaatkan bagi
peningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan menjalankan tanggung jawab sosial, perusahaan diharapkan tidak hanya
mengejar keuntungan jangka pendek, namun juga turut berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitar
dalam jangka panjang. Dari sisi perusahaan terdapat berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari
aktivitas CSR, yaitu :
110
1. mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima
perusahaan. Perusahaan yang menjalankan tanggung jawab sosialnya secara konsisten akan mendapatkan dukungan yang luas dari komunitas yang telah
merasakan manfaat dari berbagai aktivitas yang dijalankannya. CSR akan mendongkrak citra perusahaan dalam rentang waktu panjang akan
meningkatkan reputasi perusahaan. 2.
sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan krisis. Demikian pula ketika perusahaan diterpa kabar
110
A.B. Susanto, Op.cit., hal. 28 - 32
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository © 2008
miring bahkan ketika perusahaan melakukan kesalahan, masyarakat lebih mudah memahami dan memaafkannya.
3. keterlibatan dan kebanggaan karyawan. Karyawan akan merasa bangga
bekerja pada perusahaan yang memiliki reputasi yang baik, yang secara konsisten melakukan upaya – upaya untuk membantu meningkatkan
kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Kebanggaan ini pada akhirnya akan menghasilkan loyalitas, sehingga mereka
merasa lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras demi kemajuan perusahaan. Hal ini akan berujung pada peningkatan kinerja dan produktivitas.
4. mampu memperbaiki dan mempererat hubungan - hubungan antara
perusahaan dengan para stakeholdernya bila CSR dilaksanakan secara konsisten. Pelaksanaan CSR yang konsisten menunjukkan bahwa perusahaan
memiliki kepedulian terhadap pihak – pihak yang selama ini berkontribusi terhadap lancarnya berbagai aktivitas serta kemajuan yang diraih perusahaan.
Hal ini mengakibatkan para stakeholders senang dan merasa nyaman dalam menjalin hubungan dengan perusahaan.
5. meningkatnya penjualan seperti yang terungkap dalam riset Roper Search
Worldwide
111
111
Ibid., hal.5 menyebutkan bahwa riset yang dilakukan Roper Search Worldwide menunjukkan 75 responden memberi nilai lebih kepada produk dan jasa yang dipasarkan oleh
perusahaan yang memberi kontribusi nyata kepada komunitas melalui program pengembangan. Sekitar 66 responden juga menunjukkan mereka siap berganti merek kepada merek perusahaan yang
memiliki citra sosial yang positif. Hal ini membuktikan terjadinya perluasan ‘minat’ konsumen dari ‘produk’ menuju korporat.
, konsumen akan lebih menyukai produk – produk yang
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository © 2008
dihasilkan oleh perusahaan yang konsisten menjalankan tanggung jawab sosialnya sehingga memiliki reputasi yang baik.
6. insentif – insentif lainnya seperti pajak dan berbagai perlakuan khususnya
lainnya. Hal ini perlu dipikirkan guna mendorong perusahaan agar lebih giat menjalankan tanggung jawab sosialnya.
Selain itu ada beberapa benefit lain yang patut dicermati untuk melakukan CSR, antara lain :
112
1. mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan citra merek perusahaan
2. mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial
3. mereduksi risiko bisnis perusahaan
4. melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha
5. membuka peluang pasar yang lebih luas
6. mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah
7. memperbaiki hubungan dengan stakeholder
Lihat Andi Firman, Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perusahaan, http:www.
