kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar – besar kemakmuran rakyat. “
3. CSR dianggarkan sebagai biaya
Ketentuan yang mengatur CSR dianggarkan sebagai biaya memunculkan polemik khususnya di kalangan pengusaha. Namun UU PT ini sudah menunjukkan
kompromi sebelum disahkan termasuk mengenai biaya CSR yang dianggarkan. Sebelumnya diusulkan ada persentase tertentu dari laba bersih yang dianggarkan
untuk CSR sehingga hal ini tidak ada bedanya dengan pajak tambahan. Oleh karena itu ketentuan yang memuat CSR diperhitungkan dan dianggarkan sebagai perseroan
merupakan hal yang lebih baik.
153
153
“Pemerintah Diharapkan Lebih Bijak Atur CSR”, Harian Kompas, tanggal 21 Juli 2007, bahwa hal ini dikemukan oleh MS Hidayat, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Kadin
Indonesia “ UU yang disahkan ini sudah menunjukkan kompromi. Sebelumnya, diusulkan ada persentase tertentu dari laba bersih yang dianggarkan untuk CSR. Kalau begitu, sama saja pajak
tambahan. Sekarang ditetapkan CSR diperhitungkan sebagai biaya perseroan, begitu lebih baik.”
Secara terpisah, Ketua Pansus Pajak DPR, Melchias Mekeng mengatakan, “Tanpa insentif, suatu perusahaan bisa menempuh berbagai cara agar kewajiban tersebut tidak dilaksanakan.
Sebaliknya jika ada insentif sebagai imbangan, CSR tersebut tentunya akan dilaksanakan dengan baik dan benar.”
Lihat juga Arif S. Siregar, Ibid., memaparkan bahwa saat ini RPP tanggung jawab sosial dan lingkungan tidak lagi membicarakan besaran persentase anggaran CSR tetapi kewajiban menyerahkan
laporan perencanaan dan pelaksanaan CSR pada awal tahun kepada Departemen Hukum dan HAM. Industri pertambangan pun sudah menyerahkan ke Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
perencanaan dan pelaporan CSR dalam format Rencana Kegiatan dan Anggaran Belanja.
Sebaliknya, kewajiban untuk melakukan CSR dalam UU PT sebaiknya diimbangi insentif berupa pengurangan pajak.
Studi Public Interest Research and Advocacy PIRAC
mengenai riset CSR pada tahun 2003 terhadap 226 perusahaan di 10 kota besar di Indonesia menyebutkan, bahwa CSR merupakan salah satu aktivitas jamak yang dilakukan oleh
perusahaan. Studi ini juga menghasilkan temuan bahwa 37 responden menyatakan secara tegas akan menaikkan
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository © 2008
jumlah sumbangannya jika ada kebijakan pengurangan pajak tax deduction oleh pemerintah atas sumbangan sosial perusahaan kepada masyarakat.
154
Dalam kaitannya CSR diperlakukan sebagai biaya, justru perusahaan dapat memanfaatkannya untuk mengurangi pajak. CSR layaknya biaya gaji karyawan atau komponen ongkos lainnya. Biaya mengurangi laba
bersih sehingga mengurangi pajak penghasilan.
155
4. CSR dilakukan dengan memperhatikan aspek kepatutan dan kewajaran