Anda Wahyu R : Nilai-Nilai Psikologis Dalam Cerita Laksamana Raja Lautan, 2009. USU Repository © 2009
BAB II ANALISIS STRUKTUR CERITA LAKSAMANA RAJA LAUTAN
Analisis struktural yang dilakukan terhadap cerita rakyat Laksamana Raja Lautan LRL ini merupakan langkah awal untuk
mengetahui unsur-unsur isi dalam intrinsik dari cerita tersebut. Hal ini seperti apa yang dikatakan Teeuw 1989:13 bahwa kajian strutural
dimaksudkan untuk membongkar, mengkaji, dan menganalisis unsur pembentuk dalam intrinsik dari sebuah karya sastra yang berguna
untuk pengkajian selanjutnya dari karya sastra tersebut Setelah membaca dan memahami cerita rakyat LRL ini maka
penulis mengambil kesimpulan sementara bahwa unsur-unsur yang berkaitan dengan masalah nilai-nilai psikologis yang terkandung di dalam
cerita tersebut adalah tema, alur, latar, dan perwatakan. Sedangkan unsur-unsur yang lain tidak penulis kaji karena tidak terdapat kegunaan
langsung atau tidak adanya hal yang dapat dikaji.
2.1. Ringkasan Cerita
Pada zaman dahulu kala tersebutlah seorang yang bernama Dang Tuanku. la adalah kemenakan Bunda Kanduang dari Minangkabau dan
setelah dewasa menjadi raja di Bilah Labuhan Batu Sumatera Utara. la mempunyai empat orang anak dan semuanya laki-laki.
Disuatu hari Raja Dang Tuanku memanggil keempat anaknya untuk berkumpul. la merasa keadaannya semakin lemah. Oleh karena itu
keempat anaknya diminta agar segera mencari jodoh dan menikah. Atas perintah ayahnya, keempat anak Raja Bilah berangkat menaiki
galiung semacam perahu yang terbuat dari pohon kayu besar yang bias berlayar untuk mengarungi sungau atau laut lepas. Pertama mereka
berangkat menuju Pekan Baru. Di sana mereka berjumpa dengan anak Raja Siak. Dengan tidak memakan waktu lama anak yang paling tau dari
Anda Wahyu R : Nilai-Nilai Psikologis Dalam Cerita Laksamana Raja Lautan, 2009. USU Repository © 2009
Raja Bilah Dang Tuanku kemudian dipinangkan dengan putrid Raja Siak yang tertua pula, yang bernama Mahmudsyah.
Secara singkat, setelah perkawinan mereka diselesaikan, lalu mereka segara berangkat ke Selat Malaka dan mereka pun samapi di
Negeri Johor. Di negeri ini mereka lalu meminang putrid Negeri Johor untuk anak Dang Tuanku yang kedua. Merea pun diterimanya dan
dikawinkan dengan putri Raja Johor yang bemama Akbariyah. Begitu selesai acara perkawinannya, lalu berangkat menuju arah pulang dan
singgah di Palembang. Di sana mereka meminang putri Raja keturunan Sriwijaya justru
putri itupun anak yang ketiga pula. la bernama Muazanayah. Dan perkawinan ini pun segara dilaksanakan. Di tengah perjalan pulang ke
Bilah kapal mereka dihantam ombak besar dan tali sauhnya tersangkut di dasar laut, entah oleh benda apa. Ketiga istri kakaknya melarang para
suaminya untuk terjun ke dalam dasar laut karena ombak yang masih sangat besar. Oleh karena itu diputuskanlah Laksamana untuk terjun ke
dalam laut, Laksamana pun mau melakukannya asal kakaknya berjanji apabila diketahui penyebab tersangkutnya sauh mereka maka benda yang
menjadi tempat sangkutnya sauh mereka akan menjadi milik Laksamana. Selain itu, apapun benda yang didapat oleh Laksamana dari dasar lautan
akan menjadi milik Laksamana dan tidak akan dibagi-bagi kepada ketiga kakaknya. Ketiga kakaknya setuju maka Laksamana terjun ke dalam laut.
