II.3. Demokrasi Sebagai Bagian dari Participatory Governance
Esensi dari participatory governanve adalah untuk mengembangkan aktor non-pemerintah, baik individu maupun organisasi, dengan maksud untuk
sungguh-sungguh dan aktif menjadi bagian dari proses pengembangan kebijakan
32
. Participatory governanve bukanlah sebuah teknik pembangunan yang biasa digunakan dan seluruh penelitian dalam bidang ini didasarkan pada
sebuah perspektif normatif yang jarang membuatnya eksplisit atau didiskusikan
33
.Speer mengelompokkan empat perspektif normatif yang biasa diadopsi dalam mempelajari participatory governance. Keempat perspektif
tersebut adalah
34
1. Democratic Decentralization
:
Dalam pandangan ini participatory governance penting untuk meningkatkan akuntabilitas dan responsivitas dari pemerintahan
lokal.Participatory governance diprediksikan untuk meningkatkan legitimasi pemerintahan dan untuk mencegah pengeluaran sosial
dari public service.
2. Deliberative Democracy
Participatory governance dalam pandangan ini harusnya membuat sistem politik lebih demikratis dengan memperkuat bentuk
deliberatif dari pembuatan kebijakan.
3. Empowerement
32
Meredith Edwards. 2008. Participatory Governance Issues Paper Series No.6 Corporate Governance ARC Project. University of Canbera
33
Goldfrank. 2007. Dalam Johanna Speer. 2011. Participatory Governance, Accountability, and Responsiveness: A Comparative Study of Local Public Service Provision. in Rural Guatemala.
Dissertation.Landwirtschaftlich-Gärtnerischen Fakultät der Humboldt-Universität zu Berlin.
34
Ibid. Hal. 35-36
Universitas Sumatera Utara
Dalam pandangan ini tujuan pokok dalam participatory governance adalah pemberdayaan kaum miskin.Disamping itu diharapkan
adanya kemungkinan bagi kaum lemah untuk mempengaruhi pembuatan keputusan.
4. Self-governance
Dalam pandangan ini, tujuan dari pengimplemntasian participatory governance adalah untuk mengijinkan masyarakat untuk
mempengaruhi desain dan implementasi dari setiap aturan pada kebijakan publik.
Participatory governance menghendaki adanya pengembangan
kemampuan aktor no-pemerintah dalam pengambilan kebijakan publik. Hal ini dapat terjadi jika adanya pengembangan demokrasi dalam proses pengambilan
kebijakan tersebut. II.4
Partisipasi Publik dalam Penataan Ruang
Di dalam tata ruang tercakup distribusi tindakan manusia dan kegiatannya untuk mencapai tujuan sebagaimana yang dirumuskan sebelumnya.Konsep tata
ruang menurut Foley tidak hanya menyangkut suatu wawasan yang disebut sebagai wawasan spasial, tetapi menyangkut pula aspek-aspek non spasial atau
aspasial.Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa struktur fisik sangat ditentukan dan dipengaruhi pula oleh faktor-faktor non fisik seperti organisasi fungsional,
pola sosial budaya, dan nilai kehidupan komunitas
35
Pada kebanyakan perencanaan kota dan lingkungan, masyarakat acapkali dilihat sekadar sebagai konsumen yang pasif. Memang mereka diberi aktivitas
untuk kehidupan, kerja, rekreasi, belanja dan bermukim, akan tetapi kurang diberi .
35
Ginandjar Kartasasmita. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. CIDES: Jakarta. Hal. 427
Universitas Sumatera Utara
peluang untuk ikut dalam proses penentuan kebijakan dan perencanaannya
36
. Lebih lanjut dikatakan bahwa sebagai makhluk yang berakal dan berbudaya,
manusia membutuhkan rasa penguasaan dan pengawasan terhadap habitat dan lingkungannya.Rasa tersebut merupakan faktor mendasar dalam menumbuhkan
rasa memiliki untuk kemudian mempertahankan atau melestarikan. Pendekatan dengan partisipasi penduduk dalam perencanaan kota, memungkinkan
keseimbangan antara kepentingan administrasi dari pemerintah setempat dan integrasi penduduk setempat dalam proses pengambilan keputusan pada tingkat
lokal
37
Menurut Suciati, partisipasi masyarakat dalam penataan ruang dapat berbentuk sebagai berikut
. Dijelaskan lebih lanjut bahwa terdapat dua jenis partisipasi penduduk yaitu partisipasi vertikal dan partisipasi horisontal. Partisipasi vertikal adalah
interaksi dengan cara dari bawah ke atas bottom up, sedang partisipasi horisontal adalah interaksi penduduk dengan berbagai kelompok lain.
38
No. :
Tabel 2.2 Partisipasi Masyarakat dalam Penataan Ruang
Pendapat Teori
Variabel 1.
Keith Davis
1988 Bentuk-bentuk partisipasi meliputi:
- Konsultasi, biasanya dalam
bentuk jasa -
Sumbangan spontan berupa uang dan barang.
- Konsultasi.
- Sumbangan uang dan
barang. -
Mendirikan proyek yang sifatnya
36
Eko Budihardjo. Loc. Cit.
37
J.T. Jayadinata. 1986. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan, dan Wilayah. Penerbit ITB Bandung: Bandung. Hal. 201
38
Suciati.2006. Partsipasi Masyarakat dalam Penyusunan Rencana Umum Tata Ruang Kota Pati.Tesis pada Program Pasca Sarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota
Universitas Diponegoro.Hal. 61
Universitas Sumatera Utara
- Mendirikan proyek yang sifatnya
berdikari dan donornya berasal dari dermawan, pihak ketiga.
- Mendirikan proyek yang sifatnya
berdikari dan dibiayai oleh seluruh masyarakat.
- Aksi massa.
- Mengadakan pembangunan di
kalangan keluarga desa sendiri. -
Membangun proyek masyarakat bersifat otonom.
berdikari. -
Sumbangan dalam bentuk kerja.
- Aksi massa
- Mengadakan
pembangunan di kalangan keluarga.
- Membangun proyek
masyarakat.
2. PP No.
69 Tahun 1996
Bahwa peran serta masyarakat dalam proses perencanaan tata
ruang dapat berbentuk :
- Pemberian masukan untuk
menentukan arah pengembangan wilayah yang akan dicapai.
- Pengidentifikasian berbagai
potensi dan masalah pembangunan termasuk bantuan
untuk memperjelas hak atas ruang wilayah, termasuk perencanaan
tata ruang kawasan.
- Pemberian masukan dalam
merumuskan perencanaan tata ruang.
- Pemberian informasi, saran,
pertimbangan atau pendapat dalam penyusunan strategi
pelaksanaan pemanfaatan ruang.
- Pengajuan keberatan terhadap
rancangan rencana tata ruang. -
Kerjasama dalam penelitian dan pengembangan dan bantuan
tenaga ahli -
Pemberian masukan -
Pengidentifikasian potensi dan masalah.
- Pemberian informasi,
saran, pertimbangan atau pendapat.
- Pengajuan keberatan
terhadap rancangan rencana.
- Kerjasama dalam
penelitian dan pengembangan
- Bantuan tenaga ahli
Sumber: Analisis Suciati, 2006
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 2.2, masyarakat diberikan kesempatan berpartisipasi dalam perencanaan penataan ruang dalam berbagai bentuk sesuai dengan keahlian
yang dimilikinya.Bentuk partisipasi dapat berupa masukan ide maupun bantuan materi dalam proyek pengembangan tata ruang.
II.5 Defenisi Konsep