kutaikartanegara.comforumviewtopic.php?p=5170 diakses tanggal 4 Maret 2008 bahwa Hasil
survey “The Millenium Poll on CSR” 1999 yang dilakukan oleh Environics International Toronto, Conference Board New York
dan Prince of Wales Business Leader Forym London diantara 25.000 responden di 23 negara menunjukkan bahwa dalam membentuk opini perusahaan, 60 mengatakan
bahwa etika bisnis, praktek terhadap karyawan, dampak terhadap lingkungan, tanggungjawab sosial perusahaan CSR paling berperan. Sedangkan bagi 20 responden, berpendapat citra perusahaan
yang akan paling mempengaruhi kesan mereka, yakni faktor-faktor bisnis fundamental seperti faktor finansial, ukuran perusahaan, strategi perusahaan, atau manajemen. Sisanya 20 responden
berpendapat, sebagai masyarakat yang berada di sekitar dimana perusahaan beroperasi, mereka ingin “menghukum” perusahaan yang dinilai tidak melakukan CSR, dengan cara tidak akan membeli produk
bagi perusahaan yang bergerak di bidang jasa dan menghasilkan produk, danatau menginformasikan kepada orang lain tentang kekurangan perusahaan tersebut. Sementara, bagi perusahaan yang bidang
usahanya berkaitan dengan eksplorasi sumber daya alam, mereka berpendapat hendak mengajukan gugatan perwakilan class action terhadap implikasi adanya kegiatan pertambangan.
112
”Harapan Untuk Berbagi Madu”, Harian Kompas, tanggal 4 Agustus 2007
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository © 2008
8. memperbaiki hubungan dengan regulator
9. meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan
10. peluang mendapatkan penghargaan
Meskipun tidak ada hubungan yang melekat antara kewajiban sosial dengan kinerja ekonomi. Namun hal ini tidak menghentikan pendukung tanggung jawab
sosial perusahaan atas pendapat mereka akan adanya hubungan yang positif.
113
Bahkan A. Sonny Keraf juga menyebutkan beberapa alasan perlunya keterlibatan sosial perusahaan :
114
1. Kebutuhan dan harapan masyarakat semakin berubah
Masyarakat semakin kritis dan peka terhadap perilaku perusahaan 2.
Terbatasnya sumber daya alam Bisnis diharapkan untuk tidak hanya mengeksploitasi sumber daya alam yang
terbatas, namun harus juga memelihara dan menggunakan sumber daya alam secara bijak.
3. Lingkungan sosial yang lebih baik
Lingkungan sosial akan mendukung keberhasilan bisnis untuk jangka panjang, semakin baik lingkungan sosial dengan sendirinya akan ikut
memperbaiki iklim bisnis yang ada.
113
Lihat Amin Widjaja Tunggal, Corporate Social Responsibility, Jakarta : Harvarindo, 2007, hal. 57 – 58 yang menyebutkan sebagai contoh, suatu penyelidikan menunjukkan Domini 400
social index , suatu dana saham yang terdiri atas 400 perusahaan yang bertanggung jawab sosial, telah
melampaui The Standard and Poor’s 500 angka indeks 500 saham perwakilan dari seluruh pelaku ekonomi sebesar 5 persen.
114
Erni R. Ernawan, Op.cit., hal. 114 - 115
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository © 2008
4. Perimbangan tanggung jawab dan kekuasaan
kekuasaan yang terlalu besar jika tidak diimbangi dan dikontrol dengan tanggung jawab sosial akan menyebabkan bisnis menjadi kekuatan yang
merusak masyarakat. 5.
Keuntungan jangka panjang Tanggung jawab dan keterlibatan sosial tercipta suatu citra positif di mata
masyarakat, karena terciptanya iklim sosial politik yang kondusif baik kelangsungan bisnis perusahaan.
Bahkan menurut Yusuf Wibisono, setidaknya ada 3 tiga alasan penting kalangan dunia usaha harus merespon dan mengembangkan isu tanggung jawab
sosial sejalan dengan operasi usahanya, yaitu :
115
1. Perusahaan merupakan bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar
bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. Perusahaan harus menyadari bahwa mereka beroperasi dalam suatu tatanan lingkungan
masyarakat. Kegiatan sosial ini berfungsi sebagai kompensasi atau upaya imbal balik atas penguasaan sumber daya alam dan ekonomi oleh
perusahaan yang kadang bersifat ekspansif dan eksploratif, di samping sebagai kompensasi sosial karena timbul ketidaknyamanan pada
masyarakat. 2.
Kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme. Untuk mendapatkan dukungan dari
115
Yusuf Wibisono, Op.cit., hal. 71 - 72
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository © 2008
masyarakat, setidaknya license to operate, wajar bila perusahaan juga dituntut untuk memberikan kontribusi posistif kepada masyarakat,
sehingga dapat tercipta harmonisasi hubungan bahkan pendongkrakan citra dan perfoma perusahaan.
3. Kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk meredam
atau bahkan menghindari konflik sosial. Potensi konflik itu dapat berasal akibat dampak operasional perusahaan ataupun akibat kesenjangan
struktural dan ekonomis yang timbul antara masyarakat dengan komponen masyarakat.
Berkaitan dengan implementasi CSR, Philip Kotler dan Nancy Lee mengidentifikasikan 6 enam pilihan program bagi perusahaan yang disebut
Corporate Sosial Inisiative yaitu :
116
1. Berupa aksi promosi cause promotion
Suatu korporasi memberikan dana, dengan berbagai macam bentuk kontribusinya untuk meningkatkan kesadaran dan perhatian tentang masalah -
masalah sosial yang dapat dilakukan berupa penggalangan dana, berpartisipasi, atau perekrutan sukarelawan untuk pelaksanaan aksi sosial
tersebut. Korporasi dapat berinisiatif dan mengatur promosinya dengan sendiri dan dapat juga dilakukan melalui bentuk mitra kerja seperti
perusahaan Aleve yang mensponsori penggalangan dana Arthritis Foundation atau juga menjadi salah satu dari beberapa sponsor seperti Keep America
116
Philip Kotler dan Nancy Lee.,Op.cit., hal. 23 - 24
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository © 2008
Beutiful 2003 memsponsori “Great American Clean-up” antara lain yang
dilakukan oleh Lysol, PepsiCo, dan Firestone Tire Service Centers, di antara yang lainnya
2. Berupa aksi yang berkaitan dengan pemasaran cause- related marketing
Suatu perusahaan berkomitmen untuk memberikan kontribusi atau donasi menyisihkan sebagian persentase dari pendapatan berdasarkan penjualan
produkkeuntungan. Sebagian besar hal ini dilakukan untuk periode waktu tertentu, produk khusus dan program amal tertentu. Dalam hal ini, sebuah
korporasi sering bermitra kerja dengan organisasi non-profit, memberikan hubungan manfaat yang timbal – balik dilakukan untuk meningkatkan
penjualan produk – produk dan memperoleh dukungan finansial untuk program charityamal misalnya, Comcast mendonasi 4.95 dari biaya
instalasi high – speed Internet service kepada Lembaga Ronald Mcdonald pada setiap akhir bulan yang telah ditentukan.
3. Pemasaran sosial perusahaan corporate sosial marketing
Suatu perusahaan mendukung pengembangan danatau mewujudkan sebuah kampanye dengan fokus perubahan tingkah laku behaviour change
campaign tertentu yang mempunyai pengaruh negatif dengan maksud untuk
memperbaiki tingkat kesehatan, keselamatan, lingkungan, atau kesejahteraan komunitas. Ciri – ciri yang menonjol dalam hal ini adalah berfokus untuk
melakukan perubahan tingkah laku, yang membedakan dari aksi yang lain bahwa dalam hal ini difokuskan kepada kesadaran untuk mendukung,
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository © 2008
menggalang dana, dan perekrutan secara sukarela untuk suatu aksi. Sebuah perusahaan dapat mewujudkan kampanye perubahan tingkah laku bisnisnya
secara sendiri - sendiri seperti Phillip Morris yang mendorong para orang tua untuk berbicara kepada anak – anak mereka tentang penggunaan dan dampak
bahaya tembakau, tetapi lebih dari itu dapat juga melibatkan peran para partner
di sektor publik Home depot mempromosikan tipspetunjuk cara konservasi air yang bermanfaat
4. Filantropi perusahaan corporate philanthropy
Suatu perusahaan dapat melakukan pemberian kontribusi secara langsung, yang sering dilakukan dalam bentuk kontribusi uang tunai, donasisumbangan,
danatau bentuk jasa lainnya. Bentuk ini mungkin merupakan inisiatif sosial korporasi yang paling tradisional dan dalam beberapa dekade telah dilakukan
pendekatan secara responsif, bahkan dengan cara yang lebih khusus. Banyak perusahaan saat ini yang memiliki tekanan, baik secara internal maupun
eksternal, untuk lebih melakukan pendekatan yang lebih strategis, dalam memilih jenis - jenis kegiatan filantropinya dan fokus lainnya bagi pencapaian
sasaran dan tujuan bisnis perusahaannya. 5.
