Irma Yuliani F. : A n a l i s i s K e t e r l i b a t a n K o n s u m e n d a n P er b e d a a n A n t a r M e r e k t e r h a d a p Keputusan Membeli Sabun Kecantikan Pada Mahasiswi M a n a j e m e n E k s t e n s i F E U S U , 2 0 0 7 .
U S U R e p os i t o r y © 2 0 0 9
7
7 Para pemasar juga harus mengontrol bagaimana pembeli menggunakan dan
membuang suatu produk. Bila konsumen menemukan cara penggunaan yang baru, ini harus menarik minat pemasar karena penggunaan baru dapat diiklankan.
F. Keterlibatan Konsumen
Konsep keterlibatan sangat berarti untuk mengerti dan menjelaskan perilaku konsumen. Istilah ini pertama kali dipopulerkan di dalam lingkungan pemasaran oleh
Krugman pada tahun 1965 dan mampu membangkitkan minat yang besar pada saat itu. Keterlibatan adalah tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan dan atau minat
yang dibangkitkan oleh stimulus di dalam situasi spesifik hingga jangkauan kehadirannya, konsumen bertindak dengan sengaja untuk meminimumkan resiko dan
memaksimalkan manfaat yang diperoleh dari pembelian dan pemakaian. Keterlibatan paling banyak dipahami sebagai fungsi dari orang, objek dan
situasi. Titik awalnya selalu dengan orang, motivasi yang mendasari dalam bentuk kebutuhan dan nilai, yang pada gilirannya merupakan refleks dari konsep diri.
Keterlibatan diaktifkan ketika objek produk, jasa atau pesan promosi dirasakan membantu dalam memenuhi kebutuhan, tujuan dan nilai yang penting. Namun seperti
yang akan kita lihat nanti, pentingnya pemenuhan kebutuhan yang dirasakan dari objek akan bervariasi dari satu situasi ke situasi berikutnya. Oleh karena itu, ketiga
faktor yang mencakup orang, objek dan situasi harus diperhitungkan. Keterlibatan mengacu pada persepsi konsumen tentang pentingnya atau
relevansi personal atau objek, kejadian atau aktivitas. Konsumen yang melihat bahwa
Irma Yuliani F. : A n a l i s i s K e t e r l i b a t a n K o n s u m e n d a n P er b e d a a n A n t a r M e r e k t e r h a d a p Keputusan Membeli Sabun Kecantikan Pada Mahasiswi M a n a j e m e n E k s t e n s i F E U S U , 2 0 0 7 .
U S U R e p os i t o r y © 2 0 0 9
8
8 produk yang memiliki konsekuensi relevan secara pribadi dikatakan terlibat dengan
produk dan memiliki hubungan dengan produk tersebut. Relevansi – pribadi intrinsik intrinsic self – relevance mengacu pada
pengetahuan arti – akhir konsumen yang disimpan dalam ingatan. Konsumen mendapatkan pengetahuan arti – akhir ini melalui pengalaman masa lalu mereka
terhadap suatu produk. Pada saat mereka menggunakan produk atau memperhatikan orang lain mempergunakannya, konsumen belajar bahwa ciri produk tertentu
memiliki konsekuensi yang dapat membantu mencapai tujuan dan nilai yang penting. Relevansi pribadi situasional situational self – relevance ditentukan oleh
aspek lingkungan fisik dan sosial di sekitar kita yang dengan segera mengaktifkan konsekuensi dan nilai penting, sehingga membuat produk dan merek yang terlihat
secara pribadi relevan. Karena berbagai faktor lingkungan berubah sepanjang waktu, maka relevansi pribadi situasional biasanya melibatkan hubungan arti akhir temporal
antara produk dengan konsekuensi pribadi dapat lenyap ketika situasi telah berubah. Relevansi pribadi situasional selalu berkombinasi dengan relevansi
pribadi intrinsic konsumen untuk menciptakan tingkat keterlibatan yang benar- benar dialami konsumen selama proses pengambilan keputusan. Ini berarti bahwa
konsumen biasanya mengalami beberapa tingkat keterlibatan ketika membuat pilihan pembelian, bahkan untuk produk yang relatif tidak penting Setiadi,
2003:115-120.
Irma Yuliani F. : A n a l i s i s K e t e r l i b a t a n K o n s u m e n d a n P er b e d a a n A n t a r M e r e k t e r h a d a p Keputusan Membeli Sabun Kecantikan Pada Mahasiswi M a n a j e m e n E k s t e n s i F E U S U , 2 0 0 7 .
U S U R e p os i t o r y © 2 0 0 9
9
9
G. Bentuk Keterlibatan