Faktor lain yng menyebabkan publik kurang berpartisipasi dalam penyusunan RTRW adalah akses informasi mengenai proses
penyusunan RTRW yang tidak transparan. Hal ini dinyatakan oleh pihak Non Government Organization NGO yang ikut menyoroti penyusunan
RTRW Kota Medan sebagai berikut : “... pihak NGO mendapatkan informasi mengenai penyusunan
RTRW itu dari berita-berita yang dimuat di media massa, jadi taunya sudah agak ketinggalan. Kalau soal informasi kita
tidak mendapatkan langsung dari pemerintah.Istilahnya kita “jemput bola”. Kalau tidak seperti itu ya kita tidak tau sudah
sampai mana proses yang dilakukan.” Wawancara dengan Kordinator Walhi Sumatera Utara, 10 Juli 2014
Meski pemerintah menyatakan bahwa mereka membuka seluruh saluran partisipasi, namun publik tidak tau bagaimana mendapatkan
informasi mengenai progress penyusunan RTRW dan bagaimana menyampaikan aspirasi publik bagi publik yang tidak diundang atau
dilibatkan dalam proses penjaringan opini publik yang dilakukan oleh konsultan.
3. Rendahnya Inisiatif Masyarakat dalam Menyampaikan Masukan secara Resmi Kepada Pemerintah
Penyampaian secara resmi kepada pemerintah masukan untuk rancangan RTRW tidak pernah dilakukan oleh pihak NGO, NGO lebih
banyak melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai RTRW melalui diskusi publik dan forum komunikasi di dalam masyarakat. Hal
ini dinyatakan oleh Kordinator Walhi sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
“... Walhi memeang tidak pernah menyampaikan masukan secara resmi ke pemerintah, kita lebih banyak melakukan
kampanye sosialisasi mengenai RTRW yang sedang disusun kepada masyarakat dan kegiatan lainnya adalah menyampaikan
opini kita melalui media massa, ini lebih efektif untuk sosialisasi karena akan lebih banyak masyarakat yang membaca dan
akhirnya mengetahui perkembangan penyusunan RTRW Kota Medan.” Wawancara dengan Kordinator Walhi Sumatera
Utara, 10 Juli 2014
Kondisi ini juga dinyatakan oleh pihak pemerintah sebagai berikut : “... kalau masukan tertulis dari LSM kita tidak pernah
menerimanya secara resmi, telepon juga tidak ada, paling masukan disampaikan dalam diskusi publik dalam pembahasan
rancangan RTRW, itu saja.”Wwancara dengan Kasubid Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Bappeda Kota Medan, 28 Mei
2014
Kondisi ini juga terjadi ketika pembahasan Ranperda RTRW yang sedang dibahas Pansus, tidak ada masukan yang disampaikan langsung
kepada anggota Pansus RTRW.Publik hanya beropini di media saja, tidak ada masukan tertulis atau pertemuan antara masyarakat dengan DPRD
yang diprakarsai oleh masyarakat untuk menyampaikan aspirasi masyarakat.Wawancara dengan Ketua Pansus RTRW Kota Medan, 16
Juni 2014 Namun, oleh Kordinator Walhi Sumatera Utara dibyatakan bahwa
inisiatif masyarakat dalam menyampaikan masukan materi untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan RTRW Kota Medan tidak
dilakukan secara sendiri-sendiri oleh NGO yang ada di Kota Medan, masukan untuk materi RTRW di sampaikan kepada pemerintah melalui
Universitas Sumatera Utara
sebuah yaitu Aliansi Peduli Tata Ruang Sumatera Utara APTRSU. Wawancara dengan Kordinator Walhi Sumatera Utara, 10 Juli 2014
Universitas Sumatera Utara
V.3.2. Penyusunan RTRW Kota Medan Tahun 2008-2028 V.3.2.1. Inkonsistensi Waktu Penyusunan RTRW Kota Medan
akibat Pembaharuan Peraturan Perundang-undangan
Waktu yang dibutuhkan untuk proses penyusunan dan penetapan RTRW kota diupayakan seefektif mungkin, maksinal 24 dua puluh
empat bulan, terdiri atas tahapan persiapan, pengumpulan data, analisis, perumusan konsepsi, dan penyusunan Ranperda membutuhkan waktu
antara 8 delapan sampai 18 delapan belas bulan, dan selebihnya digunakan untuk proses legislasi sebagaimana diperlihatkan pada gambar
5.3.
