KADAR ZAT VOLATIL Pengaruh Variasi Perbandingan Eceng Gondok dan Tempurung Kelapa serta Variasi Kadar Perekat Tapioka Terhadap Karakteristik Briket

43 Pada penelitian sebelumnya kadar air yang diperoleh pada briket dengan perbandingan eceng gondok dan tempurung kelapa 10 : 90 menggunakan perekat tetes tebu yaitu sebesar 6,45, pada perbandingan 30 : 70 nilai kadar air yang diperoleh yaitu 7,04 dan untuk perbandingan 50 : 50 diperoleh kadar air sebesar 7,77 [20]. Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya maka briket yang diperoleh pada penelitian ini memiliki nilai kadar air yang lebih rendah. Secara keseluruhan, briket yang dihasilkan telah sesuai dengan SNI, standar mutu Jepang, Inggris dan Amerika. Kadar air briket menurut SNI dan standar mutu Jepang yaitu maksimal 8, standar mutu Amerika maksimal 6 dan standar mutu Inggris 3-4.

4.4 KADAR ZAT VOLATIL

Zat volatil adalah zat yang dapat menguap sebagai hasil dekomposisi senyawa-senyawa yang masih terdapat di dalam briket selain air dan kadar abu. Kandungan kadar zat volatil yang tinggi di dalam briket akan menyebabkan asap yang lebih banyak pada saat pembakaran briket. Tinggi rendahnya kadar zat volatil pada briket yang dihasilkan dipengaruhi oleh komposisi campuran bahan baku. Selain itu, kadar zat volatil juga dipengaruhi oleh suhu dan lamanya proses pengarangan. Proses karbonisasi yang tidak sempurna menyebabkan tingginya kadar zat volatil. Semakin besar suhu dan waktu pengarangan maka semakin banyak zat volatil yang terbuang, sehingga pada saat pengujian akan diperoleh kadar zat volatil yang rendah [3]. Kadar zat volatil briket pada berbagai variasi eceng gondok dan tempurung kelapa serta variasi kadar perekat tapioka dapat dilihat pada Gambar 4.4. Universitas Sumatera Utara 44 Gambar 4.4 Pengaruh Variasi Perbandingan Eceng Gondok dan Tempurung Kelapa Serta Variasi Perekat Tapioka Terhadap Kadar Zat Volatil Kadar zat volatil yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 13,6459 - 14,9780. Kadar zat volatil terendah diperoleh pada briket dengan variasi eceng gondok dan tempurung kelapa 1:1 menggunakan perekat tapioka 5. Kadar zat volatil tertinggi diperoleh pada briket dengan perbandingan 1:4 menggunakan perekat tapioka 15. Kadar zat volatilyangdiperoleh pada penelitian ini semakinmeningkat seiring dengan semakinbanyaknya tempurung kelapa dan kadar perekat tapioka di dalam briket. Hal inidisebabkan adanya kandungan zat-zatmenguap seperti CO, CO 2 , H 2 , CH 4 danH 2 O yang terdapat pada arang tempurung kelapa yang digunakanikut menguap. Kadar perekat tapioka yang digunakan juga mempengaruhi kadar zat volatil. Pada saat pemanasan briket arang, perekat yang digunakan ikut menguap sehingga kadar zat volatil yang dihasilkan menjadi lebih besar dengan bertambahnya kadar perekat [3]. Pada penelitian sebelumnya, kadar zat volatil yang diperoleh pada briket yang terbuat dari eceng gondok dengan menggunakan perekat tapioka sebanyak 2,5 dari bahan baku yaitu sebesar 24,8. Pada briket dengan perekat tapioka 5 diperoleh kadar zat volatil 25,3 dan untuk briket dengan perekat tapioka 12,5 13,0 13,5 14,0 14,5 15,0 15,5 5 10 15 Ka da r Z at V olatil Kadar Perekat 1 : 1 1 : 2 1 : 3 1 : 4 Universitas Sumatera Utara 45 7,5 diperoleh kadar zat volatil 29,0 [5]. Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya maka briket yang diperoleh pada penelitian ini memiliki kadar zat volatil yang lebih rendah. Kadar zat volatil yang diperoleh pada penelitian telah memenuhi SNI yaitu maksimal 15, standar Inggris maksimal 16,4, tetapi belum memenuhi standar briket buatan Amerika 19-28 dan standar Jepang yaitu 15-30. 4.5NILAI KALOR Nilai kalor dalam pembuatan briket perlu diketahui untuk memperoleh nilai panas pembakaran yang dapat dihasilkan oleh briket sebagai bahan bakar. Semakin tinggi nilai kalor yang dihasilkan oleh bahan bakar briket, maka akan semakin baik kualitasnya. Nilai kalor briket pada berbagai variasi eceng gondok dan tempurung kelapa serta variasi kadar perekat dapat dilihat pada Gambar 4.5. Gambar 4.5 Pengaruh Variasi Perbandingan Eceng Gondok dan Tempurung Kelapa Serta Variasi Perekat Tapioka Terhadap Nilai Kalor Gambar 4.5 menunjukkan bahwa nilai kalor yang dihasilkan berkisar antara 5.202,5788 – 6.879,5965 kalgr. Nilai kalor tertinggi dihasilkan pada briket dengan variasi perbandingan eceng gondok dan tempurung kelapa 1:4 dan perekat10.Nilai kalor terendah dihasilkan pada briket dengan variasi perbandingan eceng gondok dan tempurung kelapa 1:1 dan perekat 15. 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 5 10 15 Nilai Ka lor ka l g r Kadar Perekat 1 : 1 1 : 2 1 : 3 1 : 4 Universitas Sumatera Utara 46 Dari hasil penelitianini dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah tempurung kelapa yang ditambahkan di dalam briket makasemakin tinggi nilai kalor yang dihasilkan. Hal ini disebabkan tempurung kelapa memiliki nilai kalor yang lebih tinggi yaitu 7.345,9149 kalgr [12], sedangkan eceng gondok memiliki nilai kalor 3.207 kalgr [1]. Sehingga dengan semakin banyaknya tempurung kelapa yang ditambahkan maka nilai kalor akan semakin meningkat. Peningkatan kadar perekat juga dapat mempengaruhi kenaikan nilai kalor, namun jika kadar perekat yang ditambahkan semakin tinggi dapat menurunkan nilai kalor. Kadar perekat yang semakin banyak dapat meningkatkan kadar air dan kadar abu. Abu merupakan sisa hasil pembakaran yang sudah tidakmemiliki nilai kalor, sehingga jika kadar abu semakin tinggi, maka nilai kalor akan semakin rendah. Kadar air yang tinggi dapat menurunkan daya pembakaran dan menyebabkan nilai kalor semakin rendah. Pada penelitian sebelumnya nilai kalor yang diperoleh pada briket dengan perbandingan eceng gondok dan tempurung kelapa 10 : 90 menggunakan perekat tetes tebu yaitu sebesar 6.267,072 kalgr, pada perbandingan 30 : 70 nilai kalor yang diperoleh yaitu 4.892,628 kalgr dan untuk perbandingan 50 : 50 diperoleh nilai kalor sebesar 4.720,835 kalgr [20]. Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya maka briket yang diperoleh pada penelitian ini memiliki nilai kalor yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil pengujian nilai kalor dapatdilihat bahwa briket pada perbandingan 1:1 dengan perekat tapioka 5, 10 dan 15 tidak sesuai SNI yaitu minimal 5.600 kalgr, sedangkan untuk briket dengan variasi lainnya telah memenuhi SNI. Untuk standar mutu Jepang 5.000-6.000 kalgr dan Amerika 4.000-6.500 kalgr semua briket yang dihasilkan telah memenuhi standar. Untuk briket dengan variasi perbandingan eceng gondok dan tempurung kelapa 1:1 dan 1:2 dengan perekat 5 dan 15, perbandingan 1:1 dengan perekat 10 belum memenuhi standar Inggris yaitu minimal 5.870 kalgr. Untuk briket dengan variasi lainnya telah memenuhi standar Inggris. Universitas Sumatera Utara 47

4.6 KERAPATAN