51 Gambar 4.8 menunjukkan kuat tekan briket yang dihasilkan berkisar
antara 11,3234-21,2314 kgcm
2
. Nilai kuat tekan tertinggi dihasilkan pada perbandingan eceng gondok dan tempurung kelapa 1:4 dengan kadar perekat
tapioka 15, sedangkan nilai kuat tekan terendah dihasilkan dengan kadar perekat tapioka 5.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin banyak kadar perekat tapioka yang ditambahkan maka akan semakin tinggi nilai kuat tekannya.
Hal ini disebabkan kadar perekat yang lebih banyak di dalam briket dapat mengikat partikel arang dengan lebih baik sehingga partikel arang tersebut lebih
menyatu dan kuat. Semakin besar nilai kuat tekan berarti daya tahan briket tersebut semakin baik.
Pada penelitian sebelumnya nilai kuat tekan yang diperoleh pada briket dengan perbandingan eceng gondok dan tempurung kelapa 10 : 90
menggunakan perekat tetes tebu yaitu sebesar 13,05 kgcm
2
, pada perbandingan 30 : 70 nilai kuat tekan yang diperoleh yaitu 11,26 kgcm
2
dan untuk perbandingan 50 : 50 diperoleh nilai kuat tekan sebesar 9,48 kgcm
2
[20]. Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya maka briket yang diperoleh pada
penelitian ini memiliki nilai kuat tekan yang lebih tinggi. Nilai kuat tekan briket perbandingan 1:4 dengan kadar perekat tapioka
10 dan 15 telah memenuhi standar mutu Inggris yaitu minimal 12,7 kgcm
2
, sedangkan briket dengan kadar perekat tapioka 5 tidak memenuhi standar mutu
Inggris. Untuk nilai kuat tekan menurut SNI minimal 50 kgcm
2
, standar Jepang minimal 60 kgcm
2
dan Amerika minimal 62 kgcm
2
semua briket yang dihasilkan tidak memenuhi standar.
4.9 ANALISIS EKONOMI
Kajian potensi ekonomi briket dari eceng gondok dan tempurung kelapa dengan menggunakan perekat tapioka perlu untuk dilakukan.Namun dalam tulisan
ini hanya dikaji potensi ekonomi secara sederhana. Sebelum melakukan kajian tersebut, perlu diketahui harga bahan baku yang digunakan dalam produksi, biaya
kebutuhan listrik dan harga jual briket.
Universitas Sumatera Utara
52 Dasar perhitungan dilakukan terhadap briket dengan karakteristik terbaik
yaitu pada perbandingan eceng gondok dan tempurung kelapa 1:4 dengan perekat tapioka 10.
Untuk menghasilkan briket 1 kg 32 spesimen briket dibutuhkan : 1.
Arang eceng gondok = 200 gram 2.
Arang tempurung kelapa = 800 gram 3.
Tepung tapioka = 10 dari total bahan baku = 100 gram Perhitungan analisis ekonomi untuk bahan baku pembuatan briket
dapat dilihat pada Tabel 4.1: Tabel 4.1 Perhitungan Biaya bahan Baku
No Bahan Baku
Hargakg Rp
Kebutuhan kg
Biaya Rp
1 Eceng Gondok
1.000,00 0,5
500,00 2
Tempurung Kelapa 320,00
5,0 1.600,00
3 Tepung Tapioka
8.000,00 0,1
800,00 Total
2.900,00 Untuk satu kali karbonisasi eceng gondok diperoleh berat arang eceng gondok
sebanyak 33,33 gram, sehingga untuk menghasilkan 200 gram arang eceng gondok diperlukan 6 kali karbonisasi.
Untuk satu kali karbonisasi tempurung kelapa diperoleh berat tempurung kelapa sebanyak 80 gram, sehingga untuk menghasilkan 800 gram arang
eceng gondok diperlukan 10 kali karbonisasi. Lamanya waktu karbonisasi eceng gondok dan tempurung kelapa dengan
menggunakan
furnace
untuk menghasilkan 1 kg briket dapat dilihat pada Tabel 4.2.Sedangkan kebutuhan listrik yang diperlukan untuk pembuatan briket pada
penelitian ini ditunjukkan pada tabel 4.3. Tabel 4.2 Waktu Karbonisasi
No Bahan
Jumlah Run
Waktu KarbonisasiRun
jam Total Waktu
Karbonisasi jam
1 Eceng gondok
6 kali 0,5
3,0 2
Tempurung kelapa 10 kali
1,25 12,5
Total 15,5 jam
Universitas Sumatera Utara
53 Tabel 4.3 Perhitungan Kebutuhan Listrik
No Alat
HargakWh Rp
Kebutuhan kW
Waktu jam
Biaya Rp
1
Furnace
1.112 0,5
15,5 8.618,00
2
Hammer mill
1.112 0,15
0,16 26,68
3
Screening
dengan
Vibrator
1.112 0,13
1 144,56
Total 8.789,24
Total biaya produksi = biaya pembelian bahan baku + kebutuhan listrik = Rp 2.900 + Rp 8.789,24
= Rp 11.689,24kg Total biaya produksi untuk pembuatan briket dari eceng gondok dan
tempurung kelapa dengan menggunakan perekat tapioka pada penelitian ini yaitu sebesar Rp 11.689,24kg.
Sebagai perbandingan, briket yang dihasilkan pada penelitian ini dibandingkan dengan LPG dan minyak tanah yang juga digunakan sebagai bahan
bakar. -
Harga LPG yaitu Rp 11.275,00kg dengan nilai kalor LPG 11.254,61 kalgr. -
Harga minyak tanah yaitu Rp 9.000liter dengan nilai kalor minyak tanah 10.478,95 kalgr.
- Biaya produksi briket pada penelitian ini adalah Rp 11.689,24kg dengan nilai
kalor briket 6.879,59 kalgr.
EPR untuk LPG
= 11.668,1008 kalgr Total
Output
= 6.879,5965 kalgr
Universitas Sumatera Utara
54 = 0,5896
EPR untuk minyak tanah
= 13.610,1068 kalgr Total
Output
= 6.879,5965 kalgr
= 0,5054
EPR 1 karena karbonisasi pada bahan baku dilakukan dengan menggunakan listrik dalam
furnace
. Untuk pembuatan briket dalam jumlah yang besar dapat dilakukan karbonisasi bahan baku tanpa menggunakan listrik misalnya
dengan melakukan pengarangan di dalam drum, sehingga diperkirakan nilai EPR1.
Pembuatan briket dalam jumlah yang besar diperkirakan dapat mengurangi biaya produksi, sehingga harga jual dapat ditekan.Pembuatan briket ini berpotensi
mengurangi limbah eceng gondok dan tempurung kelapa yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif.
Universitas Sumatera Utara
55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN