kewajiban yang harus dilaksanakan bagi perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan sumber daya alam karena telah disertai dengan sanksi sebagaimana yang
diatur dalam Pasal 74 Undang – undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
146
Dalam hal memperdebatkan apakah CSR itu sukarela atau wajib adalah sia – sia belaka karena pada CSR sudah terdapat unsur kewajiban yang mengikat atau
tanggung jawab hukum yang harus dipatuhi, sementara unsur kesukarelaan adalah Dengan terbitnya Undang – undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas dan memuat ketentuan TJSL pada salah satu pasalnya, Pasal 74 bahkan disertai dengan sanksi membawa pendapat yang beragam. Aspek yang tercantum
dalam pasal 74 mengandung 6 enam unsur, yakni: 1 kewajiban bagi, 2 perseroan yang bergerak di bidang pengelolaan atau berkaitan dengan sumber daya alam
SDA, 3 dianggarkan sebagai biaya, 4 dilakukan dengan memperhatikan aspek “kepatutan dan kewajaran”, 5 bagi pelanggarnya dikenai sanksi serta 6 pengaturan
lebih jauh akan dituangkan dalam satu peraturan pemerintah. Hal – hal inilah yang perlu mendapat perhatian dalam ketentuan CSR pada UU Perseroan Terbatas.
1. CSR sebagai kewajiban
146
Ibid., lihat juga Pasal 74 yang berbunyi : 1
Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang danatau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
2 Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan
kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran
3 Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dikenai
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan 4
Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository © 2008
pada tanggung jawab etis dan filantropis, dimana perusahaan dapat memperkirakan dan berinisiatif untuk jaminan sustainabilitas perusahaan. Inisiatif atau penilaian yang
bersifat sukarela inilah yang tidak patut diatur.
147
Kemudian perhatikan juga pendapat Hannah Griffhs yang mengklaim program CSR yang bersifat sukarela tidak berjalan
baik sehingga banyak perusahaan yang mengabaikan program CSR. Di Inggris, misalnya, dari 350 perusahaan besar yang tergabung dalam The Financial Times
Stock Exchange’s FTSE’s, hanya 79 perusahaan yang membuat laporan tentang
dampak sosial dan lingkungan dari praktik bisnisnya dan dari 61.000 perusahaan transnasional dan 900.000 perusahaan yang berafiliasi dengan perusahaan
transnasional, hanya 2.000 3,2 persen mempunyai laporan tentang dampak sosial dan lingkungan. Supaya dapat berjalan dengan baik, CSR perlu diperkuat dengan
peraturan yang mendorong perusahaan bisnis untuk serius menjalankannya. Kewajiban korporasi melaksanakan CSR merupakan bentuk public accountability
secara legal ataupun etik.
148
Pada dasarnya ada 2 dua pendirian mengenai CSR merupakan kewajiban bagi perusahaan, yaitu kubu mandatori yang mewajibkan dan voluntari yang
menginginkan tetap bersifat sukarela. Literatur-literatur yang ada menyebutkan
147
Pendapat ini dikemukakan oleh Arif S. Siregar, Presiden Direktur PT. Inco, Tbk dan Ketua Indonesian Mining Association, Memahami CSR: Dapatkah Perusahaan Mempunyai Tanggung
Jawab Sosial dalam tulisan pribadinya tentang memahami CSR.
Perhatikan juga Piramida konsep CSR yang dikemukan
Trevino dan Nelson lihat
Erni R. Ernawan, Op.cit., hal. 112. mengenai 4 empat macam tanggung jawab yang harus dipertimbangkan
dalam kerangka pembangunan berkelanjutan. Salah satunya adalah tanggung jawab hukum yang harus dipatuhi dan mengikat.
148
Paul Rahmat, Tanggung Jawab Sosial Korporasi, Harian Kompas, tanggal 2 Agustus 2007
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository © 2008
kedua kubu masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.Tanggung jawab sendiri adalah konsep yang mandatori, yang berarti harus dilaksanakan. Menyatakan
tanggung jawab sebagai sukarela sebetulnya contadictio in terminis atau pertentangan istilah. Namun, kubu voluntari berkeyakinan perusahaan wajib menjalankan
ketetapan-ketetapan hukum yang berlaku di mana operasinya dijalankan, dan CSR merupakan kerangka aktivitas yang beyond compliance. Kalau konsep dan
prakteknya diartikan sebagai manajemen dampak, maka yang dilakukan oleh perusahaan di dalam atau yang melampaui ketentuan hukum dapat didefinisikan
sebagai CSR. Perkembangan wacana terkini tampaknya tengah menempatkan kubu voluntari di posisi terdepan, dengan dikembangkannya berbagai standar yang bisa
diadopsi secara sukarela atas basis kehendak menjadi lebih kompetitif. Sedangkan pendukung kubu mandatori kini memperjuangkan masuknya seluruh manajemen
dampak dalam kerangka hukum dan menamakan perjuangannya sebagai corporate accountability movement
.
149
Bahkan dalam perspektif penerapan konsep CSR dalam kerangka pemenuhan HAM menilai perkembangan konsep CSR dipandang dalam rangka kewajiban negara
state obligation dalam arti luas. Dikatakan ”dalam arti luas” oleh karena dalam
perspektif HAM, korporasi sebagai badan hukum yang memiliki kewajiban dalam kerangka perlindungan dan pemenuhan HAM tidak saja tergolong sebagai legal
rights human rights as legal rights tetapi juga tergolong sebagai moral rights
human rights as moral rights. Dalam perspektif HAM, pengelolaannya pemerintah
149
“Belajar CSR”, http:www.csrindonesia.comfaq.php
diakses tanggal 27 Mei 2008
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository © 2008
mengatur atau bertanggung jawab agar CSR terprogram dalam kebijakan perusahaan, tidak sekedar suatu pengharapan, melainkan suatu keharusan untuk memenuhinya,
dan oleh karena itu harus diatur pemerintah dengan peraturan perundang – undangan yang terkait.
150
2. Perseroan yang bergerak di bidang pengelolaan atau berkaitan dengan sumber