Gambar 5.3 Jangka Waktu Penyusunan RTRW Kota menurut Permen PU N0. 17 Tahun 2009
Sumber: Permen PU No. 17 Tahun Waktu yang digunakan untuk merumuskan RTRW Kota Medan
menjadi sangat panjang karena harus disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang menjadi pedoman penyusunan
RTRW Kota. Meski dalam Kepmen Kimpraswil No.327 Tahun 2002 tidak ditentukan waktu yang digunakan untuk menyusun RTRW Kota,
namun dalam Permen PU No. 17 Tahun 2009 seperti yang terlihat pada
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.4 dinyatakan bahwa waktu yang digunakan untuk menyusun RTRW dalam peraturan tersebut adalah dua tahun dengan rincian
delapan belas bulan pertama digunakan untuk merumuskan rancangan RTRW dan rancangan Ranperda RTRW dan enam bulan yang tersisa
digunakan untuk proses penetapan rancangan RTRW menjadi RTRW Kota Medan.
Hasil RTRW pada pengerjaan tahap kedua ini adalah RTRW Kota Medan Tahun 2008-2028.Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dalam
waktu 3 tiga bulan kalender atau 90 sembilan puluh hari kalender dengan rincian waktu dan kegiatan terlampir
52
Proses penyempurnaan penyusunan RTRW hanya dilakukan dalam waktu tiga bulan. Proses pembahasan Ranperda oleh BKPRD Kota
Medan menggunakan waktu yang cukup lama yaitu sekitar satu tahun sampai tahun 2009 dimana di tahun yang bersamaan diterbitkan pedoman
.Namun, RTRW ini tidak dapat langsung ditetapkan sebagai RTRW Kota Medan karena
diterbitkannya peraturan perundang-undangan yang baru pada saat dilakukannya proses penyusunan RTRW ini.Peraturan perundang-
undangan tersebut yaitu Permen PU No. 17 Tahun 2009 yang merupakan pedoman teknis yang digunakan untuk mewujudkan nilai yang terandung
dalam UU Penataan Ruang, Permen PU No.Dibutuhkan penyesuaian prosedur dan detail materi lagi dalam proses penyusunannya untuk
menjadi sebuah RTRW.
52
Lampiran 1
Universitas Sumatera Utara
baru dalam penyusunan RTRW Kota yaitu Permen PU No. 17 Tahun 2009. Dalam peraturan ini disebutkan bahwa waktu yang digunakan
untuk proses yang belum dilakukan dalam penyusunan RTRW 2008- 2028 yatu proses penetapan Ranperda RTRW menjadi Perda adalah
empat bulan. Kenyataan yang terjadi adalah Ranperda RTRW Kota Medan yang telah selesai disusun tahun 2008 dan baru ditetapkan sebagai
Perda RTRW Kota Medan tiga tahun kemudian yaitu pada tahun 2011. Peraturan perundang-undangan yang muncul yang membuat
keterlambatan proses penetapan rancangan RTRW Kota Medan menjadi RTRW Kota Medan yang sah selain Permen PU No. 17 Tahun 2009
adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata
Ruang Daerah, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11 2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan
Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah KabupatenKota, beserta Rencana Rincinya serta status
baru Kota Medan sebagai Kota Minapolitan yang ditetapkan pada tahun 2009 menyebabkan RTRW 2008-2028 yang telah dibuat harus
disempurnakan dengan melakukan penyesuaian terhadap peraturan perundang-undangan yang baru diterbitkan tersebut. Kondisi ini
dijelaskan oleh Kasubid Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Bappeda Kota Medan mesebagai berikut :
“... jadi tahun 2008 itu sudah muncul konsep Ranperda tapi belum maksimal penyelesaiannya, tidak final disitu. Tahun 2009
Universitas Sumatera Utara
muncul peraturan baru tentang pedoman penyusunan RTRW Kota.Itulah kami sesuaikan lagi.Peraturan pusat kan munculnya
satu-satu jadi kami juga terus-terusan melakukan penyesuaian terhadap RTRW yang dikerjakan.” Wawancara dengan
Kasubid Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Bappeda Kota Medan, 6 Juni 2014
Selama tiga tahun sejak tahun 2008 sampai tahun 2011, baik pihak konsultan dan Pemerintah Daerah Kota Medan secara terus
menerus melakukan penyesuaian materi muatan dan prosedur penyusunan RTRW Kota Medan dengan ketentuan yang terdapat dalam
peraturan perundang-undangan yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat. V.3.2.2. Komposisi Konsultan yang Kurang Mewadahi Muatan
RTRW Kota Medan
Secara garis besar tahapan kegiatan penyempurnaan penyusunan RTRW Kota Medan Tahun 2008-2028 yang dilakukan oleh konsultan
terdiri atas empat tahapan utama, yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis data, tahap penyusunan rencana dan tahapan konsultasi berupa
diskusi, FGD, seminar dan sosialisasi rencana
53
Sebelum pelaksanaan penyusunan RTRW oleh konsultan .
