Beberapa Contoh Praktek CSR di Negara Lain

tidak bebas resiko. Namun biaya dan resiko tersebut juga diimbangi dengan hikmah dan manfaat yang sepadan. CSR akan melindungi korporasi dari “suprises” yang tidak menyenangkan dan dapat menjadi wahana membangun saling kepercayaan antara masyarakat, perusahaan dan pemerintah.

D. Beberapa Contoh Praktek CSR di Negara Lain

Di tingkat internasional, ada banyak prinsip yang mendukung praktik CSR di banyak sektor. Misalnya Equator Principles yang diadopsi oleh banyak lembaga keuangan internasional. Untuk menunjukkan bahwa bisnis mereka bertanggung jawab, di level internasional perusahaan sebenarnya bisa menerapkan berbagai standar CSR seperti : 168 a. Accountability’s AA1000 standard, yang berdasar pada prinsip “Triple Bottom Line” Profit, People, Planet yang digagas oleh John Elkington b. Global Reporting Initiative’s GRI – panduan pelaporan perusahaan untuk mendukung pembangunan berkesinambungan yang digagas oleh PBB lewat Coalition for Environmentally Responsible Economies CERES dan UNEP pada tahun 1997 c. Social Accountability International’s SA8000 standard d. ISO 14000 environmental management standard e. ISO 26000 168 Mas Achmad Daniri, Ibid. Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008. USU e-Repository © 2008 Meskipun di negara lain tidak ada kewajiban untuk melakukan CSR bahkan hingga menetapkan besarannya namun kesadaran tentang pentingnya mengimplementasikan CSR ini menjadi tren global seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produk - produk yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak azasi manusia HAM. Berikut ini gambaran perbandingan perusahaan - perusahaan dalam persentase di beberapa negara yang menerapkan CSR dan tidak menerapkan CSR. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 CSR 51 50 40 30 30 Non CSR 49 50 60 70 70 Jerman AS Inggris Perancis Indonesia Gambar 3. Persentase perusahaan CSR dan Non CSR di beberapa negara Sumber : Litbang KompasRatna, diolah dari majalah ”Tempo” dan ”Detik” 2007 dalam Sri Hartati Samhadi, Etika Sosial Perusahaan Multinasional , Harian Kompas, tanggal 4 Agustus 2007 Kesadaran menerapkan CSR di negara lain dapat diperhatikan pada saat ini, bank-bank di Eropa menerapkan kebijakan dalam pemberian pinjaman hanya kepada Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008. USU e-Repository © 2008 perusahaan yang mengimplementasikan CSR dengan baik. Sebagai contoh, bank- bank Eropa hanya memberikan pinjaman pada perusahaan-perusahaan perkebunan di Asia apabila ada jaminan dari perusahaan tersebut, yakni ketika membuka lahan perkebunan tidak dilakukan dengan membakar hutan. Tren global lainnya dalam pelaksanaan CSR di bidang pasar modal adalah penerapan indeks yang memasukkan kategori saham-saham perusahaan yang telah mempraktikkan CSR. Sebagai contoh, New York Stock Exchange memiliki Dow Jones Sustainability Index DJSI bagi saham-saham perusahaan yang dikategorikan memiliki nilai corporate sustainability dengan salah satu kriterianya adalah praktik CSR. Begitu pula London Stock Exchange yang memiliki Socially Responsible Investment SRI Index dan Financial Times Stock Exchange FTSE yang memiliki FTSE4Good sejak 2001. Inisiatif ini mulai diikuti oleh otoritas bursa saham di Asia, seperti di Hanseng Stock Exchange dan Singapore Stock Exchange. Konsekuensi dari adanya indeks-indeks tersebut memacu investor global seperti perusahaan dana pensiun dan asuransi yang hanya akan menanamkan dananya di perusahaan-perusahaan yang sudah masuk dalam indeks. 169 Di Filipina, terdapat suatu lembaga yang disebut PBSP Philippine Bussines for Social Progress. Ini merupakan salah satu wujud kongkrit kontribusi perusahaan-perusahaan di Filipina dalam menyediakan sumber pendanaan bagi Lembaga Swadaya Masyarakat LSM dan mengatasi berbagai persoalan sosial masyarakat, salah satunya pengembangan sumber daya manusia melalui program bantuan stimulan biaya pendidikan. Lembaga ini didirikan pada tahun 1970 oleh 49 perusahaan untuk melaksanakan komitmen mereka terhadap pembangunan sosial Filipina. Pendirian asosiasi ini dimaksudkan guna mengumpulkan sumberdaya dari 169 Ibid. Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008. USU e-Repository © 2008 perusahaan-perusahaan strategis yang nantinya dapat digunakan untuk mendukung program yang mendorong ke arah kemandirian, pembangunan berkelanjutan, serta pertumbuhan ekonomi di Filipina. Saat ini, PBSP telah memiliki 179 anggota yang terdiri dari perusahaan lokal dan multinasional seperti San Miguel Corporation, Shell, IBM Philippine , dan lain-lain. 170 Menghadapi tren global dan resistensi masyarakat sekitar perusahaan, maka sudah saatnya setiap perusahaan memandang serius pengaruh dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan dari setiap aktivitas bisnisnya, serta berusaha membuat laporan bersifat non – financial setiap tahunnya kepada stakeholdernya. Di Uni Eropa pada tanggal 13 Maret 2007, Parlemen Uni Eropa mengeluarkan resolusi berjudul “Corporate Social Responsibility: A new partnership” yang mendesak Komisi Eropa untuk meningkatkan kewajiban yang terkait dengan persoalan akuntabilitas perusahaan seperti tugas direktur directors’ duties, kewajiban langsung luar negeri foreign direct liabilities dan pelaporan kinerja sosial dan lingkungan perusahaan environmental and social reporting. Di Inggris, sudah lama perusahaan diikat dengan kode etik usaha karena sudah ada banyak aturan dan undang-undang yang mengatur praktik bisnis di Inggris, maka tidak diperlukan UU khusus CSR. Sekedar diketahui, perusahaan di Inggris ini tidak lepas dari pengamatan publik masyarakat dan negara karena harus transparan dalam praktik bisnisnya. Publik bisa protes terbuka ke perusahaan jika perusahaan merugikan masyarakat konsumen buruh lingkungan. Dengan melihat perkembangan ini, disahkan Companies Act 2006 yang mewajibkan perusahaan yang sudah tercatat di bursa efek untuk melaporkan bukan 170 Andi Firman, Ibid. Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008. USU e-Repository © 2008 saja kinerja perusahaan kinerja ekonomi dan finansial melainkan kinerja sosial dan lingkungan. Laporan ini harus terbuka untuk diakses publik dan dipertanyakan. Dengan demikian, perusahaan didesak agar semakin bertanggung jawab. 171 Mac Oliver – EA Marshal berpendapat perusahaan Amerika yang beroperasi di luar negeri diharuskan melaksanakan Sullivan Principal dalam rangka melaksanakan Corporate Social Responsibilty, yaitu: 172 a. Tidak ada pemisahan ras non separation of races dalam makan, bantuan hidup dan fasilitas kerja. b. Sama dan adil dalam melaksanakan pekerjaan equal and fair employment process. c. Pembayaran upah yang sama untuk pekerjaan yang sebanding equal payment compansable work. d. Program training untuk mempersiapkan kulit hitam dan non kulit putih lain sebagai supervisi, administrasi , teknisi dalam jumlah yang substansial. e. Memperbanyak kulit hitam dan non kulit putih lain dalam profesi manajemen dan supervisi. f. Memperbaiki tempat hidup pekerja di luar lingkungan kerja seperti perumahan, transportasi, kesehatan, sekolah dan rekreasi. Implementasi CSR di beberapa negara bisa dijadikan referensi untuk menjadi contoh penerapan CSR. Australia, Kanada, Perancis, Jerman, Belanda, Inggris, dan 171 Mas Achmad Daniri, Ibid. 172 Ibid. Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008. USU e-Repository © 2008 Amerika Serikat telah mengadopsi code of conduct CSR yang meliputi aspek lingkungan hidup, hubungan industrial, gender, korupsi, dan hak asasi manusia HAM. Berbasis pada aspek itu, mereka mengembangkan regulasi guna mengatur CSR. Australia, misalnya, mewajibkan perusahaan membuat laporan tahunan CSR dan mengatur standarisasi lingkungan hidup, hubungan industrial, dan HAM. Sementara itu, Kanada mengatur CSR dalam aspek kesehatan, hubungan industrial, proteksi lingkungan, dan penyelesaian masalah sosial. 173 Di Malaysia, CSR sebagaimana yang digambarkan dalam Silver Book sebagai referensinya menyatakan bahwa CSR merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk menguntungkan masyarakat serta kontribusi sukarela voluntary contribution dan kewajiban sosial social obligation. Elemen tanggung jawab sosial dapat dijajaki dalam Code of Ethics 1996 yang secara ringkas direktur dalam menunaikan kewajibannya harus menjamin pemakaian sumber daya alam yang efektif dan mempromosikan tanggung jawab sosial, pro-aktif dalam kebutuhan masyarakat, membantu dalam melawan inflasi. Pada tahun 2004, bahkan Bursa Saham Malaysia memunculkan kerangka tanggung jawab sosial sebagai manual bagi perusahaan publik yang terdaftar ketentuan pendaftaran membutuhkan perusahaan publik untuk mecantumkan praktek tanggung jawab sosialnya dalam laporan tahunan. Komitmen pemerintah juga ditunjukkan dengan menerbitkan Silver Book pada bulan September 2006 dalam program Transformasi Perusahaan yang berhubungan dengan pemerintah atau Government Linked Companies yang selanjutnya dalam penulisan ini disingkat 173 Ibid. Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008. USU e-Repository © 2008 menjadi GLCs. Tanggung jawab sosial mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Sejak tahun 2006 alokasi - alokasi tertentu telah dibuat dalam anggaran tahunan untuk CSR. Bahkan pada tahun 2008, perdana menteri menyebutkan akan ada pengurangan pajak untuk perusahaan yang memberikan keuntungan signifikan terhadap komunitas lokal, pemerintah juga membentuk dana CSR dengan jumlah awal RM 50 juta sekaligus meluncurkan Award CSR Perdana Menteri 2007 untuk mendukung keterlibatan perusahaan dari sektor swasta dalam aktivitas CSR. 174 Selanjutnya, Silver Book menuntun GLCs tentang bagaimana membentuk sebuah program kontribusi yang efektif dan menekan biaya kewajiban tersebut ke dalam kontribusi yang efektif. Program – program yang dilakukan oleh GLCs di Malaysia dibagi dalam program kontribusi sosial contohnya : di bidang pendidikan, keterrlibatan komunitas terhadap kegiatan sosialbencana alam, program kesehatan masyarakat, perlindungan dan pelestarian lingkungan, pengentasan kemiskinan, kesejahteraan karyawan dan program kewajiban sosial memberikan pelayanan kepada masyarakat seperti proyek listrik masuk desa, memperluas jaringan perbankan di daerah – daerah, pelayanan transportasi yang menjangkau daerah terpencil. 175 174 Halyani Hj Hassan, Ibid., hal 2 – 4 Selanjutnya dalam sumber yang sama menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Government linked Companies GLCs adalah perusahaan – perusahaan dimana pemerintah Malaysia memiliki kontrol langsung dan persentase saham tertentu dalam perusahaan. GLCs adalah provider jasa terhadap bangsa yang meliputi listrik, komunikasi, jasa pos, pesawat udara, angkutan umum, dan jasa perbankankeuangan. 175 Ibid., hal. 6-8 Dengan demikian, di Malaysia CSR tidak lagi bersifat filantropi. Hal ini Bahwa Silver Book mengakui kontribusi sukarela dan kewajiban sosial. Kontribusi sukarela adalah tindakan yang diprakarsai oleh perusahaan dan bersifat sukarela. Sedangkan kewajiban sosial Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008. USU e-Repository © 2008 mencakup ruang lingkup yang luas dan didesain untuk memberikan nilai yang layak dicapai masyarakat secara umum dan perusahaan secara khusus. Kemudian belajar dari pengalaman negara-negara lain, tidak ada satupun negara yang dengan persis mencantumkan persentase atau jumlah yang harus dikeluarkan untuk investasi sosial perusahaan. Dengan demikian akan sangat mustahil menemukan negara yang berbuat demikian, karena yang banyak dikembangkan oleh negara-negara maju adalah sistem insentif yang mendorong perusahaan melakukan investasi sosial sebagai bagian dari strategi welfare mix kesejahteraan sebagai tanggung jawab bersama. Pendekatan masing-masing pemerintah di Eropa, misalnya, berbeda-beda, namun tidak satupun di antara mereka yang meregulasi dana CSR. Pemerintah Perancis mengharuskan perusahaan untuk melaporkan secara mendetail dampak mereka dalam aspek sosial dan lingkungan. Pemerintah Belgia menyediakan label khusus bagi perusahaan yang dalam praktiknya sepanjang rantai produksi telah benar-benar sesuai dengan delapan konvensi ILO. Pemerintah Denmark mengembangkan Danish Social Index dan melakukan pengukuran langsung atas kinerja perusahaan dalam kebijakan mengenai pekerja dan fakta kondisi kerja. Sementara Pemerintah Italia mengembangkan petunjuk yang dapat dipergunakan oleh perusahaan untuk melakukan penilaian diri, pengukuran, pelaporan, serta penjaminan kebenaran isi laporan. Jalan yang ditempuh oleh Kementerian CSR Inggris—yang mirip dengan apa yang dilakukan Pemerintah Perancis—sangat menarik untuk dicoba, yaitu dengan mewajibkan pelaporan tahunan kinerja sosial dan lingkungan perusahaan selain kinerja finansial yang memang sudah biasa dilakukan. Dengan upaya pemerintah yang mendorong transparansi kinerja ini, maka mau tidak mau perusahaan kemudian harus meningkatkan kinerjanya karena iklim persaingan usaha yang ketat akan memberikan disinsentif bagi mereka yang memiliki kelemahan dalam kinerja CSR. Regulasi yang dibuat juga memberikan kewenangan penuh bagi pemerintah untuk mengecek kebenaran laporan, dan tentu saja mengatur apa konsekuensi kebohongan terhadap publik yang dilakukan perusahaan dalam laporannya. 