5. D tabel : D23 = 0,275
Dmaksimum ≤ Dα 6. Keputusan : H0 diterima, karena D 0,136
D α 0,275. Hal ini berarti data kecacatan  pada  periode  bulan  Mei  2015  berdistribusi  normal.  Adapun  gambar
grafik pengolahan uji kenormalan data dapat dilihat pada Gambar. 5.6.
72 60
48 36
7 6
5 4
3 2
1
C1 Fr
e q
u e
n c
y
Mean 54.35
StDev 11.39
N 23
Histogram of C1
Normal
Gambar 5.6. Grafik Uji Kenormalan Data
5.3.2.3. Penentuan Batas Kontrol Batas Kendali
Batas  kendali  adalah  suatu  alat  statistik  yang  dapat  digunakan  untuk mempertahankan  variasi-variasi  di  dalam  kualitas  keluaran  yang  disebabkan
karena  ketidaksesuaian  spesifikasi  yang  diinginkan.  Penentuan  batas  kendali merupakan sebagai syarat dalam perhitungan process capability. Dalam penentuan
batas  kontrol  batas  kendali  yang  digunakan  adalah  peta  np,  dimana  peta  np adalah  alat  statistik  yang  digunakan  untuk  mengevaluasi  jumlah  kerusakan
kecacatan,  atau  menghitung  item  yang  tidak  sesuai,  yang  dihasilkan  oleh  sebuah
Universitas Sumatera Utara
proses. Penggunaan peta np dikarenakan jumlah sampel yang diamati pada setiap pengamatan tetap. Adapun Perhitungan nilai np dapat dilihat pada Tabel 5.11.
Tabel 5.11. Perhitungan Nilai np Nomor
Jumlah Sampel n
Jumlah Kecacatan np
Proporsi Jumlah Kecacatanp
1 54
6 0.1111
2 60
3 0.0500
3 59
6 0.1017
4 60
5 0.0833
5 50
7 0.1400
6 30
5 0.1667
7 45
7 0.1556
8 55
9 0.1636
9 60
8 0.1333
10 45
6 0.1333
11 40
6 0.1500
12 65
6 0.0923
13 64
6 0.0938
14 50
5 0.1000
15 60
6 0.1000
16 40
5 0.1250
17 45
5 0.1111
18 50
4 0.0800
19 75
9 0.1200
20 79
4 0.0506
21 60
5 0.0833
22 59
4 0.0678
23 45
6 0.1333
Jumlah 1250
133
Bedasarkan data yang ada, didapat nilai
mean p
CL sebagai berikut: 1046
, 1250
133  
 
n np
p
Batas  kelas  Atas  UCL  dan  Batas  Kelas  Bawah  LCL  dapat  dihitung  seperti dibawah ini :
Universitas Sumatera Utara
n p
1 p
3 p
UCL 
 
n p
1 p
3 p
LCL 
 
Perhitungan UCL adalah sebagai berikut :
 
2960 ,
23 1046
, 1
1046 ,
3 1046
, 1
3
1 1
1
 
 
 
UCL UCL
n p
p p
UCL
Perhitungan LCL adalah sebagai berikut:
 
0868 ,
23 1046
, 1
1046 ,
3 1046
, 1
3
1 1
1
 
 
 