Komunitas sukarelawan community volunteering Suatu perusahaan mendukung dan mendorong para karyawan, pengecer, dan
atau perusahaan franchise untuk secara sukarela menyediakan waktu mereka dalam mendukung aksi dan organisasi komunitas lokal. Kegiatan ini dapat
dilakukan secara sendiri – sendiri seperti karyawan sebuah perusahaan
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository © 2008
bertekhnologi tinggi memberikan tutorbimbingan kepada generasi muda di sekolah – sekolah tingkat menengah dalam menambah ketrampilan komputer
bagi mereka atau dapat juga dilakukan dalam bentuk kerjasama dengan organisasi non-profit karyawan perusahaan Shell bekerja sama dengan The
Ocean Conservacy dalam pembersihan areal pantai.
6. Praktek – praktek bisnis yang bertanggung jawab dan bersifat sosial socially
responsible business practices Suatu perusahaan mengadopsi dan melakukan praktek – praktek bisnis yang
bersifat diskresi dan investasi – investasi yang mendukung aksi sosial untuk memperbaiki kesejahteraan komunitas dan melindungi lingkungan hidup.
Seperti Starbucks bekerja sama dengan Conservation International untuk mendukung para petani dalam meminimalisasi dampak bagi lingkungan lokal
mereka. Beragamnya bentuk implementasi CSR yang dilakukan oleh masing – masing
perusahaan sangat bergantung pada misi, budaya, lingkungan dan resiko serta kondisi operasional masing – masing perusahaan. Pandangan lain tentang pelaksanaan CSR
juga dikemukakan oleh Eleanor Chambers pada tahun 2003 yang melakukan penelitian atas praktik tanggung jawab sosial korporat di 7 tujuh negara Asia
India, Korea Selatan, Thailand, Singapura, Malaysia, Filipina dan Indonesia
dan mengklasifikasikan CSR ke dalam 3 tiga aspek yaitu, pertama, keterlibatan dalam komunitas di antaranya
pengembangan masyarakat community development, pendidikan dan pelatihan kegiatan keagamaan dan olahraga. Kedua, pembuatan produk yang bisa
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository © 2008
dipertanggung-jawabkan secara sosial adalah kesehatan dan keselamatan kerja dan proses dan produk yang ramah lingkungan termasuk kepedulian terhadap konservasi
lingkungan hidup. Ketiga, employee relations berupa kesejahteraan dan keterlibatan pekerja.
117
Pada umumnya, perusahaan – perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan CSR menggunakan tahapan – tahapan sebagai berikut :
118
1. Tahapan perencanaan
Perencanaan terdiri dari 3 tiga langkah utama yaitu Awareness building, CSR Assessement
, dan CSR Manual building. Pertama, Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai pentingnya
arti CSR dan komitmen manajemen. Upaya ini dilakukan antara lain melalui seminar, lokakarya, diskusi dan lain – lain. Kedua, CSR Assessement
merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek – aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah –
langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi
117
Yusuf Wibisono, Op.cit., hal.120
118
Ibid., hal. 121 – 125 Selanjutnya Ibid, hal. 138 bahwa implementasi program CSR tersebut dapat dikelola
berdasarkan pola sebagai berikut : 1.