176 Oleh sebab itu tidaklah mengherankan, CSR telah menjadi isu bisnis yang terus menguat. Isu ini sering diperdebatkan dengan pendekatan nilai-nilai etika, dan memberi tekanan yang semakin besar pada kalangan bisnis adalah tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk merespon ataupun memenuhi permintaan stakeholder . Selanjutnya Silver Book memberikan 7 tujuh ruang lingkup kontribusi terhadap masyarakat yaitu : 1 hak asasi manusia, 2 kesejahteraan karyawan, 3 jasa pelanggan, 4 kemitraan supplier, 5 perlindungan lingkungan hidup, 6 keterlibatan komunitas, 7 perilaku bisnis yang etis. 176 Mas Achmad Daniri, Ibid. Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008. USU e-Repository © 2008 untuk berperan dalam membantu masalah-masalah sosial yang akan terus tumbuh dan juga berperan dalam memajukan kesejahteraan umum sebagai perwujudan tujuan negara Indonesia. Pengaturan CSR dalam UU PT merefleksikan tujuan hukum untuk memberikan. memberikan manfaat, ketertiban dan kepastian bagi semua pihak. 177 1. Pemikiran yang mendasari konsep CSR yang sering dianggap inti dari Etika Bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban – kewajiban ekonomis dan legal tetapi juga kewajiban – kewajiban terhadap BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Perkembangan globalisasi yang ditandai dengan munculnya perusahaan – perusahaan yang semakin banyak jumlahnya namun pada satu sisi timbul kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan sehingga memicu tuntutan dari masyarakat stakeholder yang ditujukan kepada perusahaan agar mengimplementasikan tanggung jawab sosial yang selanjutnya disebut Corporate Social Responsibility, di samping tanggung jawab ekonomi perusahaan untuk mencari laba . A. Kesimpulan 177 Lihat juga “Menunggu Standar Baku Tanggung Jawab Sosial”, http:www.hukumonline .comdetail.asp?id=18859cl=Berita diakses tanggal 11 Juli 2008 bahwa Pakar Hukum Prof. Gayus Lumbuun sepakat jika klausul CSR bersifat wajib. “Ini adalah kreasi hukum untuk mengajak partisipasi masyarakat, bukan sebuah beban.” Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008. USU e-Repository © 2008 pihak – pihak yang berkepentingan stakeholders, karena perusahaan tidak bisa hidup, beroperasi dan memperoleh keuntungan tanpa bantuan pihak lain. CSR merupakan pengambilan keputusan oleh organ - organ perseroan yang dikaitkan dengan nilai – nilai etika, dapat memenuhi kaidah – kaidah dan keputusan hukum dan menjunjung tinggi harkat manusia, masyarakat dan lingkungan. Penerapan CSR merupakan salah satu implementasi etika bisnis dalam hal tanggung jawab sosial dan lingkungan. 2. Upaya perusahaan dalam meningkatkan peranannya dalam pembangunan kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan membutuhkan sinerji kemitraan antara perusahaan, pemerintah dan komunitas atau masyarakat yang disebut kemitraan tripartit. Pemerintah sebagai pembuat regulasi, perusahaan sebagai pelaku bisnis sekaligus agen perubahan sosial, dan masyarakat sebagai penerima manfaat saling mendukung kegiatan operasional perusahaan dalam menerapkan CSR demi tercapainya pembangunan yang berkelanjutan. Namun keberadaan standarisasi tanggung jawab sosial yaitu ISO 26000 : Guidance Standard on Social Responsibility patut ditunggu realisasinya yang diperkirakan rampung pada tahun 2009 sebagai rujukan utama referensi dalam pembuatan peraturan tentang CSR di Indonesia. 3. Undang – Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang termuat dalam Pasal 1 ayat 3 dikenal dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan dan juga diatur dalam Pasal 74 yang mengandung : 1 kewajiban bagi, 2 perseroan yang bergerak di bidang pengelolaan atau berkaitan Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008. USU e-Repository © 2008 dengan sumber daya alam SDA, 3 dianggarkan sebagai biaya, 4 dilakukan dengan memperhatikan aspek “kepatutan dan kewajaran”, 5 bagi pelanggarnya dikenai sanksi serta, 6 pengaturan lebih jauh akan dituangkan dalam satu peraturan pemerintah. Hingga saat ini Peraturan Pemerintah tersebut belum diterbitkan dan masih dalam tahap perumusan. Pemerintah masih berupaya mencari titik keseimbangan yang paling sesuai agar kalangan dunia usaha tidak sampai dirugikan dan masyarakat setempat juga mendapatkan keuntungan.

