sosialisasi penyusunan RTRW oleh pemerintah masih sebatas ketentuan normatif, diatur dalam peraturan perundangan, namun belum dipraktikkan oleh pihak yang
bertanggung jawab melakukan sosialisasi dalam hal ini pemerintah.
VI.2. Pelibatan Stakeholder
Pelibatan adalah pemerintah bekerja dengan warga di dalam keseluruhan proses penyusunan kebijakan agar aspirasi warga selalu dipertimbangkan.
Pelibatan mengasumsikan masyarakat terlibat penuh dalam proses pembahasan kebijakan sejak dari perencanaan hingga pelaksanaan. Pelibatan masyarakat ini
juga harus memberi ruang kepada masyarakat untuk memberikan pendapatnya dan pendapat tersebut dipertimbangkan. Dalam pelibatan, masukan masyarakat
diperhatikan, sedangkan dalam publik hearing masukan masyarakat hanya dianggap sebagai input semata. Dengan sifatnya yang demikian public hearing
memiliki manfaat yang terbatas. a.
Pelibatan dalam Perencanaan dan Penyusunan Penyusunan RTRW seperti dinyatakan oleh Kasubid Tata Ruang
dan Lingkungan Hidup Bappeda dilakukan oleh Bappeda sebagai instansi yang menerima anggaran dalam menyusun RTRW tersebut.Penyusunan
RTRW ini sebagian besar prosesnya dilimpahkan kepada pihak konsultan yang terdiri dari tenaga ahli dari berbagai bidang.Hal ini merupakan suatu
upaya yang dilakukan untuk melibatkan stakeholderdalam penyusunan RTRW tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Pekerjaan konsultan juga tidak sebatas diskusi diantara tenaga ahli saja, pihak konsultan melakukan berbagai cara untuk melibatkan masyarakat
umum dalam penyusunan ini. Menurut pihak konsultan proses perencanaan yang dilaksanakan ini bersifat partisipatif yaitu perlu melibatkan masyarakat
dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam memperoleh data dan informasi secara akurat di lapangan. Data yang diperoleh bisa dari data
sekunder maupun data primer. Untuk mengaplikasikan gaya partisipatif tersebut, proses perencanaan ini memerlukan berbagai teknik pengumpulan
data dan informasi dilapangan. Diantara teknik-teknik yang dapat digunakan dan relevan adalah teknik wawancara interview, teknik diskusi FGD,
teknik konsultasi publik, studi literatur, kuesioner angket, studi lapangan, studi dokumentasi dan surveiobservasipengamatan langsung.
Dalam upaya pelibatan masyarakat melalui konsultan ini, partisipasi masyarakat juga masih rendah.Hal ini menurut Kasubid Tata
Ruang dan Lingkungan Hidup Bappeda Kota Medan disebabkan oleh masih rendahnya pemahaman publik terhadap RTRW. Dilihat dari proses awal
penyusunan RTRW, pemahaman publik yang rendah mengenai RTRW disebabkan oleh kurangnya sosialisasi pemerintah akan RTRW itu sendiri.
Di sisi lain, sikap pemerintah yang kurang baik dalam menyerap aspirasi publik selama ini juga menjadi salah satu alasan rendahnya
partisipasi publik dalam penyusunan RTRW ini. Rendahnya kemampuan pemerintah dalam menyerap aspirasi publik ini dipertegas oleh Pengurus
Walhi Sumatera Utara, menurutnya masyarakat memiliki tingkat partisipasi
Universitas Sumatera Utara
yang tinggi dalam mengawal penyusunan RTRW Kota Medan 2011-2031 ini terbukti dengan adanya forum-forum sosialisasi dan konsultasi yang
dilaksanakan bersama stakehoder dan pemerintah, serta dibentuknya sebuah aliansi oleh beberapa Non Government OrganizationNGO untuk
mengawal penyusunan RTRW di seluruh KabupatenKota di Sumatera Utara yang dinamai Aliansi Peduli Tata Ruang Sumatera Utara.