54
53
Daftar kegiatan terlampir dalam lampiran 1
54
Konsultan pelaksana Penyempurnaan Perumusan RTRW 2008-2028 merupakan konsultan pemenang tender yang dilakukan oleh Panitia Pengadaan Bappeda untuk kedua kalinya
dalam proses penyusunan RTRW ini. Sebelumnya Bappeda melakukan pemberitaan kepada publik tentang akan dilaksanakannya penyempurnaan RTRW tahun 2006-2026 yang telah disusun
sebelumnya oleh konsultan tahun kerja 2006.
, pihak konsultan menetapkan tim tenaga ahli yang akan melakukan penyusunan
terhadap RTRW Kota Medan. Tim tenaga ahli disusun berdasarkan pemahaman masing-masing tenaga ahli terhadap pekerjaan yang
dilakukan.Berikut daftar tenaga ahli dalam penyusunan RTRW pada tahun 2008:
Universitas Sumatera Utara
1. Ahli Perencanaa Wilayah dan Kota team leader
2. Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota
3. Ahli Prasarana WilayahInfrastruktur
4. Ahli Teknik Lingkungan.
5. Ahli Geodesigeografi.
6. Ahli Ekonomi Pembangunan.
Tenaga ahli yang terlibat dalam proses penyempurnana penyusunan RTRW Kota Medan tahun 2008 terdiri atas tenaga ahli dari
bidang fisik, sedangkan kebutuhan analisis penyempurnaan RTRW juga mencakup bidang non-fisik yaitu bidang sosial kependudukan. Dalam
rencana kerja yang ditulis konsultan dalam Laporan Pendahuluan Penyempurnaan Penyusunan RTRW Kota Medan 2008-2028
55
1. Pertumbuhan penduduk.
direncanakan pelaksanaan pengumpulan data mengenai sosial kependudukan yang terdiri atas :
2. Struktur penduduk menurut jenis kelamin.
3. Struktur penduduk menurut tingkat pendidikan.
4. Struktur penduduk menurut usia dan kelompok umur.
5. Struktur penduduk menurut agama.
6. Adat istiadatbudaya yang ada di kawasan wilayah perencanaan.
Berdasarkan kebutuhan data yang direncanakan tersebut, maka komposisi tenaga ahli yang disediakan konsultan belum sesuai dengan
kebutuhan Proses Penyempurnaan Penyusunan RTRW Kota Medan Tahun 2008-2028. Dibutuhkan tenaga ahli dari bidang sosial
kependudukan serta adat istiadatkeudayaan yang memahami kondisi masyarakat Kota Medan, mengingat RTRW tidak hanya dituukan untuk
55
Daftar rincian tugas dan tanggung jawab tenaga ahli terlampir dalam lampiran 1
Universitas Sumatera Utara
pembanguna fisik wilayah saja tetapi juga untuk pembangunan sosial wilayah.
V.3.2.3. Bappeda sebagai Fasilitator dan Kordinator Penyusunan RTRW Kota Medan
Tugas Bappeda dalam Penyusunan Penyempurnaan RTRW Kota Medan 2008-2028 adalah sebagai perwakilan pemerintah yang
bertanggung jawab dalam proses penyusunan RTRW Kota Medan. Oleh karena itu, tugas Bappeda adalah sebagai team leader sekaligus fasilitator
dalam mengkordinasi antara konsultan, pemerintah, DPRD dan stakeholderlainnya. Sebagai team leader dan fasilitator dalam
penyusunan RTRW Kota Medan, Bappeda terlibat langsung dalam beberapa proses penyusunan RTRW Kota Medan sejak RTRW tersebut
di susun di awal tahun 2006 sampai ditetapkan sebagai Peraturan Daerah pada tahun 2011.