 
LCL LCL
n p
p p
LCL
Nilai  pada  LCL  yang  minus  dibuat  menjadi  0  karena  tidak  ada  kecacatan  per produk unit  yang minus  jumlahnya. Minimal  jumlah kecacatan per unit adalah 0
sehingga angka minus diganti dengan 0. Perhitungan peta p dapat dilihat pada Tabel 5.12.
Tabel 5.12. Perhitungan Peta p No
Jumlah Produksi
Jumlah Kecacatan
P CL
UCL LCL
1 54
6 0.1111
0.1046 0.2960
2 60
3 0.0500
0.1046 0.2960
3 59
6 0.1017
0.1046 0.2960
4 60
5 0.0833
0.1046 0.2960
5 50
7 0.1400
0.1046 0.2960
6 30
5 0.1667
0.1046 0.2960
7 45
7 0.1556
0.1046 0.2960
8 55
9 0.1636
0.1046 0.2960
9 60
8 0.1333
0.1046 0.2960
10 45
6 0.1333
0.1046 0.2960
11 40
6 0.1500
0.1046 0.2960
Universitas Sumatera Utara
12 65
6 0.0923
0.1046 0.2960
13 64
6 0.0938
0.1046 0.2960
14 50
5 0.1000
0.1046 0.2960
15 60
6 0.1000
0.1046 0.2960
16 40
5 0.1250
0.1046 0.2960
17 45
5 0.1111
0.1046 0.2960
18 50
4 0.0800
0.1046 0.2960
19 75
9 0.1200
0.1046 0.2960
20 79
4 0.0506
0.1046 0.2960
21 60
5 0.0833
0.1046 0.2960
22 59
4 0.0678
0.1046 0.2960
23 45
6 0.1333
0.1046 0.2960
Dari  semua  data  yang  diperoleh  diatas  maka  dapat  digambarkan  peta  kontrol  p untuk  proportion  nonconforming  data  pemeriksaan  produk  cacat  dapat  dilihat
pada Gambar 5.7 sebagai berikut :
Gambar 5.7. Peta Kontrol
Dari  Gambar  5.7  dapat  dilihat  bahwa  semua  data  yang  diperoleh  dalam pengolahan  data  masih  di  dalam  batas  LCL  dan  UCL,  sehingga  tidak  perlu
dilakukan revisi.
0,0000 0,0500
0,1000 0,1500
0,2000 0,2500
0,3000 0,3500
1 3
5 7
9 11 13 15 17 19 21 23 Proporsi Jumlah
Kecacatan Terbesar p
cl
ucl
lcl
Universitas Sumatera Utara
5.3.3.
Analyze
Tahap Analisis
Langkah  ketiga  dalam  program  peningkatan  kualitas  metode
Six  Sigma
adalah  analisis.  Tahap  analisis  merupakan  fase  mencari  dan  menentukan  akar permasalahan.  Pada  tahap  ini  dilakukan  analisis  terhadap  data  yang  telah
diperoleh. Analisis data ini perlu dilakukan untuk mengetahui sumber-sumber dan akar  penyebab  terjadinya  penyimpangan  terhadap  spesifikasi  produk  yang  ada,
yang  mana  penyimpangan  spesifikasi  produk  yang  terjadi  akan  berdampak terhadap  kualitas  produk  tangki  ar  yang  sudah  diproduksi.  Pada  tahap  ini
dilakukan analisis terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya cacat dominan pada produk tangki air berdasarkan Diagram pareto, kemudian dianalisis menggunakan
Cause and Effect Diagram,
Tabel
Five Why
dan
Failure Mode  Effect Analysis
FMEA.
5.3.3.1.
Analisis Critical To Quality
CTQ
Potensial  dengan  Diagram  Pareto  Diagram  Pareto  adalah  teknik  grafis sederhana  yang  menggambarkan  relativitas  dari  tingkat-tingkat  penting  atau
tidaknya berbagai permasalahan yang membedakan antara ‟
vital few
‟ dan ‟
trivial many
‟,  yang  terfokus  pada  isu-isu  pengembangan  dan  peningkatan  kualitas maksimal  beserta  relevansinya.  Prosedur  penentuan  prioritas  dalam  diagram
Pareto yaitu: 1.  Pemilihan  konsistensi  yang  akan  di  ranking  dan  diukur  misalnya
frekuensi,biaya dan lain-lain 2.   Menyusun  daftar-daftar  elemen  dari  kiri  ke  kanan  di  atas  aksis  garis
horizontal sebagai ukuran order
Universitas Sumatera Utara
3.   Mengatur kesesuaian skala vertikal pada bagian kiri dan di atas klasifikasinya 4.   Mengatur skala 0  -  100 dibagian kana dan menarik  garis tegas  yang lebih
tinggi, dan menggesernya pada posisi diatas basis yang ditarik dari ke kanan. Untuk  mengetahui  jenis  kecacatan  yang  dominan  dengan  menggunakan
Diagram Pareto yang dapat dilihat pada Gambar 5.8.
jumlah reject 67
39 27
Percent 50.4
29.3 20.3
Cum 50.4
79.7 100.0
jenis reject bentuk tidak sesuai
bocor sompel
140 120
100 80
60 40
20 100
80 60
40 20
ju m
la h
r e
je ct
P e
rc e
n t
Pareto Chart of jenis reject
Gambar 5.8. Diagram Pareto Kecacatan Produk
Berdasarkan  Gambar  5.9  dan  dengan  menggunakan  prinsip  aturan  70-30 dapat  dilihat  bahwa  terdapat  satu  jenis  kecacatan  yang  memiliki  persentase
kesalahan  kumulatif  di  bawah  70    yaitu  sompel.  Hasil  diagram  Pareto menunjukkan  bahwa  jenis  kecacatan  yang  harus  dianalisis  lebih  lanjut  penyebab
terjadinya permasalahan adalah sompel.
5.3.3.2. Tabel