Program sentralisasi Perusahaan sebagai pelaksanapenyelenggara utama kegiatan, tempat dan kegiatan
berlangsung di areal perusahaan. Pelaksanaan kegiatan dapat bekerja sama dengan pihak lain misalnya event organizer atau institusi lainnya sejauh memiliki kesamaan visi dan tujuan.
2. Program desentralisasi
Kegiatan dilaksanakan di luar area perusahaan. Perusahaan berperan sebagai pendukung kegiatan tersebut baik dalam bentuk bantuan dana, material maupun sponsorship.
3. Program kombinasi
Pola ini dapat dilakukan terutama untuk program – program pemberdayaan masyarakat, di mana inisiatif, pendanaan maupun pelaksanaan kegiatan dilakukan secara partisipatoris
dengan beneficiaries
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository © 2008
penerapan CSR secara efektif. Ketiga, CSR Manual building merupakan pedoman implementasi dari hasil assessment yang telah dilakukan. Upaya
yang mesti dilakukan antara lain melalui benchmarking mempelajari program CSR dari perusahaan lain yang dinilai lebih sukses dalam implementasi
program ini, menggali dari referensi atau bagi perusahaan yang menginginkan langkah instan, penyusunan manual ini dapat dilakukan dengan
meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Penyusunan manual CSR dibuat sebagai acuan, pedoman dan panduan dalam pengelolaan
kegiatan – kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan oleh perusahaan. 2.
Tahapan implementasi Tahap implementasi ini terdiri atas 3 tiga langkah utama yakni sosialisasi,
pelaksanaan dan internalisasi. Pertama, Sosialisasi diperlukan untuk memperkenalkan kepada komponen perusahaan mengenai berbagai aspek
yang terkait dengan implementasi CSR khususnya mengenai pedoman penerapan CSR dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan penuh seluruh
komponen perusahaan. Kedua, pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada dasarnya harus sejalan dengan pedoman CSR yang ada, berdasarkan roadmap
yang telah disusun. Ketiga, internalisasi adalah tahap jangka panjang mencakup upaya – upaya untuk memperkenalkan CSR di dalam seluruh
proses bisnis perusahaan seperti melalui sistem manajemen kinerja. 3.
Tahapan Evaluasi
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository © 2008
Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara konsisten dari waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR. Evaluasi dilakukan
untuk pengambilan keputusan selanjutnya. Evaluasi juga bisa dilakukan dengan meminta pihak independen untuk melakukan audit implementasi atas
praktik CSR yang telah dilakukan. 4.
Tahapan pelaporan Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk
keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Oleh karena itu selain
berfungsi untuk keperluan shareholder juga untuk stakeholder yang memerlukan. Perusahaan bebas menentukan bentuk atau format reporting
yang dibuatnya karena memang belum ada standar baku yang diberlakukan. Misalnya, perusahaan dapat membuat laporan ini sebagai bagian tersendiri
dalam annual report. Bagian yang terpenting adalah kecukupan informasi tentang apa yang telah dilakukan perusahaan atas tanggung jawab sosialnya,
Bentuk laporan bisa bersifat kualitatif, kuantitatif atau gabungan antara keduanya.
Saat ini sejumlah institusi telah berinisiatif menciptakan sistem pelaporan atau guidelines
yang bisa berlaku secara universal untuk semua perusahaan. Beberapa di antaranya adalah :
119
119
Ibid., hal 149
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository © 2008
1. Global Compact yang dirintis oleh PBB
2. Global Reporting Initiative Guidelines on Sustainability Reporting
3. The Equator Principles based on the International Finance Corporation’s
environmental and social screening process 4.
IBRD IDA Safeguard policies 5.
The Aarhus Convention, UN Economic Commision for Europe 6.