Sesampainya di dasar laut Laksamana mengetahui bahwa yang ada seekor ular yang menahan sauh mereka. Terjadi perkelahian antara
Laksamana dengan ular tersebut yang bernama Ular Cinta Manis dan tewaslah ular tersebut menjadi dua bagian. Satu bagian tercampak ke
darat dan menjelma menjadi Penghulu Balang dan bagian lain tercampak ke dasar laut dan menjelma menjadi Mambang Laut. Laksamana
mengejar bagian yang jatuh ke dasar laut dan di dasar laut ia menemukan sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja bernama Zulkarnain
20
Anda Wahyu R : Nilai-Nilai Psikologis Dalam Cerita Laksamana Raja Lautan, 2009. USU Repository © 2009
yang memiliki seorang putri yang sangat cantik jelita dan bernama Mayang Murai.
Raja Zulkarnain sangat suka terhadap perangai Laksamana dan menikahkan anaknya dengan Laksamana. Sebagai hadiah perkawinan
Raja Jin Zulkarnain memberikan Laksamana dua buah peti yang sangat besar penuh dengan perhiasan. Yang satu berisi penuh dengan perhiasan
dan yang satu lagi berisikan penuh perhiasan ditambah Putri Mayang Murai. Pesan Raja Jin Zulkarnain, peti kaca tempat Mayang Murai hanya
boleh dibuka bila telah sampai ke Bilah dan harus dinikahkan kembali. Setelah mengingat semua petuah mertuanya, Laksamana bergegas
kembali ke kapal. Keesokan paginya, Laksamana telah muncul di kapal dengan
membawa dua peti besar dan membuat ketiga kakaknya terheran-heran dengan kedua peti tersebut. Ternyata setelah dibuka oleh Laksamana
isinya penuh perhiasan dan seorang putri yang sangat cantik jelita. Laksamana mengingatkan ketiga kakaknya perjanjian mereka bahwa
kedua peti itu adalah miliknya sendiri dan bukan untuk dibagi dengan ketiga kakaknya. Kakak-kakaknya hanya bisa mengangguk sambil
menahan rasa iri. Mereka pun melanjutkan perjalanan dengan suasana yang masih diliputi oleh badai besar.
Salah satu kakak Laksamana yang bernama Mahmudsyah merasa iri dengan apa yang diperoleh adiknya dari dasar laut. Timbul rasa dengki
dalam dirinya, lalu diam-diam Mahmudsyah mengayunkan pedangnya ke leher Laksamana yang sedang duduk termenung di pinggiran kapal.
Laksamana merasa ada angin dingin mendekati lehernya lalu berusaha mengelak tetapi akibatnya dia malah tercampak ke dalam laut dan hilang.
Menjelang Subuh, Mahmudsyah membangunkan kedua saudaranya sambil berlagang menjadi orang yang bingung dengan mengatakan
bahwa Laksamana tiba-tiba hilang. Kedua kakaknya pun ikut menjadi bingung lalu mereka putuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan pulang
21
Anda Wahyu R : Nilai-Nilai Psikologis Dalam Cerita Laksamana Raja Lautan, 2009. USU Repository © 2009
sambil memikirkan alasan yang tepat kepada orang tua mereka tentang penyebab hilangnya Laksamana.
Laksamana terapung-apung di tengah lautan dan bertemu dengan seekor ikan hiu parang. Kemudian Laksamana memegang sirip hiu itu
erat-erat dan mengikuti kemana hiu itu pergi. Tanpa disadari temyata Laksamana telah sampai di pesisir negeri Bilah. la terdampar dan pingsan
berhari-hari, ketika siuman ia merenungkan nasibnya sambil bersumpah bahwa ia dan anak cucunya kelak tidak akan memakan daging hiu
sebagai ucapan terima kasihnya. Sementara itu sesampainya ketiga kakaknya di istana Bilah, Raja Dang Tuanku menyambut gembira
kepulangan anak-anaknya. Satu persatu mereka memperkenalkan istri mereka, sampai tiba giliran Mahmudsyah yang juga memperkenalkan
Mayang Murai sebagai istrinya juga. Mayang Murai sangat sedih hatinya melihat kelakuan abang iparnya itu tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa
karena pernyataan Mahmudsyah itu didukung oleh kedua saudaranya juga.
