1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat menyebabkan permintaan energi semakin meningkat pula.Salah satu sumber energi utama yang
banyak dikonsumsi oleh manusia adalah sumber daya alam yang berasal dari fosil. Sumber energi ini terbentuk berjuta-juta tahun yang lalu, sehingga lambat laun
akan habis. Masalah pengurangan sumber energi ini mendorong manusia untuk melakukan penghematan dan mencari sumber energi pengganti. Oleh karena itu,
perlu diupayakan sumber bahan baku alternatif yang dapat diperbarui serta bahan bakunya yang mudah untuk diperoleh. Salah satu contoh sumber energi tersebut
seperti energi yang berasal dari biomassa yaitu briket. Salah satu biomassa yang dapat dijadikan briket adalah eceng gondok dan
tempurung kelapa.Eceng gondok
Eichornia Crassipes
merupakan tumbuhan air yang tumbuh di rawa-rawa, danau, waduk dan sungai yang alirannya tenang.
Pertumbuhan eceng gondok yang sangat cepat menimbulkan berbagai masalah, antara lain mempercepat pendangkalan sungai atau danau, menurunkan produksi
ikan, mempersulit saluran irigasi, dan menyebabkan penguapan air 3 sampai 7 kali lebih besar daripada penguapan air di perairan terbuka. Pertumbuhan eceng
gondok yang cukup pesat ini dapat dimanfaatkan sebagai briket dengan nilai kalor eceng gondok 3.207 kalgr [1].
Tempurung kelapa merupakan lapisan keras yang terletak di bagian dalam kelapa setelah sabut.Tempurung merupakan lapisan yang keras dengan
ketebalan antara 3 mm sampai dengan 5 mm. Sifat kerasnya disebabkan oleh banyaknya kandungan silikat SiO
2
yang terdapat pada tempurung tersebut. Dari berat total buah kelapa, 15 sampai 19 diantaranya merupakan berat
tempurung, selain itu tempurung kelapa juga banyak mengandung lignin. Pada umumnya nilai kalor yang terkandung dalam tempurung kelapa berkisar antara
4.347,82 kalgr hingga 4.619,69 kalgr [2]. Oleh karena itu briket dari eceng gondok dan tempurung kelapa ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku energi
alternatif yang terbarukan.
Universitas Sumatera Utara
2 Penelitian yang berkaitan dengan pembuatan briket telah banyak
dilakukan, diantaranya Penelitian tentang analisa uji proximate terhadap briket dengan memvariasikan perbandingan eceng gondok dengan daun dan ranting
berbagai jenis tanaman yang merupakan sampah organik. Pada penelitian tersebut, nilai kalor tertinggi dihasilkan dari campuran eceng gondok dan daun ranting pada
perbandingan 1:4 dengan nilai kalor 4.348 kalgr. Sedangkan berdasarkan uji eksperimental, briket terbaik diperoleh pada briket dengan perbandingan 3:2
dengan waktu nyala terlama yaitu 53 menit dengan laju pembakaran rata-rata yang lebih minimum daripada briket jenis lainnya yakni sebesar 0,04 grammenit [1].
Pembuatan dan analisis mutu briket dari tempurung kelapa dengan melakukan eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui mutu briket ditinjau dari
kadar kanji. Dari hasil penelitian diperoleh hasil yang optimum pada briket yang mengandung kadar kanji 1 dari berat serbuk arang, dengan kadar air yang
diperoleh 3,46, kadar abu 7,49, sedangkan kadar zat yang hilang pada suhu 950ÂșC 2,86. Nilai karakteristik dari tiap-tiap perlakuan komposisi briket
menunjukkan bahwa dengan meningkatnya persentase perekat kanji maka kadar air, kadar abu dan kadar zat mudah menguap semakin meningkat [3].
Penelitian mengenai pembuatan briket arang dari campuran buah bintaro dan tempurung kelapa menggunakan perekat amilum yang bertujuan untuk
mendapatkan briket dengan kualitas terbaik dengan memvariasikan suhu karbonisasi. Hasil briket arang yang optimum diperoleh dari campuran buah
bintaro dan tempurung kelapa dengan perbandingan 40 : 60 dengan suhu karbonisasi 400
o
C, kadar air 7,03, kadar abu 2,36, kadar zat mudah menguap 77,12 dan nilai kalor 6.970 kalgr [4].
Pemanfaatan eceng gondok untuk bahan baku briket sebagai bahan bakar alternatif bertujuan untuk mencari kadar perekat yang optimum dari briket yang
dihasilkan dengan menggunakan perekat tapioka. Hasil penelitian menunjukkan karakterisik briket terbaik dihasilkan dari briket arang eceng gondok dengan
perekat sebesar 5, untuk campuran arang dan biobriket dari eceng gondok dengan perekat 12,5 dan pada biobriket eceng gondok dengan kadar perekat
15 [5].
Universitas Sumatera Utara
3 Berdasarkan keempat penelitian tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang pembuatan briket dari bahan baku eceng gondok dan tempurung kelapa untuk menghasilkan briket dengan nilai kalor tertinggi serta
memiliki sifat fisik dan kimia yang baik. Tingkat konsumsi terhadap minyak rata-rata naik 6 pertahun. Hal ini
diperkirakan akan terus meningkat pada tahun berikutnya. Dari penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut tentang pemanfaatan limbah
biomassa seperti eceng gondok dan tempurung kelapa sehingga menjadi kontribusi bagi upaya pengadaan bahan bakar alternatif yang terbarukan [6].
1.2 PERUMUSAN MASALAH