Publish what You Pay, Global Witness, UK Pelaporan aktivitas yang lengkap dan akurat sangat penting mengingat
kalangan stakeholders semakin melihat aktivitas sebagai barometer untuk menilai potensi keberlanjutan perusahaan.
Di tingkat global sendiri pada bulan September 2004, ISO International Organization for Standardization
sebagai induk organisasi standarisasi internasional,
Lihat Khudori, Ibid., bahwa Global Compact dibentuk Sekjen PBB Kofi Annan tujuh tahun lalu 2000. Tujuannya menyusun perilaku standar korporasi global transnational corporations
TNCs. Ada 10 sepuluh aturan di Global Compact yang mencakup soal HAM, standar perburuhan, lingkungan hidup, dan antikorupsi. Dalam HAM, bisnis harus menghormati HAM dan tidak terlibat
langsung dan tidak langsung pelanggaran HAM. Dalam perburuhan, perusahaan harus menjamin kebebasan berserikat, menghapus pemaksaan dan pekerja anak, dan tidak diskriminatif.
Lihat juga pada sumber yang sama bahwa guidelines yang paling banyak dijadikan rujukan dalam CSR Reporting saat ini adalah Global Reporting Initiative GRI yang berdiri tahun 1997
merupakan hasil inisiatif bersama antara koalisi LSM di Amerika Serikat Coalition for Environmentally Responsible Economies
dengan United Nation Environment Programme UNEP. Pada tahun 2007, tidak kurang dari 460 perusahaan dari 45 negara mengadopsi total atau sebagian dari
GRI untuk digunakan sebagai sustainability report pada perusahaannya. Guidelines GRI tahun 2002 dibagi 4 empat bagian :
1. Penggunaan guidelines
Berisi tentang informasi sekitar pedoman, termasuk deskripsi, siapa yang seharusnya memanfaatkan, dan bagaimana mempersiapkan report
2. Prinsip – prinsip reporting berisi tentang prinsip – prinsip reporting dan bagaimana
pengorganisasiannya 3.
Isi report terdiri dari visi dan strategi, profil, struktur dan sistem manajemen, indikator kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial
4. Glossary dan lampiran – lampiran
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository © 2008
berinisiatif mengundang berbagai pihak untuk membentuk tim working group yang merintis lahirnya panduan dan standarisasi untuk tanggung jawab sosial yang diberi
nama ISO 26000 : Guidance Standard on Social Responsibility.
120
Pengaturan untuk kegiatan ISO dalam tanggungjawab sosial terletak pada pemahaman umum bahwa Social Responsibility adalah sangat penting untuk
kelanjutan suatu organisasi. Pemahaman tersebut tercermin pada dua sidang, yaitu “Rio Earth Summit on the Environment” tahun 1992 dan “World Summit on
Sustainable Development WSSD ” tahun 2002 yang diselenggarakan di Afrika
Selatan. ISO 26000 menyediakan standar pedoman yang bersifat sukarela mengenai tanggung jawab sosial suatu institusi yang mencakup semua sektor badan publik
ataupun badan privat baik di negara berkembang maupun negara maju. Dengan ISO 26000 ini akan memberikan tambahan nilai terhadap aktivitas tanggung jawab sosial
yang berkembang saat ini dengan cara: 1 mengembangkan suatu konsensus terhadap pengertian tanggung jawab sosial dan isunya; 2 menyediakan pedoman tentang
120
“Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Bag I”, http:www.madani-
ri.com?pilih=lihatid=158 , diakses tanggal 14 Juni 2008.