B. Saran

Dokumen yang terkait

Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Kegiatan Usaha Pertambangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batu Bara

0 40 103

Corporate Social Responsibility Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

0 48 152

TINJAUAN YURIDIS CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG Tinjauan Yuridis Corporate Social Responsibility (CSR) Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (Studi Di PT Coca-Cola A

0 4 18

PELAKSANAAN CSR (Corporate Social Responsibility) SEBAGAI TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS (Studi Di PT. Air Mancur).

0 0 13

IMPLEMENTASI CSR (Corporate Social Responsibility) BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN Implementasi CSR (Corporate Social Responsibility) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Oleh PT. Telko

0 1 14

PENDAHULUAN Implementasi CSR (Corporate Social Responsibility) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Oleh PT. Telkom Tbk. Solo.

0 1 19

DAFTAR PUSTAKA Implementasi CSR (Corporate Social Responsibility) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Oleh PT. Telkom Tbk. Solo.

0 2 5

PENDAHULUAN Tinjauan Yuridis Penerapan Azas CSR ( Corporate Social Responsibility) Pada PT. Amalia Surya Cemerlang Klaten Sebagai Tanggung Jawab Perusahaan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

0 0 16

IMPLEMENTASI PASAL 74 UNDANG – UNDANG PERSEROAN TERBATAS (PT) NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) SEBAGAI MODAL SOSIAL Hasan Asy’ari

0 0 11

STUDI TENTANG CSR (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) DI PT MADUBARU YOGYAKARTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 2 14