Pada tahap persiapan penyusunan RTRW, Bappeda melakukan pemberitaan mengenai akan dilaksanakannya Penyusunan RTRW Kota
Medan, hal ini merupakan langkah awal pelibatan masyarakat dalam proses penyusunan RTRW Kota Medan. Pemberitaan ini dilakukan oleh
Panitia Pengadaan melalui media cetak sekaligus pengumuman
Universitas Sumatera Utara
dibukanya tender bagi masyarakat untuk melakukan proses penyusunan RTRW Kota Medan
56
56
Pada proses penyusunan RTRW tahun 2006 yang berpedoman pada UU No. 24 Tahun 1992 dilakukan oleh konsultan publik berbeda dengan konsultan publik yang menyusun RTRW
Kota Medan pada saat dikeluarkannya UU No. 26 Tahun 2007. Proses penyusunan pada tahun 2006 dilakukan oleh CV. Indah Karya, Bandung sedangkan pada proses tahun 2008 dilakukan
oleh PT. Gama, Medan.
. “... di awal penyusunan RTRW Panitia Pengadaan Bappeda
melakukan pemberitaan ke masyarakat mengenai penyusunan RTRW melalui koran saja, pada saat itu e-government belum
ada seperti saat ini. Pada tahun 2008 pemberitaan ini dilakukan lagi sekaligus pengumuman akan dilakukannya tender
Penyusunan Penyempurnaan RTRW. Siapa saja boleh mengikuti proses tender untuk menyusun, tapi harus ada badan
usahanya.”Wawancara dengan Kasubid Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Bappeda, 28 Mei 2014
Proses tender yang dilakukan pada tahun 2008 bukan untuk menyusun RTRW dari awal melainkan hanya untuk melakukan
penyempurnaan RTRW yang telah disusun pada tahun 2008. Oleh karena itu, penyusunan yang dilakukan berpedoman pada RTRW yang disusun
pada tahun 2006. “... di TOR pun disebutkan penyusunan tahun 2008 disesuaikan
dengan RTRW yang sudah ada itu RTRW 2006-2016 yang dipersiapkan konsultan yang dulu dan kajian apa yang harus
ditambahkan di situ disebutkan juga. Ada beberapa bagian yang tidak ada di UU 24 tahun ’92 dan Kepmen Kimpraswil, nah
itulah yang diserap di RTRW yang baru, tetapi menggunakan analisisnya harus mempedomani yang sudah ada. Sebetulnya
penyusunan ini tdak dari awal.Cuma penambahan yang baru aja dari sepuluh tahun menjadi dua puluh tahun, harus ada
kawasan strategis, kedalaman analisis harus sampai kelurahan, ya hal-hal seperti itulah.” Wawancara dengan Kasubid Tata
Ruang dan Lingkungan Hidup Bappeda Kota Medan, 28 Mei 2014
Universitas Sumatera Utara
Setelah melakukan pemberitaan mengenai rencan penyusunan RTRW dan pembukaan tender, proses penyusunan RTRW dilaksanakan
oleh konsultan sebagai pihak kedua. Bappeda selanjutnya berperan dalam mengkoordinasikan seluruh tim dan mengevaluasi apakah penyusunan
yang dilakukan oleh konsultan sudah sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Proses terkahir yang dilakukan konsultan adalah Perumusan
Konsep RTRW Kota Medan dan Perumusan Ranperda. Proses selanjutnya yaitu penyusunan Ranperda dikembalikan kepada Bappeda
Kota Medan untuk disampaikan kepada DPRD agar mendapatkan persetujuan bersama atas RTRW yang disusun sampai pada penetapan
Ranperda RTRW menjadi Perda RTRW Kota Medan. Ranperda RTRW menjadi Perda RTRW Kota Medan 2011-2031 ditetapkan melalui proses
berikut :
Universitas Sumatera Utara
Gambar5.4 Proses Legislasi Perda RTRW Kota Medan Tahun 2011- 2031
Sumber : Penelitian Fitri, 2014
a. Rekomendasi Gubernur Sumatera Utara