Raja Dang Muda mempertanyakan keberadaan Laksamana dan mereka menceritakan bahwa Laksamana terjatuh ke dalam laut dan tidak
tampak lagi. Raja Dang Muda sangat sedih hatinya dan menangis tersedu-sedu. Saking sedihnya beliau dengan emosional menyuruh
Mahmudsyah untuk membuka peti besar yang mereka bawa tetapi Mahmudsyah tidak bisa karena kuncinya dibawa oleh Laksamana. Lalu
Dang Muda memerintahkan seluruh rakyatnya untuk membuka peti tersebut dengan iming-iming apabila berhasil akan dijadikan sebagai Raja
Muda. Tidak satupun dari rakyat Bilah yang mampu membuka peti
tersebut sehingga membuat raja gusar dan memancung tukang canang orang yang memberikan pengumuman ke seluruh pelosok negeri dan
menyuruh tukang canang lainnya. Tukang canang ini terus berjalan sampai akhirnya tanpa sengaja menemukan Laksamana yang masih
terkapar di pinggir pantai dan menolongnya. Tukang canang menceritakan
22
Anda Wahyu R : Nilai-Nilai Psikologis Dalam Cerita Laksamana Raja Lautan, 2009. USU Repository © 2009
tentang peti besar itu dan Laksamana tertarik untuk mengikuti perlombaan itu. la menyuruh tukang canang untuk meminta raja menyediakan pakaian
lengkap bagi seorang raja muda baru kemudian ia akan membuka peti tersebut.
Raja Dang Muda menyetujui syarat tersebut walaupun ia sangat penasaran dengan pemuda yang menyuruh tukang canang tersebut. la
tidak mengetahui bahwa si pemuda tersebut adalah anaknya Laksamana. Setelah pakaian kebesaran itu diserahkan kepada Laksamana,
Laksamana tidak mau langsung memakainya melainkan meminta tukang canang untuk kembali ke istana sambil membawakan kuda tunggangan
raja Dang Muda karena ia tidak mau berjalan kaki menuju istana. Tukang canang sangat ketakutan mendengar permintaan Laksamana tetapi
dengan sangat terpaksa ia kembali ke istana dan menceritakan keadaan tersebut kepada raja.
Raja setuju dan memberikan seekor kuda putih tetapi Laksamana menolaknya dan menyuruh tukang canang untuk kembali membawa kuda
tersebut. Permintaan Laksamana ini pun disetujui oleh Raja Dang Muda setelah mempertimbangkan segala hal. Lalu tukang canang membawa
kuda raja itu kepada Laksamana. Laksamana sangat senang hatinya melihat tukang canang datang membawa kuda yang diinginkannya.
Kemudian dia mengajak tukang canang untuk duduk di belakang menemaninya naik kuda raja. Tukang canang takut dan haru mendengar
permintaan Laksamana tetapi karena dipaksa Laksamana maka ia pun naik ke atas kuda.
Sesampainya di dalam istana, seluruh kerabat istana sangat terkejut melihat sang penunggang kuda yang tidak lain dan tidak bukan
adalah Laksamana. Begitu pula dengan Raja Dang Muda. la menyongsong kedatangan putra bungsunya dengan sukacita.
Laksamana pun menceritakan kepada raja Dang Muda bahwa saat duduk di pinggir kapal ia merasa sangat mengantuk dan terjatuh ke dalam
laut. Sambil bercerita ia melirik abangdanya, Mahmudsyah, sambil
23
Anda Wahyu R : Nilai-Nilai Psikologis Dalam Cerita Laksamana Raja Lautan, 2009. USU Repository © 2009
memberi isyarat bahwa ia telah memaafkan apa yang diperbuat abangnya ketika itu. Kemudian Raja Dang Muda pun melantik Laksamana sebagai
pengganti dirinya menjadi raja di kerajaan Bilah.
2.2. Tema