Pembentukan ISO 26000 ini diawali ketika pada tahun 2001 badan ISO meminta ISO on Consumer Policy
atau COPOLCO merundingkan penyusunan standar Corporate Social Responsibility. Selanjutnya badan ISO tersebut mengadopsi laporan COPOLCO mengenai pembentukan “Strategic
Advisory Group on Social Responsibility” pada tahun 2002. Pada bulan Juni 2004 diadakan pre-
conference dan conference bagi negara-negara berkembang, selanjutnya di tahun 2004 bulan Oktober,
New York Item Proposal atau NWIP diedarkan kepada seluruh negara anggota, kemudian dilakukan
voting pada bulan Januari 2005, dimana 29 negara menyatakan setuju, sedangkan 4 negara tidak. Dalam hal ini terjadi perkembangan dalam penyusunan tersebut, dari CSR atau Corporate Social
Responsibility menjadi SR atau Social Responsibility saja. Perubahan ini, menurut komite bayangan
dari Indonesia, disebabkan karena pedoman ISO 26000 diperuntukan bukan hanya bagi korporasi tetapi bagi semua bentuk organisasi, baik swasta maupun publik. Bahwa ISO 26000 ini hanya memuat
panduan guidelines saja dan bukan pemenuhan terhadap persyaratan karena ISO 26000 ini memang tidak dirancang sebagai standar sistem manajemen dan tidak digunakan sebagai standar sertifikasi
sebagaimana ISO-ISO lainnya
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository © 2008
penterjemahan prinsip-prinsip menjadi kegiatan-kegiatan yang efektif; dan 3 memilah praktek-praktek terbaik yang sudah berkembang dan disebarluaskan untuk
kebaikan komunitas atau masyarakat internasional. Apabila hendak menganut pemahaman yang digunakan oleh para ahli yang
merumuskan ISO 26000 Guidance Standard on Social Responsibility secara konsisten mengembangkan tanggung jawab sosial maka masalah Social
Responsibility akan mencakup 7 tujuh isu pokok yaitu:
1. Pengembangan Masyarakat
2. Konsumen
3. Praktek Kegiatan Institusi yang Sehat
4. Lingkungan
5. Ketenagakerjaan
6. Hak asasi manusia
7. Organizational Governance governance organisasi
ISO 26000 menerjemahkan tanggung jawab sosial sebagai tanggung jawab suatu organisasi atas dampak dari keputusan dan aktivitasnya terhadap masyarakat
dan lingkungan, melalui perilaku yang transparan dan etis, yaitu : 1.
Konsisten dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat 2.
Memperhatikan kepentingan dari para stakeholder; 3.
Sesuai hukum yang berlaku dan konsisten dengan norma-norma internasional 4.
Terintegrasi di seluruh aktivitas organisasi, dalam pengertian ini meliputi baik kegiatan, produk maupun jasa.
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository © 2008
Prinsip-prinsip dasar tanggung jawab sosial yang menjadi dasar bagi pelaksanaan yang menjiwai atau menjadi informasi dalam pembuatan keputusan dan
kegiatan tanggung jawab sosial menurut ISO 26000 meliputi: 1.
Kepatuhan kepada hukum 2.
Menghormati instrumen badan-badan internasional 3.
Menghormati stakeholders dan kepentingannya 4.
Akuntabilitas 5.
Transparansi 6.
Perilaku yang beretika 7.
Melakukan tindakan pencegahan 8.
Menghormati dasar-dasar hak asasi manusia Ada 4 empat agenda pokok yang menjadi program kerja tim hingga tahun
2008, diantaranya adalah menyiapkan draf kerja tim hingga tahun 2006, penyusunan draf ISO 26000 hingga Desember 2007, finalisasi draf akhir ISO 26000 diperkirakan
pada bulan September 2008 dan seluruh tugas tersebut diperkirakan rampung pada tahun 2009. Adanya ketidakseragaman dalam penerapan CSR di berbagai negara
menimbulkan adanya kecenderungan yang berbeda dalam proses pelaksanaan CSR itu sendiri di masyarakat. Oleh karena itu diperlukan suatu pedoman umum dalam
penerapan CSR di manca negara. Dengan disusunnya ISO 26000 sebagai panduan guideline atau dijadikan rujukan utama dalam pembuatan pedoman Social
Responsibility yang berlaku umum, sekaligus menjawab tantangan kebutuhan
masyarakat global termasuk Indonesia.
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository © 2008
C. Hambatan dan Tantangan Penerapan CSR