Sebagaimana pernyataan dalam wawancara ang dilakukan pada 11 Juli 2014 :
“... stakeholder itu kalau dikatakan tidak peduli salah ya, Walhi melakukan forum diskusi dengan masyarakat mengenai
pembentukan RTRW tersebut, kami juga mengundang pihak pemerintah dalam forum tersebut supaya pemerintah mendengar
masukan dari publik untuk RTRW itu.Selain itu ketika pemerintah mengadakan diskusi yang mengundang publik kami juga
menghadirinya dan menyampaikan masukan dari publik yang telah dilakukan dalam forum diskusi sebelumnya ke
pemerintah.Malah, Walhi beserta beberapa NGO lainnya membentuk suatu aliansi yang disebut APTRSU.Aliansi ini
mewadahi masukan dari teman-teman NGO seperti yang kosen ke anak, ke kesehatan, dan walhi sendiri ke lingkungan
hidup.”Wawancara dengan Sahrul Manik Walhi Sumatera Utara, 10 Juli 2014
Namun demikian, diakui bahwa Walhi tidak pernah menyampaikan masukan secara resmi kepada pemko Medan diluar forum diskusi yang
dilaksanakan Walhi maupun pemko, Walhi banyak menyampaikan opini di media massa sebagai bentuk sosialisasi kepada publik mengenai RTRW.
Penyampaian secara resmi mengenai masukan dari NGO berkaitan dengan RTRW diakomodir oleh APTRSU agar masukan yang diberikan lebih
menyeluruh.
Universitas Sumatera Utara
Pelibatan masyarakat yang dilakukan oleh pihak DPRD juga masih tidak efektif, kunjungan kerja lapangan sekaligus diskusi dengan masyarakat
di daerah mangrove di utara Kota Medan terbatas pada pembahasan mengenai alih fungsi lahan yang dahulunya mangrove menjadi kawasan
ttambak dan industri. Kawasan mangrove ini diharapkan dikembalikan fungsi aslinya.Oleh karena itu masyarakat dan DPRD mendiskusikan soal
status tanah mereka yang di dalam RTRW Kota Medan tersebut diatur mengenai mekanisme penggantiannya.
b. Pengaruh Pelibatan terhadap RTRW Kota Medan 2011-2031
Meski tingkat partisipasi masyarakat dinilai masih rendah dalam proses ini, bukan berarti masyarakat tidak memberikan masukan yang
berarti dalam RTRW tersebut. Dalam proses penjaringan aspirasi publik yang dilakukan oleh konsultan bersama pihak pemerintah yang melibatkan
seluruh LPM dari seluruh kelurahan yang ada di Kota Medan, isu ketimpangan kemajuan dalam bidang pembangunan yang dirasakan
masyarakat Medan Utara memberikan sebuah masukan yang sangat besar dalam RTRW tersebut.
Aspirasi masyarakat Medan Utara yang menginginkan dilaksanakannya pelayanan publik serta pembangunan di Medan Utara sama
baiknya dengan daerah yang dekat dengan pusat Kota menjadikan RTRW Kota Medan menjadi salah satu dari sedikit RTRW Kota di Indonesia yang
mempunyai dua pusat kota, dengan penambahan sebuah Pusat Kota Utara di daerah Brayan. Aspirasi ini menurut akademisi USU diserap dengan baik
oleh pemerintah karena adanya isu bahwa masyarakat Medan Utara akan melakukan tuntutan pemekaran dilakukan di daerah Medan Utara kalau
Pemerintah Daerah Kota Medan tidak mampu melakukan pelayanan dan pembangunan yang merata di Kota Medan, khususnya daerah Medan Utara.
Di tingkat pembahasan di legislatif, pengaruh keterlibatan publik diwakilkan kepada DPRD sebagai wakil rakyat di pemerintahan.Ada
perubahan yang terjadi pada pasal-pasal di Ranperda RTRW. Namun, ini adalah hasil kunjungan kerja DPRD ke kawasan perbatasan di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
VI.3. Konsultasi Publik