produk yang ramah lingkungan dan memperhatikan kaidah – kaidah sosial dan prinsip – prinsip HAM. Saat ini, cukup banyak perusahaan yang sudah menerapkan
CSR seperti PT. Telkom, Tbk, PT. Riau Andalan Pulp and Paper, PT. International Nickel Indonesia, Tbk, dan sebagainya. Peran dunia usaha dengan praktik CSR-nya
sangat diharapkan dalam proses pembangunan yang berkelanjutan di tanah air.
B. Analisis Hukum Pengaturan CSR pada UU No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas
Seperti yang telah dikemukakan bahwa awalnya pelaksanaan CSR sudah dilakukan oleh korporasi secara sukarela. Ceritanya tidak lepas dari salah urus
pengelolaan sumber daya alam di negeri ini. Jika dicermati, konflik masalah akibat salah urus tersebut semakin menguat dari waktu ke waktu. Salah urus ini bermula dari
salah paradigma, diteruskan keluarnya regulasi yang lemah hingga prakteknya di lapangan. Hampir empat dekade, konflik tanah, kerusakan lingkungan, pelanggaran
HAM, kemiskinan dan gangguan kesehatan dengan mudah dijumpai pada kawasan – kawasan eksploitasi sumber daya alam, khususnya pertambangan skala besar.
Kondisi ini memerlukan tindakan mendesak untuk pembaharuan pengelolaan sumber daya alam, termasuk meregulasi perusahaan. Dukungan pemodal, regulasi – regulasi
baru untuk melayani modal, dapat mengabaikan hak dasar warga negara, aspek sosial dan lingkungan. Di sinilah CSR lahir, dipromosikan perusahaan dan pemerintah
untuk menjawab ketidak-puasan publik terhadap kegiatan perusahaan. Namun dengan sifatnya yang sukarela jangan pernah berharap apa – apa. Oleh karena hal ini tidak
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository © 2008
lebih dari greenwash pengelabuan citra perusahaan belaka generasi terbaru yang dilemparkan humas perusahaan ke hadapan publik. Tujuannya sederhana, membuat
publik percaya bahwa mereka telah bertanggung jawab dan tidak perlu diregulasi lebih ketat. Di titik ini pun, sebenarnya perusahaan telah melakukan manupulasi
konsep CSR dengan menyederhanakan pertanggungjawaban mereka sekedar aspek – aspek sosial social responsibility, seolah segalanya beres jika ganti rugi pada
komunitas diselesaikan, tanpa perlu memikirkan fungsi lingkungan atau kelanjutan layanan alamnya ecological responsibility.
144
Namun hal ini dijawab oleh Undang – Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang menggantikan Undang – Undang No. 1 tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas yang selanjutnya disingkat dengan UU PT bahwa yang mewajibkan CSR yang dikenal dalam Undang – undang ini sebagaimana yang
termuat dalam Pasal 1 ayat 3 yang berbunyi : ”Tanggung jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan
ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat
pada umumnya.”
145
144
Siti Maemunah, Ibid.
145
Undang - Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 1 ayat 3. .
Selanjutnya, dalam Pasal 66 ayat 2 butir c juga menyebutkan ”laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus memuat sekurang –
kurangnya laporan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.” Bahkan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan ini merupakan suatu
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository © 2008
kewajiban yang harus dilaksanakan bagi perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan sumber daya alam karena telah disertai dengan sanksi sebagaimana yang
diatur dalam Pasal 74 Undang – undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
146
Dalam hal memperdebatkan apakah CSR itu sukarela atau wajib adalah sia – sia belaka karena pada CSR sudah terdapat unsur kewajiban yang mengikat atau
tanggung jawab hukum yang harus dipatuhi, sementara unsur kesukarelaan adalah Dengan terbitnya Undang – undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas dan memuat ketentuan TJSL pada salah satu pasalnya, Pasal 74 bahkan disertai dengan sanksi membawa pendapat yang beragam. Aspek yang tercantum
dalam pasal 74 mengandung 6 enam unsur, yakni: 1 kewajiban bagi, 2 perseroan yang bergerak di bidang pengelolaan atau berkaitan dengan sumber daya alam
SDA, 3 dianggarkan sebagai biaya, 4 dilakukan dengan memperhatikan aspek “kepatutan dan kewajaran”, 5 bagi pelanggarnya dikenai sanksi serta 6 pengaturan
lebih jauh akan dituangkan dalam satu peraturan pemerintah. Hal – hal inilah yang perlu mendapat perhatian dalam ketentuan CSR pada UU Perseroan Terbatas.
1. CSR sebagai kewajiban